Adeeva Mahyatul 'Izzah




Senin, 24 • 04 • 2023 
Pagi itu, sekitar pukul 2 dini hari aku terbangun dan langsung ke toilet. Melakukan pengecekan sebab kontraksi sudah terasa, berulang aku memgecek hingga akhirnya membangunkan suami sebab salah satu tanda persalinan muncul. Yah, lendir bercampur darah. Sejak pukul itu kita sama-sama tidak melanjutkan tidur. Mengingat pesan ibu mertua kalau sudah terasa mules-mules harus sudah siap berbersih dan berangkat ke rumah sakit. Habis subuh aku menceritakan apa yang aku rasa ke ibu mertua, beliau memberi ilmu dan nasehatnya banyak sekali, pun aku di ajak jalan-jalan di sekitar perumahan. Kontraksi sudah mulai intens namun masih bisa ditahan dan jaraknya masih lumayan lama. Ku coba menggunakan aplikasi penghitung kontraksi pula. Aku mulai berjalan-jalan di depan teras rumah, berjeda sakit sebab kontraksi menghampiri. 

Hari itu, ibu bapak mertua dan adik-adik ipar berangkat silaturrahim lebaran ke salah satu sanak famili. Sebelum berangkat, ibu berpesan jikalau nanti sudah mulai sakit bisa langsung berangkat ke RS, pun pesan bapak ke suami yang meminta harus standby. Hari itu suami benar-benar menjadi (calon) bapak siaga. Satu tas berisi seluruh perlengkapan yang di butuhkan saat persalinan sudah kami siapkan, agar sewaktu-waktu tiba "saatnya" kita tinggal berangkat. 

Sebelum dzuhur, setelah berkomunikasi dg mbak yang di Jawa terkait ciri-ciri persalinan semakin dekat, beliau menyarankan untuk kami berangkat ke RS memastikan kondisi terkini, jikalau memang masih pembukaan awal dan dipastikan pulang pun tak apa. Maka aku sampaikan ke suami terkait hal tersebut dan seketika itu pula kita hendak bersiap untuk berangkat. 

Tiba di RS dan melakukan registerasi, aku memasuki ruangan IGD khusus persalinan. Seorang bidan memeriksa dan menyatakan bahwa masih pembukaan satu, rupanya ibu mertua sudah masuk pula di ruang tersebut sambil 'tergupuh-gupuh' melihat kami berdua. Bidan menyarankan untuk pulang terlebih dahulu. Kemungkinan akan bertambah pembukaan dan lahir di malam nanti atau esok hari. 

Selasa, 25 • 04• 2023
Semenjak kembali dari RS rasa dagdigdug semakin mendominasi, seusai isya' pada tanggal 24, mulai pukul 19.30 kita tidur, namun tetap standby dengan aplikasi kontraksi. Aku mulai merasakan kontraksi hebat dan intens. Tercatat di aplikasi rupanya apa yang disampaikan bidan soal kontraksi terkait durasi & frekuensi sedang aku alami. Hingga pukul 22.30an aku mulai lelah menekan dan mematikan alat tersebut, kasihan pula melihat suami yang terjaga dan terbangun per 3-6 menit sebab aku kontraksi. Rasa "nikmat" kontraksi dan mules tak berhenti-henti, hati terus berdzikir dan selalu berdoa serta meminta doa pula kepada seluruh keluarga khususnya kepada orangtua dan keridhoaan suami. 

Subuh tiba, rasa lelah sebab terjaga tak tidur pun kami rasa. Maka kejadian semalam pun kami ceritakan kepada ibu. Aku ulangi jalan-jalan di sekitar perumahan, namun per 3-5 menit langkahku terhenti dan rasa sakit kontraksi semakin menjadi. 

Hingga akhirnya ba'da dzuhur kami berangkat menuju rumah sakit. Tiba disana, kami bergegas menuju tempat seperti kemarin. Bidan melakukan pengecekan pembukaan dan rupanya masih masuk 2 pembukaan, tapi syukurlah bidan tidak menyampaikan seperti kemarin jikalau kepala janin masih goyang. Nampaknya semuanya sudah set. Ibu tanya terkait tindakan apa yang harus dilakukan setelah ini kepada bidan. Awalnya bidan menyarankan untuk pulang, namun karena kontraksi sudah sangat intens maka aku bisa melakukan stimulus agar pembukaan bertambah melalui jalan kaki sekitar rumah sakit.

Suami pun ikut siaga bersama ibu mertua. Siang itu suami membelikan kami bakso, maka kita nikmati. Nafsu makanku rasanya sudah hilang, tapi ibu dan suami memaksa untuk makan agar aku memilki energi. Usai makan, ibu mengajakku untuk berkeliling di taman depan gedung IGD, satu putaran aku berhenti tiga kali sebab kontraksi, dan ibu menemani dua kali putaran. Selanjutnya, suami yang menemani. Rasa tidak kuat beberapa kali terucap dari bibirku, sebab mules nikmat hebat kontraksi tentu belum pernah kualami dalam hidup sebelumnya.

Usai itu, seorang bidan meminta kami masuk di ruang IGD bersalin, beristirahat disana. Tercatat ashar sudah datang, ibu dan suami setia menemani proses persalinan ini. Badan rasanya sudah sangat lemah, lemas dan lelah. Bidan menyapaikan bahwa akan diperiksa per 2 jam. Oh ya, setelah aku memutuskan untuk masuk di ruang bersalin, maka infuspun sudah terpasang di sebelah kiri dipan tidurku. Ya Allah, jika mengingat kejadian saat itu rasanya "miracle" sekali. Terakhir bidan menyampaikan bahwa pembukaanku sudah masuk 5, sebuah kemajuan yang patut disyukuri.

Ibu menduga aku akan melahirkan ba'da maghrib, namun memasuki waktu maghrib pun tak kunjung ada kemajuan. Bidan kembali mengobservasi bersama dokter, bidan kedua juga menyampaikan bahwa kemungkinan masih butuh stimulus kembali sebab air ketuban juga belum keluar.

Ya Rabb, kontraksi semakin intens dan jaraknya semakin rapat. Aku masih ingat ketika ibu menyuapiku makan dan minum. Suami yang saat makan pun terganggu sebab aku yang meminta untuk di"elus-elus" bagian punggung, rasa nyaman dan sedikit mengurangi rasa sakit itu kutemukan pertama saat ibu melakukannya untukku. Beliau berdua bergantian mengelus-elus punggungku. Di ranjang itu ibu dan suami bergantian pindah tempat sebab kontraksiku semakin rapat, itu tandanya aku semakin ingin terus dielus-elus.

Bidan mengobservasi kembali usai isya' namun rupanya belum ada perkembangan soal ketuban dan pembukaan. Suami menyupport dan berkata "Dek, anak kita butuh bantuan sampean. Ayo kita ajak jalan-jalan agar dia bisa menemukan jalan keluar" sungguh, aku sudah tak ada daya tapi aku meminta pertolongan Allah selalu, dzikir dan istighfar tak henti-hentinya berkomat kamit di bibirku.

Terakhir, setelah 3 kali aku bolak balik ke kamar mandi, kali ini ada rasa berbeda di area jalan keluar bayi. Ada semacam "balon berisi air menggantung" aku menyampaikan hal tersebut usai keluar toilet sebab aku sudah tak bisa lagi BAK bahkan BAB. Oh ya, bidan menyarankan untuk tidak mengejan sebelum ada aba-aba. Maka sepanjang proses tadi aku hanya bisa inhale & exhale napas, dan rasanya pun berkali-kali lipat lelah dan lemas.

Sekitar pukul 8/9an malam itu, aku menyampaikan apa yang kurasakan, sampai di ranjang bersalin suami segera melihat dan mengajak ibu melihat pula keadaanku, ibu bersyukur sebab kata ibu itu adalah ketuban. Segera bidan memasuki ruangan dan berkata kalau sudah memasuki pembukaan 9. Rasanya ada energi baru merasuki tubuhku, semangat untuk memperjuangkan bayiku segera menemukan jalan yang mana akan mempertemukan kita.

Setelah semua dipersiapkan, bidan memberi aba-aba kapan aku harus mengejan. MasyaAllah Tabarakallah rasanya begitu nikmat dan dahsyat. Suara murattal yang dinyalakan suamiku disamping ranjangku sayup-sayup masih bisa aku ikuti, aku terus menarik dan mengeluarkan napas, diberi aba-aba oleh suami, di support pula oleh ibu. "Ayo mbk semangat, ayo mbk. Pinter mbak, ayo" semua masih terekam begitu jelas. Bahkan saat jarum infus yang terpasang di punggung tangan bocor aku masih sempat mengejan dan menyampaikan ke bidan kalau infus harus segera diperbaiki. Ya Rabb, saat ibu tepat di depanku, dan bidan terus menyuruhku mengejan sembari membenarkan cara mengejanku aku terus menatap perut dan mengejan. Wah "drama" sekali saat bidan dan ibu bilang kalau kepala bayi sudah mulai terlihat dan keluar namun tiba-tiba masuk kembali. Aku pasrahakan seutuhnya kepada Allah disaat "rasa tidak kuat" datang. Berdzikir tak berhenti, mengejan selalu, melihat suami yang dengan sabar menuntun untuk mengatur napas.

Aku kerahkan seluruh kekuatan meski nampak tatapan kosong, ingin menangis tapi dilarang, berteriak sekencang mungkin namun hanya bisa sesekali saja sebab diingatkan ibu untuk terus berjuang, dan mengganti teriakan dan tangisan menjadi  beristighafar dan berdoa. Murattal yang dimulai dari juz 28 itu berakhir di juz 29 surat Al Ma'arij, aku masih ingat bahwa itulah tanda dimana hingga akhirnya Allah memudahkan semua proses panjang persalinan berakhir, tepat pukul 21.54 WITA anak pertama kami lahir. Saat aku mendengar teriakannya rasa sakit sebelumnya tak ada apa-apanya, berubah menjadi kebahagiaan yang tak dapat dilukiskan. (Ku kira, dulu itu hanya semacam "kata-kata" namun malam itu, aku merasakan keajaiban itu sendiri) 

Proses persalinan untuk melahirkan bayi usai, dilanjutkan pasca persalinan. Semua sangat nyata dan terasa nyeri dan sakitnya robekan itu, meski kata bidan ada obat bius, bagiku tak mempan. Aku sangat "menikmati" semua rasa sakit itu. Ku pandangi bayi itu, dia sesekali menangis kencang lagi. Tangan suamiku terus aku genggam disebelahku, ku pandangi wajah sumringahnya, beliau tetap menamani proses pasca ini dengan amat telaten. Beliau selalu mengarakan pengaturan napasku, melihatku dengan binar bahagia. Dan menemani hingga semua usai. Aku tahu beliau sangatlah lelah, mondar mandir saat proses persalinan. Mengelus punggungku tak ada kata henti, disela-sela beliau mengisi perut aku merengek minta digosok, membelikan aku minuman manis, membuang air kencingku yang tertahan sebelum persalinan, beliau amat sangat cekatan dan sigap. Aku sangat bersyukur menjalani proses persalinan ditemani dua orang hebat ini. Suamiku dan ibu mertuaku yang sangat semangat ditengah lelahnya beliau masih terus memotivasiku.

Setelah semua beres, suami menelpon keluargaku yang di Jawa, mengabari bahwa Alhamdulillah aku sudah melahirkan. Oh ya kami berdua memetuskan lahiran di rumah orangtua suami, di usia kehamilan sekitar 34 weeks (Puasa dapat 4 hari kala itu) kami memutuskan LDM sementara (Kupang- Sumba). Hingga akhirnya suami datang H-4 lebaran.

Dan kini, syukur bahagia rasanya kehadiran putri kami ini. Anak pertama yang kami beri nama Adeeva Mahyatul 'Izzah [أديفا محياة العزّة] 
Adeeva; أديفا [baik, ramah, dan sopan]
Mahyatul; محياة [hidup]
'Izzah; العزّة [keagungan, kemuliaan, kekuatan]
Yang dengan nama itu kami memeohon kepada Allah semoga ia akan tumbuh menjadi Perempuan  [baik, ramah, dan sopan] yang hidup penuh dengan  [keagungan, kemuliaan & kekuatan]

أُعِيْذُكَ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍ. اَللَّهُمَّ بَارِكْ فِيْهِ وَلَا تَضُرَّهُ

“Aku menyerahkan perlindunganmu dengan kalimat Allah yang sempurna dari segala gangguan setan, binatang melata/serangga, dan segala pengaruh mata jahat. Tuhanku, turunkan keberkahan-Mu pada anak ini. Jangan izinkan sesuatu membuatnya celaka.”

Yang penuh syukur dan berbahagia,
Shihabuddin Akbar Al Fatih & Masrifatun Nida' 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu