Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Pejuang

"Kadang memang benar, kita harus jadi manusia tuli. Sebab hidup ini terlalu riuh dengan ucapan dan ujaran 'nyinyir' dari negeri seberang (orang-orang lain), di setiap langkah yang hendak kita ambil maka akan ada jutaan 'kompor' bahkan propaganda. Maka saya takkan mengambil bagian disitu, untukmu tentukan pilihan terbaikmu, karena kelak engkaulah yang mempertanggungjawabkannya, jadi jangan tergesa-gesa!" Bijak nian manusia diatas, yang sanggup menenenagkan problematika kala sedang puncaknya, bisa jadi itulah manusia-manusia sekitar kita, yang selalu berujar 'calm down!' Dulu saat masih jaman kuliah, tiba-tiba ponsel ini berdering menandakan ada satu pesan singkat dari salah satu kawan kampus, begini isinya kurang lebih "Mbak, mulai besok aku ingin berjilbab lebar kaya mbk, duduk di kelas bagian depan samping mbk, nitip satu bangku buat aku ya mbk"

Kemarin; Berbeda

Tentang sebuah klarifikasi penulis akan segala tulisan-tulisan yang telah ditulisnya~ "Pintar menulis, tapi tak pintar merasakan, apakah hatimu setumpul itu mbak?" Pagi menjelang siang ini, saya dapati chat masuk seusai saya mengirimkan pesan padanya, sebuah pertanyaan yang beruntun dengan pertanyaan. Sontak hati saya mempertanyakan ulang akan hal itu. "Setumpul itukah hatiku? Setak-pintarkah saya merasakan? Tapi Kau salah soal kepintaran menulis, saya sama sekali tidak!". Terenyuh, dan mencoba menjernihkan segalanya, dan benar jika ditinjau dari condition of the text chat yang kau kirimkan, saya paham jika perasaanmu sedang kecewa dan marah, dan tersebab itulah saya berterima kasih, chat itu menjadi klimaks untuk saya menjelaskan banyak hal dalam 'tulisan' kali ini.  Kemarin; Berbeda :) Kemarin, banyak sekali kejadian. Kemarinnya lagi, banyak pula hal-hal menarik. Dan kemarin kemarinnya lagi, berjuta peristiwa telah coba saya kantongi, Tuan!

Membangun peradaban

Alhamdulillah, satu kalimat yang menunjukkan betapa syukur kita kepada Allah, salah satunya tersebab saya masih diberi kesempatan menulis dan engkau mampu membacanya. Beberapa hari menghilang dari blog rasanya ada yang kurang, menenggelamkan semua kata hanya dalam sebuh renungan-renungan mendalam, kadangkala refleksi kadang juga kontemplasi. Dan kali ini, seusai banyak rentetan tulisan yang tertulis mengenai ibu rumah tangga yang arahnya pro kesana. Saya merasa masih banyak hal yang belum saya tuntaskan, dengan ilmu yang sungguh masih tak seberapa ini saya ingin berbagi, dan barangkali ada yang mau berbagi pula dengan saya (memberi masukan berupa kritik dan saran)  Kalimat pembuka, sebuah prolog sederhana akan keresahan saya pribadi mengenai apa sih ibu rumah tangga itu sedikit banyak sudah dijawab melalui empat postingan saya sebelum ini. Dan kali ini saya harap tulisan ini tak membuat otak saya bekerja lebih keras untuk memikirkannya terus-menerus, sebab terkadang selalu merasa

Keistimewaan Wanita: (Ibu Rumah Tangga

Bismillahirrahmanirrahim.   Catatan: Tindaklanjut berbagai komentar hasil tulisan kemarin. Semoga mampu menjadi pelengkap ya :) Sebuah percakapan~ Kamu: Jadi gimana rencana kedepan? Saya: Soal apa? Kamu: Soal menikah, soal masa depan kamu. Yuk tawakkal ke depan sudah jadi ibuk Nid Saya: Hehe, Wallahu A'lam Doanya mb :) Kamu: Hmm, Trus nanti kalau sudah berkeluarga apa masih ngajar? Saya: Pingennya jaga rumah, jadi ibu rumah tangga (tapi... 'tunggu jawaban saya di percakapan 2 ya :D') Kamu: Ayok semangat-semangatan Nid, kita sama-sama Ibu Rumah tangga. 'Kesimpulan percakapan ini saya tulis di postingan yang lalu, judulnya haruskah menjadi ibu rumah tangga?' Percakapan 2~ Dia: Nid, yang kamu maksud soal Ibu Rumah Tangga itu apa? Saya: Ya yang sesuai aku posting kemarin itu, hihi :) Dia: Jadi kamu bakal stay di rumah? Saya: Jadi begini ya, bekerja atau tidak bekerja bagi seorang istri & ibu adalah sebuah pilihan tepat bagi individu, ia past

Jika saya menjadi 'Ibu Rumah Tangga' nanti

A'udzubillahi minaSyaitooni Rajiim... وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya" -Qs: Al-Ahzab, Ayat 33 Bismillahirrahmanirrahim Dimulai dengan menyebut AsmaNya semoga ketika saya menuliskan banyak hal yang salah masih ada yang setia mengingatkan. Jadi, kemarin seusai postingan saya yang berjudul haruskah jadi ibu rumah tangga , saya pribadi ingin meluruskan banyak hal. Rasanya ada hal yang harus kita pelajari lebih lanjut lagi, le

Be your self!

Run! Berlarilah! Pahamilah! Temukan dirimu! Kamu! Be your self!  "Kau harus berani tampil mengungkapkan semua kegundahanmu! Kalau tak sekarang, lalu kapan lagi?" Kalimat itu semakin terngiang-ngiang di telinga, hanya seperti kemarin sore tapi sudah bertahun-tahun lalu rupanya. Kalimat yang mampu menyihir, membangunkan manusia yang lupa kalau semua manusia itu berhak bersuara. Menjadi pribadi sendiri, tanpa menjelma menjadi orang lain, dengan meniru gayanya, modelnya, atau cara bicaranya hingga hobinya. Toh, setiap orang itu dikarunia oleh Allah kemampuan terbaiknya masing-masing.  Saya, pernah mengikuti sebuah diklat, saya termasuk yang pemalu di depan forum, awalnya. Lalu kalimat diatas yang meyakinkan saya bahwa saya punya cara sendiri tuk mengungkapkan kegundahan saya. Jika memang dalam sebuah forum saya wajib untuk bersuara ya saya akan mengerjakan hal itu, baik dalam forum diskusi kajian, di kampus hingga rapat di sekolah. Sebab kita akan bahagia jika mampu m

Haruskah menjadi Ibu Rumah Tangga?

Nulisin judul, mau nerusin tulisan yang berbau ibuk-ibuk (for future).  "MANUSIA SUPER POWER | Seringkali tak perlu betahun tahun di bangku formal, lalu menjadi sarjana ini itu, tapi betapa mengagumkannya ketika semua sanggup dijalani, menjadi ahli semuanya, ahli kesehatan, koki terhebat dan ahli keuangan serta masih banyak lagi, sungguh menjadi teladan terbaik bagi anak-anaknya.  itulah IBU"~ Beberapa latar belakang tentang ibu rumah tangga sudah saya cantumin di postingan mengenai bolehkah menjadi ibu rumah tangga saja? Klik disini dibaca ya :) setidaknya tulisan itu akan sedikit menjawab haruskah menjadi ibu rumah tangga? Dan dilanjut dengan percakapan sederhana berikut ini~

Sudah tak seasyik dahulu

Saya persembahkan tuk anak-anak kelahiran 90an dan anak zaman now~ Dulu sekali, selepas mengaji dan ada waktu bermain sebelum maghrib, saya selalu suka bermain dengan kakak-kakak, teman-teman dan adik-adik. Mulai dari gobak sodor, petak umpet, engklek, lombat tali dan kelereng bagi anak laki-laki. Betapa masih saya ingat betul, mana kali kami bangsa anak-anak perempuan akan bermain dengan kakak-kakak laki-laki dengan tawa gembira, seperti salah satu cerita betapa begitu asyiknya waktu itu. Berhubung bapak saya punya gerobak (yang biasa dibuat ngangkut hasil berkebun dan kayu-kayu) lah itu bisa ditarik anak-anak laki-laki banyak, kita adik-adiknya yang perempuan akan diminta masuk kedalam gerobak dan kita diajak memutari kampung, horeeee! Sungguh menyenangkan sekali, seru! asyik!

Energinya menular

"Assalamu'alaikum wr.wb" "Wa'alaikumussalam wr.wb" "Bagaimana kabarnya hari ini?" "Alhamdulillah, luar biasa, Allahu Akbar" Seruangan itu gadung dengan tawa keceriaan anak-anak SD, mereka menjawab kabar dengan antusias suara lantang dan gerakan. Begitulah kebiasaan yang diajarkan oleh calon guru itu beberapa tahun lalu. Dimulai dari hal-hal sederhana yang menumbuhkan keceriaan, menumbuhkan semangat dalam belajar.  Berbeda hari, ditempat yang berbeda, bukan dalam ruangan formal dan berbaju seragam, sang guru telah menjelma menjadi teman berbagi belajar bahasa Arab di sudut gang Mt. Haryono, Malang. Sebenarnya ia dipanggil ustadzah oleh para pengurus, tapi ia memilih memperkenalkan kepada adik-adik panti asuhan itu sebagai kakak mereka dalam mengajari bahasa arab dan datang seusai sholat ashar tiap hari Ahad.

Manusia-manusia di depan gedung Pemerintah

Berbekal issu terkini Berbekal diskusi tengah malam Berbekal fakta di lapangan Berbekal banyak hal yang menjadi kegundahan Sepagi itu ia melihat medan Sedini tadi ia membuat strategi Ia ingat betul mengenai manusia pendahulu Yang telah memerdekakan Bangsa ini dengan peluh

Kadar kita

Kenapa harus dia? Kenapa bukan saya saja? | Kenapa harus saya? Kenapa bukan dia saja? Saat orang lain mendapat kebahagiaan, banyak diantara manusia yang terjebak, membanding-bandingkan kehidupannya selama ini, bahwa ia merasa lebih berhak atas kebahagiaan yang terjadi pada orang lain. Lalu, ia berujar kenapa harus dia? Kenapa bukan saya saja? Melupakan, ada begitu banyak jalan yang si dia lakukan, sedang kita duduk saja.  Dan juga bukan hal yang aneh ketika seseorang tertimpa musibah yang diucapkan adalah kenapa harus saya? Kenapa bukan dia saja? Kita menganggap orang lain berhak mendapatkan apa yang kita rasakan. Ataupun kita merasa, kita mempunyai beban lebih berat sedang orang lain tidak. Bukankah kita sudah sering mendengar banyak hal bahwa orang lain itu bisa jadi musibahnya lebih berat, sedang ia tak pernah berkeluh kesah, tak ditampakkan ke halayak manusia.

GODSIGN

Tanda Tuhan~ Pernahkah kita merasa apa yang kita harapkan 'merasa' dikabulkan segara oleh Allah? Contoh sederhananya, semisal kita mengharap (tanpa kita nyatakan) mendapat makanan favorit saat makan siang, eh tak tahunya ada tamu datang bawa makanan yang kita harapkan itu. Atau saat kita lama tak berjumpa dengan kawan lama misalanya, saat kemarin sore baru membicarakannya eh tak tahunya pagi hari saat kita ke pasar bertemu dengan si dia. Atau saat kita lama tidak dihubungi oleh seseorang yang kita cari kabarnya, eh tak tahunya tiba-tiba seketika itu dia chat. Kita jadinya senyum-senyum sendiri kan, kok bisa?  Dan contoh lebih kompleksnya adalah, manakala kita berdoa kepada Allah agar kita segera dimudahkan jalannya, terkait cara bagaimana jalan menuju urusan dunia seperti impian studi lanjutan kita, lalu soal kebahagiaan keluarga kita, lalu soal keberkahan rezeki kita, lalu soal bertemu jodoh kita pun untuk urusan akhirat kita yang memohon padanya agak kita menjadi priba

Lebih dari sebuah doa

Sebab doa lebih baik daripada ikhtiar, lalu ikhtiar yang terus didoakan akan berlipatlah kebaikannya, lalu ada lagi yang begitu dahsyat pengaruhnya.  Rupanya mereka yang sibuk dengan membaca Al-Qur'an dan mentadabburinya. عَن اَبٍي سَعيدٍ رَضَي اللٌهُ عَنهٌ قَالَ:قَالَ رَسُولُ اللٌه صَلٌى اللٌه عَلَيهٍ وَسَلٌمَ يَقُولُ الرَبُ تَبَاَركَ وَتَعَالى مَن شَغَلَهُ الُقرُانُ عَن ذَكرِي وَمَسْئلَتيِ اَعطَيتُه اَفضَلَ مَا اُعطِي السْاَئِلينً وَفَضلُ كَلآمِ اللٌه عَلى سَائِرِ الكَلآمِ كَفَضلِ اللٌه عَلى خَلقِه (رواه الترمذي والدارمي والبيهقي في الشعب ). Dari Abu Sa’id r.a. berkata, Rasulullah saw. Bersabda, “Allah berfirman, ‘barang siapa yang disibukan oleh al Qur’an daripada berdzikir kepada-Ku dan memohon kepada-Ku, maka Aku berikan kepadanya sesuatu yang lebih utama daripada yang Aku berikan kepada orang-orang yang memohon kepada-Ku dan keutamaan kalam Allah diatas seluruh perkataan adalah seumpama keutamaan Allah atas makhluk-Nya.” (Hr. Tirmidzi, DArami, dan Baihaqi)

Maret 2016, tatapan teduh terakhir darinya

"Hati-hati" kata beliau tanpa banyak penjelasan atau kalimat selanjutnya beberapa waktu lalu~ Sudah menjadi kebiasaan wajib di keluarga saya, ketika hendak keluar rumah atau sampai di rumah akan mencium kedua telapak tangan bapak-ibu. Dan seperti hari-hari sebelumnya hal itu akan dilakukan semua anggota keluarga. Seperti hari-hari sebelumnya hal itu, akan dilakukan semua anggota keluarga. Bahkan saat bapak atau ibu keluar rumah, maka kita anak-anaknya selalu mencium tangan keduanya. Pagi sekitar pukul setengah 7 menuju sekolah, seusai Ibu memasak dan menyiapkan sarapan, maka sayapun berpamitan ke sekolah. Beliau berdua, bapak ibu saya akan saya cium kedua telapak tangannya sambil meminta doa dan mengucap salam.  Itulah kejadian tiap pagi semasa saya sekolah, dan hingga akhirnya seusai Madrasah Aliyah (sederajat dengan SMA). Saya meningalkan rumah dan jauh dari kedua orangtua. Dan ritual demikianpun terus tumbuh baik dalam keluarga saya. Aku suka manakala ibu sudah

10 menit tak terduga

"....siapa sangka, ternyata sayalah nama yang disebut olehnya" :D Sebuah kisah dibalik 10 menit tak terduga~ Pagi ini, di minggu awal bulan februari, minggu awal yang pastinya akan diisi dengan pelatihan di yayasan Al Ibrah, lalu saya buka ponsel, melihat pelatihan apa sebenarnya untuk bulan ini, mengingat bahwa tiap bulan pastilah berbeda-beda. Akhirnya saya membuka group WA resmi SMPIT Al Ibrah, disana ada sebuah informasi. "Informasi Pembinaan SDM"   >sabtu, 3 feb 2018 >09.15 - 11.00 wib >aula sdit al ibrah >cara mudah membuat essay bersama ust. Rafif FLP Jatim >175 sdm al ibrah (ustadz/ah) >RTL membuat essay Jazakumullah.  Demikianlah isi pemberitahuan tersebut.  Ada perasaan senang, sebab ada pembinaan kepenulisan, apalagi mengenai essay, makin berlipatlah senang saya. Sebab akhir-akhir ini saya merasa tulisan saya tidak ada arahnya, asal tulis saja, tapi untuk essay kan harus ada aturannya. Maka pukul 9 saya berangkat ke l

Siapa yang berhak disalahkan?

"Sebab, teladan terbaik bukan lewat bibir yang terus berujar, melainkan sebuah tindakan jelas yang akan menjadi panutan" Nida'~ Saya pernah mendapat cerita dalam sebuah pelatihan (yang saya gubah beberapa hal)~ Cerita ini berawal dari sebuah sekolah kecil yang berada di pelosok Negeri Indonesia, pendidikan yang kualitasnya masih belum bisa dipukul rata, dengan berbagai infrastuktur yang masih sangat kurang memadai, jadi tak heran akan menghasilkan output yang 'biasa-biasa saja', hingga akhirnya dikirimlah seorang sarjana muda, ia berasal dari pulau Jawa. Awal ia menjajaki pulau luar Jawa, hatinya sedikit kacau, ditambah hari survei yang ia anggap diluar dugaan, ia menyusuri setiap sudut sekolah bersama bapak kepala sekolah, dan tibalah pemandangan mengejutkan hatinya, sudah lewat jam yang ditentukan untuk masuk sekolah, masih banyak sekali murid-murid yang datang, bahkan sebagian tidak memakai seragam lengkap. Hingga akhirnya perasaannya dibaca oleh kepala s

Happy new month, happy new day

Selamat datang bulan baru Selamat dengan hari baru Februari tanggal satu~ Tidak ada hari paling baik, sebab engkaulah yang menjadikan setiap hari itu menjadi baik. Pun tak ada hari yang buruk, sebab engkaulah yang menjadikan setiap hari itu terpuruk. Mengawali setiap hari dengan prasangka baik, menjadikan setiap hari adalah perbaikan diri. Yakan?  S ebab yang kamu cari tidak pernah ada dibelakangmu, ia di depan. Teruskan perjalananmu, berhentilah berpikir untuk kembali ke masa lalu. Sebab, sama sekali tidak mungkin!  Masrifatun Nida' Gresik, 01 Februari 2018