Keistimewaan Wanita: (Ibu Rumah Tangga

Bismillahirrahmanirrahim.
 
Catatan: Tindaklanjut berbagai komentar hasil tulisan kemarin. Semoga mampu menjadi pelengkap ya :)

Sebuah percakapan~
Kamu: Jadi gimana rencana kedepan?
Saya: Soal apa?
Kamu: Soal menikah, soal masa depan kamu. Yuk tawakkal ke depan sudah jadi ibuk Nid
Saya: Hehe, Wallahu A'lam Doanya mb :)
Kamu: Hmm, Trus nanti kalau sudah berkeluarga apa masih ngajar?
Saya: Pingennya jaga rumah, jadi ibu rumah tangga (tapi... 'tunggu jawaban saya di percakapan 2 ya :D')
Kamu: Ayok semangat-semangatan Nid, kita sama-sama Ibu Rumah tangga.
'Kesimpulan percakapan ini saya tulis di postingan yang lalu, judulnya haruskah menjadi ibu rumah tangga?'

Percakapan 2~
Dia: Nid, yang kamu maksud soal Ibu Rumah Tangga itu apa?
Saya: Ya yang sesuai aku posting kemarin itu, hihi :)
Dia: Jadi kamu bakal stay di rumah?
Saya: Jadi begini ya, bekerja atau tidak bekerja bagi seorang istri & ibu adalah sebuah pilihan tepat bagi individu, ia pasti punya alasan tersendiri kenapa. Kalau saya pribadi dari awal punya prinsip A ya nanti bakalan didiskusiin sama suami lah ya.
Dia: Lah itu, kamu belum tahu medan kan, lawong kamu belum menikah juga. Pasti beda kalau nanti menikah
Saya: Satu hal yang mendasari kenapa saya harus punya prinsip. Visi misi menikah itu harus jelas, visi misi jadi istri dan ibu itu harus jelas.
Dia: Lalu gimana kamu? Masak mau di rumah aja ngurus ini itu?
Saya: Jadi begini, baik mau berkerja atau tidak bekerja, saya ingin jadi orang bermanfaat. Satu hal yang perlu kita catat, bekerja di luar itu sebabnya terpaksa, dan sudah didiskusiin sama suami.
Dia: Ooh
Saya: Kenapa saya ingin menjadi ibu fulltime? 24 jam? Saya memilih untuk di rumah sebab saya berharap menjadi orang pertama kala suami saya dan anak-anak saya membutuhkan. Saya tidak mau bingung di kantor (yang dituntut dengan berbagai sistem dan aturan kaku).
Dia: Jadi kau beneran gak akan kelaur rumah?
Saya: Satu hal yang perlu di garisbawahi,
selama apa yang ada di rumah itu bermanfaat, selama suami kelak mengizinkan, namun jika suami nanti meminta untuk berjuang dijalanNya bersamanya, mengabdi misalnya, berjuang di suatu tempat 'tidak harus menggunakan sistem kaku' saya siap. Dengan tetap bahwa menjadi garda terdepan kala keluarga, suami dan anak-anak membutuhkan. Saya pingen kaya ibu saya, selalu menemani dan bersama bapak kala beliau membutuhkan, tidak pernah sungkan dan enggan ketika suaminya meminta bantuan dalam hal pekerjaan, seperti ibu saya yang selalu ada bersama anak-anaknya (semoga Surga tempat beliau berdua, untuk kedua orangtua kalian juga ya)
"Jadi menjadi ibu rumah tangga itu jangan terlalu diartikan sempit, menjadi wanita yang siap sedia bagaimanapun keadannya. Yang terpenting, semua sudah didikusiin bareng berdua"

Kisah yang berasal dari pertanyaan keren Asma binti Yazid bin Al-Sakan kepada Rasulullah SAW (Saya kutip dibuku 'wanita berkarir surga, hal 101-103')~
Keresahan wanita sekarang ternyata pernah juga terjadi pada zaman Rasulullah SAW.
Pada satu riwayat, Asma binti Yazid bin Al-Sakan dikenal sebagai wanita yang memiliki kehebatan hujjah dan daya pikat di dalam ucapan-ucapannya. Kelebihannya ini ditambah lagi dengan keilmuannya terhadap isi kandungan Al-Quran dan Hadist, sebab itulah ia diberi gelar sebagai khatibatun nisa (juru bicara kaum wanita) 

Asma binti Yazid pernah bergabung bersama pasukan kaum muslimin semasa perang Khandaq. Pada waktu itu Ia berperan mengirimkan makanan kepada Rasulullah SAW, Ia juga pergi ke Hudaibiyah dan terlibat dalam ba'iat Ar-Ridwan, selain turut serta di dalam perang Khaibar. Pada tahun ke-13H, Asma berperan besar dalam perang Yarmuk dengan menyediakan logistik bagi pasukan perang kaum muslimin, memberi minuman kepada para prajurit yang kehausan dan mengobati tentara yang terluka. 

Alangkah pedihnya menyaksikan jasad-jasad yang terbujur seperti bangkai. Mereka yang masih bernyawa seketika dirawat oleh Asma agar kembali merasakan keselamatan hidup. Ia berperan sebagai seorang dokter bagi para pasukan perang umat Islam. Tidak hanya itu, ia berperan seperti layaknya saudara yang menghibur janda-janda yang tinggal mati suaminya di Medan perang. Atas nama merekalah kemudian Asma menjadi wakil untuk menyampaikan keluh kesah kaum wanita kepada Rasulullah SAW.

Asma menghadap kepada Rasulullah SAW~
Wahai Rasulullah, sesengguhnya aku adalah utusan bagi seluruh wanita muslimah di belakangku, mereka semua mengatakan sebagaimana yang aku katakan dan berpendapat sesuai dengan pendapatku sesungguhnya Allah SWT mengutusmu bagi seluruh pria & wanita kemudian kami beriman kepadamu dan membaiatmu,  adapun kami menjadi penjaga rumah tangga kaum lelaki, dan kami adalah tempat memenuhi syahwat mereka, kamilah yang mengandung anak-anak mereka, akan tetapi kaum pria mendapatkan keutamaan melebihi kami dengan shalat jum'at, mengantar jenazah dan berjihad. Apabila mereka keluar untuk berjihad kamilah yang menjaga harta mereka, yang mendidik anak-anak mereka, mendengar pertanyaan tersebut Raasulullah SAW menoleh kepada para sahabat dan bersabda, pernakah kalian mendengar pertanyaan seorang wanita tentang agama yang lebih baik dari apa yang ditanyakan? Para sahabat menjawab, "Benar, kami belum pernah mendengarnya,wahai Rasulullah!

Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "kembalilah wahai Asma, dan beritahukanlah kepada para wanita yang berada dibelakangmu bahwa perlakuan baik mereka kepada suaminya, upayanya dalam mencari keridhaan suaminya, mengikuti (patuh terhadap) apa yang disuruhnya (selama tidak melanggar syariat), itu semua setimpal dengan seluruh amal yang kamu sebutkan dan yang dikerjakan oleh kaum lelaki" (HR. Muslim) 

Setelah Asma bin Yazid mendengar pernyataan Rasulullah SAW tersebut, Asma lalu pergi dengan perasaan yang sangat bahagia. Kekhawatiranya selama ini mengenai rendahnya status wanita dalam islam, tidak benar adanya. Inilah cara islam memuliakan wanita.
Yaitu memberikan baginya ruang sesuai dengan fitrahnya. Bukan malah memaksa wanita berktivitas bertentangan dengan fitrahnya. 

Islam itu datang dari Dzat yang Maha Adil dan Maha Tahu, itulah mengapa Islam memberikan kepada pria hal yang paling mampu dilaksanakannya, dan juga kepada wanita sesuai dengan keahliannya.
Pria & wanita dapat berbagi tugas dan berkalaborasi dalam perbedaan. Jadi bukan tentang siapa yang kalah atau menang, bukan tentang siapa yang mengendalikan dan yang dikendalikan. Tetapi, tentang menjalankan ketaatan pada Allah sesuai apa yang Allah perintahkan sesuai dengan fitrahnya masing-masing. 

*Mari persiapakan banyak hal sejak dini, pria dan wanita harus pandai dalam hal agama, agar tidak ada tumpang tindih kan ya. Bismillah semoga dimudahkan jalan kita dalam sebuah prinsip. 

Masrifatun Nida'
Gresik, 13 Februari 2018

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah