Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2017

Persiapan diri menikmati fase "quarter life crisis"

Loha! kembali ke kotak berbagi saya. Semoga para pembaca dalam keadaan bahagia, hehehe. Setelah beberapa waktu lalu saya mencoba menjawab apa itu quarter life crisis , kali ini saya ingin berbagi sedikit mengenai -apa saja amunisi yang kita butuhkan untuk menghadapi fase quarter life crisis ? -   For your information , meski fase ini dialami oleh mereka yang berusia 25 tahun keatas, perlu kiranya kita persiapkan -jawaban terbaik- sejak saat ini (baca: sebelum usia 25 tahun). Iyakan? Langsung ke point amunisi-amunisinya ya, hehe :) 1. Buatlah prioritas hidup Semua orang itu punya target dan prioritas hidup masing-masing, oleh karenanya penting bagi kita punya pendirian dari apa yang hendak kita prioritaakan. Ingat!  Semua punya pilihan dan impian, dan semua berhak memilih jalannya masing-masing. Jadi prioritas dan targetan ini bisa kita bagi jadi 3, pertama jangka pendek, kedua jangka menengah dan ketiga jangka panjang. Dari sini kita mampu mengarahkan diri hendak kemana

Apa itu "quarter life crisis" ?

Quarter life crisis jika diartikan dalam bahasa indonesia adalah keadaan krisis hidup seperempat abad, ini artinya keadaan yang dialami manusia usia 25 tahun keatas, keadaan ini merupakan perasaan dimana seseorang akan merasa hidupnya "ditekan lebih dalam" dengan pelbagai pertanyaan sederhana yang ia buat sendiri.  Seperti perjalanan manusia mulai dari bayi hingga tua, dari lahir hingga mati, ada satu fase yang dijalani yakni peralihan dari masa remaja menuju dewasa, di sini akan muncullah pertanyaan demikian: bingung belum lulus, bimbang kerja atau S2, galau soal pilihan pekerjaan, setelah itu pekerjaan yang dijalani bisa jadi engkau benci atau cintai, mulai tertekan disaat temanmu satu per satu sudah menikah, yang kessmuannya berasal dari keluarga, namun kemudian muncullah pertanyaan apakah bisa membanggakan keluraga, ingin mandiri dan tidak menjadi beban keluarga, lantas berpikir hidup macam apa yang hendak dijalani? -sungguh membenturkan antara idealis atau realistis

Banting Setir

Setiap langkah kita pasti punya banyak impian, jangka pendek semenjak kanak-kanak, jangka menengah hingga jangka panjang hingga dewasa dan menua kelak. Yang tertulis atau tak tertulis, yang tertempel atau tak tertempel, yang selalu teringat atau bahkan yang telah terlupakan, yang stabil ataupun yang terkadang berbeda arah.  Perjalanan akhir-akhir ini mengingatkan diri ini pada beberapa hal, terkadang yang idealis berubah menjadi realistis, ada yang ia semasa SMAnya masuk jurusan IPA, tak tahunya kuliah di bahasa, atau yang dulunya anak keagamaan masuk kuliah kesehatan, atau bahkan anak IPA masuk kuliah di jurusan hukum, begitupun setelahnya, ia yang kuliah di jurusan bahasa belum tentu memilih jalan yang sesuai dengan jurusan yang digelutinya dulu, atau ia yang belajar di kesehatan semasa kuliahpun memilih jalan baru tak seusai sarjananya, atau lulusan hukum yang belum tentu ingin mengabdi lewat lembaga formal itu, toh ada banyak anak teknik yang akhirnya memilih jadi -usahawan- (

Jum'at lalu telah berlalu

Embun telah lama menyingsing Berubah menjadi cerah rona kuning Pagi itu selepas istrinya mencuci baju putih miliknya, gadisnyapun telah bersiap merapikan lagi baju putih yang telah kering Ba'da bersiap diri dan meninggalkan roda dua yang telah dipanasi Ia memanggil anak lelakinya Tentu tak melupakan ritual memberi wewangian pada baju putihnya, wewangian khasnya hadiah dari salah seorang sahabatnya yang baru saja ke Baitulloh kala itu Tak lupa menyisiri rambut tak begitu tebal yang nampak senada dengan warna bajunya Dan dengan segera menuju ke rumah Allah dengan suka cita Hari bahagia, Jum'at 5 Ramadhan 1438 H kala itu

Teruntuk kids jaman "now"

"Jangan paksakan anakmu seperti kamu , karena ia diciptakan bukan di zamanmu . (Ali bin Abi Thalib ) " Diatas merupakan satu kutipan yang terus menjadi nasehat yang wajib direnungkan dan dilaksanakan dengan aksi nyata. Menatap dan berbaur langsung dengan zaman saat ini, waktu terus berputar dan kehidupan semakin dimanjakan dan dimudahkan dengan berbagai teknologi yang mutakhir. Berbagai teknologi yang bisa dinikmati oleh semua kalangan, orangtua, dewasa, remaja, kanak-kanak hingga balita. Tak menjadi suatu hal yang tabu bahwasannya semua lini baik -kesehatan, pendidikan, ekonomi, hingga sosial-politik- manusia zaman sekarang sangatlah didukung oleh berbagai teknologi. Saya mengambil salah satu hasil teknologi yang sungguh berefek dahsyat. Bisa menunjang bisa pula semakin menghinakan. Ga dget. Siapa yang tak punya satu teknologi ini dalam kehidupannya? Hampir semua kalangan memilikinya, dari kalangan manapun. Saya ingin menitikberatkan pada kalangan kids jaman now, bag

Kerja bukan rutinitas biasa, jadikan ia ibadah!

Saya pernah membaca sebuah pesan, tapi maaf saya lupa siapa yg menuliskan, intinya adalah "Jika engkau digaji 5juta tapi engkau bekerja seperti orang yang digaji 10juta maka Allah akan mengganti 5juta sisanya itu dengan hal hal baik, mulai dari kesehatan yg tak ternilai, keluarga yang berkecukupan, anak-anak yang berbakti, ibadah yang teratur, dan tentu saja gaji yang barokah. Namun jika sebaliknya, jika engkau digaji 10juta tapi kerjamu seperti mereka yang digaji 5juta, siap-siap Allah akan ganti -kemalasanmu yang menyia-nyiakan 5juta- itu dengan ketidakbaikan, mulai dari kesehatan yang terganggu, keharmonisan keluarga pun berantakan, bahkan gaji yang terus dinilai kurang" Itulah sebuah pesan yang selalu saya pribadi ingat, dalam hal apapun, dalam bentuk kerja apapun. Jika dulu semasa kuliah saya mendapat amanah dalam hal "kerja" konsep itu yang saya terus dengungkan dalam hati. Namun namanya manusia biasa yang sering mengeluh, sayapun terkadang terlena tak be

Pohon teduh yang berasal dari dedaunan mungil

Dedaunan mungil itu bisa jadi yang paling bermanfaat | Seringkali kita terjebak pada ia yang tertinggi pangkatnya, tahtanya dan kedudukannya adalah ia yang memiliki sederet gelar, penghargaan yang tak terhitung, atau materi yang begitu melimpah ruah. Sayangnya, kita lupa pada mereka yang 'kecil' tapi berpengaruh, meski tanpa sederet gelar bahkan apresiasi lebih, mereka tulus mengabdi. Seperti tukang sopir yang tak bosan membawa penumpang ke tempat yang ia tuju, bisa jadi si sopir sudah bosan atau muak melulu kesitu, tapi dengan sabar ia layani si penumpang dengan senang hati. Bisa juga para penjaga wahana permainan di tempat-tempat permainan yang kita kunjungi, entah sudah keberapa ia nyalakan tombol on off dan menyapa pengunjung, ia tetap setia saja melayani, kadang juga mendapat bonus sunyum ramah mereka. Ya banyak manusia yang tak perlu berpangkat tinggi namun berefek memberi senyum bahagia pada kita.  Bisa jadi kita 'hanya' menjadi dedaunan mungil bagi yang lain

TERIMA KASIH

"kita menjadi , tersebab adanya mereka" Sir Edmund Hillary, Siapa yang tidak kenal dengan Sir Edmund Hillary? Dialah sang penakluk Puncak gunung tertinggi Everest, Himalaya. Dengan ketinggian 8.850mdpl. Yang terkenal dan dikenal sebagai orang pertama yang sanggup menaklukkan puncak tertinggi itu. Namun, jika kita ditanya siapakah dia Tenzing Norgay? Sebagian dari kita akan menjawab -kurang tahu atau bahkan tak tahu-.  Singkat cerita, dari Sumber buku yang pernah saya baca begini "Tenzing Norgay adalah pemandu Sir Edmund Hillary kala itu, disepanjang jalan Ia selalu didepan, namun ketika sudah hampir sampai pada ketinggian tertinggi itu, Ia mempersilahkan Sir Edmund Hillary untuk maju kedepan dan memimpin rombongan. Jadi, benar jika Sir Edmund Hillary menjadi manusia pertama yang sampai pada ketinggian itu. Tapi? Siapa yang mengantarkan Ia sampai disana? Ialah Tenzing Norgay. Ketika para wartawan sibuk mewawancarai Sir Edmund Hillary, hanya ada satu wartawan yan