Jika saya menjadi 'Ibu Rumah Tangga' nanti

A'udzubillahi minaSyaitooni Rajiim...

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya" -Qs: Al-Ahzab, Ayat 33

Bismillahirrahmanirrahim
Dimulai dengan menyebut AsmaNya semoga ketika saya menuliskan banyak hal yang salah masih ada yang setia mengingatkan. Jadi, kemarin seusai postingan saya yang berjudul haruskah jadi ibu rumah tangga, saya pribadi ingin meluruskan banyak hal. Rasanya ada hal yang harus kita pelajari lebih lanjut lagi, lebih tepatnya tentang seorang wanita yang sudah menikah lantas ia menjadi ibu rumah tangga.

Ibu rumah tangga, julukan untuk seorang wanita yang berstatus istri dan juga ibu (jika Allah memberi karunia anak-anak hasil pernikahannya) yang sibuk dengan segala tugasnya di dalam rumah. Barangkali demikian pengertian dari IRT (baca: Ibu Rumah Tangga) bagi banyak orang. Namun nyatanya sekarang banyak sekali istri yang turut bekerja di luar rumah, mulai dari tuntutan ekonomi, desakan orangtua atau suami, kebutuhan aktualisasi diri, sampai masalah emansipasi. Padahal Islam dengan tegas menyatakan bahwa sebaik-baik wanita adalah yang berada di rumahnya [Baca surah pembuka tulisan saya ya, diatas :)]

Islam sungguh agama sempurna yang mengetahui hakekat wanita seutuhnya, sebab dengan berada di rumah, seorang wanita akan terjaga kemuliaannya, jauh dari tekanan-tekanan pekerjaan dan lingkungan kerja yang tidak sesuai dengn kondisi fisik dan psikisnya. Namun tak dapat dipungkiri, adakalanya seorang wanita Muslimah terpaksa bekerja keluar rumah demi mencari tambahan nafkah bagi keluarganya, apalagi pada masa sekarang ini dimana beban ekonomi semakin berat.  

Jadi ada syarat-syarat wanita bekerja. Yaitu:
1. Dalam keadaan darurat atau terpaksa
2. Menghindari ikhtilat
3. Tidak tabarruj (berdandan berlebihan)
4. Menggunakan pakaian yang syar'i
5. Mendapat izin dari suami atau orangtua.
Dan kesemuanya ada satu hal paling mendasar ketika seorang wanita tersebut sudah bergelar istri dan ibu. Ia harus pandai dalam mengatur waktu dan menempatkan urusan rumah tangga dan anak sebagai prioritas utama.
 
Ada satu catatan terpenting manakala istri bekerja, yakni: Ikhlaskan niat. Sebab setiap perbuatan pastilah selalu dimulai dengan niat. Jadikanlah niat bekerja di luar rumah adalah untuk membantu suami, -yang bahkan bisa digolongkan bersedekah- karena sesungguhnya mencari nafkah adalah tugas suami. Niatkan pula agar tidak selamanya bekerja di luar rumah, karena bagaimanapun adalah itu hanya diperbolehkan dalam keadaan terpaksa. Sebisa mungkin kumpulkan modal dari penghasilan untuk membuka usaha sendiri sesuai kemampuan. Dengan diiringi basmalah, niat yang ikhlas, dan usaha yang jujur, insya Allah penghasilan akan mendapatkan berkah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. 

Jadi, jika saya menjadi "Ibu Rumah Tangga" nanti. Saya ingin jadi ibu fulltime bukan parttime, 24 bisa handle rumah dan seisinya. Semoga bisa menjadi teladan bagi keluarga, istri dan ibu sholihah mukminah. Sebab apa? Teringat sebuah kutipan menarik yang mengatakan bahwa, "wanita yang mendidik seorang anak laki-laki mungkin ia sedang melahirkan seorang pemimpin, sedangkan wanita yang melahirkan dan mendidik seorang anak perempuan, maka ia sedang mendidik sebuah peradaban."

Oh ya, selanjutnya saya akan bahas terkait ada seorang wanita yang datang kepada Rasulullah Sallalahu Alaihi Wasallam mewakili para wanita lainnya, lalu mengutarakan pendapatnya mengenai 'wanita yang terkurung dan terbatas gerak langkahnya, mereka menganggap hanya menjadi penjaga rumah tangga kaum lelaki, tempat memenuhi syahwatnya, mereka mengandung anak-anaknya, tetapi lelaki memiliki keutamaan melebihi kaum wanita..... '
 
Ada yang tahu apa jawaban Rasullullah atas pertanyaan Asma Binti Yazid bin Al-Sakan tersebut?
'InsyaAllah sangat ada kaitannya dengan postingan saya ini lo, hehe :D'
Tulisan ini terinspirasi dari:
*Pengalaman ibuk-ibuk sekitar
*2 Buku (Wanita berkarir surga & Super wife, super mom, super woman) 

Masrifatun Nida'
Gresik, 12 Februari 2018

Komentar

  1. Allaah~
    Senang sekali untuk postingan kali ini mbaaa. Bikin pengen duduk bareng mba Nida ditemani 2 cangkir teh (karna saya gasuka kopi wkwl) dan kita bisa ngobrool panjang lebar soal iniii. Aaah. Makasoh ya mbaa. Ditunggu post selanjutnyaaa♥

    BalasHapus
    Balasan
    1. Peluk mbk Faaay 😚 ,hihi kit samaan gak suka kopi, milih teh ajah, meski aku pribadi suka warkop se mbk 😅 'banyak kenangan soale' upsss... Yuk diagendakan bahas ini panjang kali lebar kali tinggi, share ilmu mb Fay, aku juga butuh ituuu 😆 | InsyaAllah mau posting habis tulisanlah, ditunggu krisannya mbk ❤

      Hapus
    2. Wkwkw kok aku gagal fokus sama tanda kutipnya ituloh mba wkwk

      Hapus
    3. Fokus fokus mb Fay, hehehe 😅 | itu mah intermezo 😂

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah