Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2020

Ramadan yang selalu istimewa

Gambar
"Bagaimanapun keadaannya saat kedatanganmu, kau tetap istimewa.  Dan sambutan untukmu harus selalu meriah." -Masrifatun Nida'- Dewasa ini, keadaan kita sedang tidak baik baik saja. Tentu, sudah kita ketahui jika pendemi begitu menyita perhatian hati dan fisik kita. Allah menguji segala bentuk perasaan kita saat wabah ini datang tepatnya ketika di bulan mulia. Masihkah kita bisa mengistimewakannya? Sangat bisa, dan rasanyapun memasuki hari ke tujuh, Ramadhan tetaplah Ramadhan yang di nantikan kehadirannya. Lantas bagaimana dengan sambutannya? Apakah sama seperti sebelumnya yang begitu meriah? Mungkin, untuk menjawab persoalan ini hati kita perlu menepi dari hiruk pikuk keegoisan terlebih dahulu, menyampaikan dan meresapi ke dalam hati. Dan jawabannya adalah, meriah bukanlah sebentuk sambutan yang cukup lewat seremoni dan juga kasat mata. Namun, lebih tepatnya ia bersemayam pada jiwa tiap mukmin. Apapun keadaannya, bahkan jika sekalipun tak ada acara sahur on thr

Semoga keadaan jauh lebih baik

Apapun yang dilakukan sendirian untuk saat ini, cukup menyedihkan bagiku. Ramadhan sudah tuntas tiga hari kita kerjakan. Namun, di sebagian perasaan tersimpan kerinduan untuk melakukannya bersama. Sahur bersama, berjamaah bersama, melakukan aktivitas bersama, dan juga berbuka bersama. Namun, semoga apa-apa yang tengah terjadi, tak menyurutkan sedikitpun hati kecewa. Sebab, semua sudah ada takarannya. Ikhlaskan, sabar. Bismillah keaadan segera membaik. Teruntuk bundaku tersayang,  شفاك الله ... لا بأس طهور إن شاء الله... 

Semua pasti berlalu

Di dunia ini semuanya berputar, dinamis, melesat dengan tiada terduga. Termasuk bahagia, sedih, sehat, sakit, semuanya pasti berlalu. Maka, bersikap tidak berlebihan di tiap momentnya. Semoga yang sedang berbahagia mampu mengontrol diri, yang sedang sedih meluapkannya pada tempat terbaik, yang sedang sehat senantiasa bersyukur, dan yang sakit senantiasa ikhlas bersabar. Ingat, akan ada waktunya semua berlalu.

Hari ini belajar apa?

Gambar
Alhamdulillahillah 'ala kulli haal, diatas segala keterbatasan kita saat ini ada sabar yang mengalun indah untuk terus dijunjung tinggi, ada syukur yang harus terus dirapal tiada henti.  "....., selalu tebar kebaikan di manapun dan kapanpun nggeh 🙏." Kalimat yang masuk disalah satu chat pribadi media sosial malam ini seakan membius diri ini, lalu menelisik kedalam hati apa saja yang sudah dilakukan seharian ini? Begitu gumamku dalam hati. Minimal, sudahkah aku belajar banyak untuk hari ini dalam menyambut Ramadhan?

Kenang-kenangan yang berpindah tangan

Gambar
"Hey, sepeda e sampean lo masih ada" Kalimat itu mengejutkan saya yang sedari tadi asyik menggunakan smartphone di atas kursi duduk.  "Sepeda apa?" Jawabku kaget. Hehe, itu tadi adik saya mengatakan demikian. "Sepeda e sampean yang biru pas sekolah" ... Lamunanku teringat terakhir kali menggunakan sepeda itu, dua kali di akhir detik-detik saya sekolah di tingkat akhir kala itu menyaksikan kecelakan dengan mata kepala saya. Wush! Dahsyat . Yang pertama, kecelakaan itu saya sendiri dengan sepeda motor yang dikendarai adik kelas saya, hal itu mengguncang batin & fisik saya dan sepeda saya. Tiba di rumah, saya nangis gak karuan. Shock , ditambah sepeda sudah tidak karuan di bagian depan, tapi Alhamdulillah masih bisa dikendarai selamat sampai di rumah. Yang kedua , seakan saya diingatkan kembali oleh kecelakaan kemarin. Pas esoknya saya melihat seorang yang ditabrak oleh sepeda motor, ya Allah memori itu masih begitu terlintas dibenak saya. Ya dua

Selalu ada harapan

Gambar
Meruntuhkan bangsa lewat akhlak rendah. Begitulah judul tulisan yang di muat di majalah Sabili cetakan Januari 2010. Hampir 10 tahun yang lalu, saat saya duduk di bangku akhir sekolah. Entah, beberapa pekan yang lalu tiba-tiba majalah itu ada persis di samping kala saya usai sholat. Oh iya, tulisan itu karya Herry Nurdi. Singkatnya, beliau menjabarkan tentang mata-mata Suriah, namanya adalah Eli Cohen, ia menyelundup dalam banyak sektor bahkan telah berpengaruh dalam komunitas Suriah di Argentina. Hampir-hampir saja, Eli Cohen menjadi Presiden Suriah, jika skandalnya yang rapi tak terbongkar, ganjarannya ia di gantung dj tengah lapang pada 18 Mei 1965 disaksikan lebih dari 10.000 rakyat Suriah.

Yuk, ngaji dari rumah!

Apa kabar imanku? Iman keluargaku? Oleh: KH.Bachtiar Nasir & Dr.Amir Faishol Fath Sabtu malam (11/04/2020), Alhamdulillah masih Allah sempatkan untuk belajar online. Meski ada beberapa kendala dan yang paling utama adalah sinyal, mohon maaf tulisan ini tentu tidak sempurna. Namun, Alhamdulillah ala kulli haal saya masih bisa mendapatkan rangkuman penting dari kajian malam itu. Di sisa pembahasan malam itu Ustadz Bachtiar menekankan bahwasannya menjadi seorang ayah itu wajib menjadi teladan soal agama , anak akan selalu mengingat bukan dari segi yang lain. Tapi bagaimana seorang ayah itu tegas dalam hal agamanya, UBN pun menekankan lagi bahwa "Jadilah madrasah terbaik untuk anak-anak, sebab tidak ada kata terlambat!" Apalagi di moment seperti ini ya (Bagi sebagian rumah tangga) tentu kuantitas bersama keluarga lebih banyak, maka jadikan berkualitas, semoga Allah mudahkan.

Kebaikan sederhana berbuah berkah

Gambar
"Do good and good will come to you" -Lakukan kebaikan dan kebaikan itu akan kembali kepadamu- (Anonim) Mentari bersinar terang menghangatkan setiap insan yang menjumpainya, dan kebaikan laksana  mentari yang selalu hadir setiap pagi, memberi harapan. Waktu terus bergerak maju, pundi-pundi kebajikan meminta untuk terus diisi, sebab hidup ini bukan hanya soal memperkaya diri, tapi menebarkan manfaat seluas-luasnya dan menjadi berarti. Meski sederhana, meski tak seberapa menurut orang lain, tapi tak apa. Lanjutkan kebaikan!  sebab "Kebaikan adalah kebaikan dalam bentuk sederhana sekalipun". Jadilah manusia yang terus menebar kebaikan . Hampir dua tahun lebih, saya sudah meninggalkan kota rantau saat berkecimpung di dunia perkuliahan saat itu, di sela-sela akhir kuliah, Alhamdulillah Allah hadirkan amanah sekaligus tempat terbaik menumpahkan jenuh saat skripsi banyak revisi, hehehe. Kala itu, di awal semester 7 saya mendapatkan amanah untuk mengisi di

Berhenti

Nampak senja ranum di ujung petang Berubah gelap tanpa cahaya surya Namun gemerlap bintang mengalunkan indah memancarkan terangnya Aku menatap langit luas malam ini Nampak sepi selepas hujan sore tadi Aku menatap jendela yang terbuka menganga Sura desau semilir angin dan pepohonan Sepi, tanpa suara selain daripadanya

Percayalah, akan tiba (waktu) yang telah kau tunggu

Gambar
-03 Maret 2020- Pagi itu tiba-tiba ada pesan masuk lewat whatsapp, ku buka ternyata dari sahabatku.  Fila: "Nida' kenal mas Dian?" Aku: "Mas Dian Agus Salim?" Fila: "Iya" Aku: "Oh iya, dia seniorku di komisariat. Kenapa? Kamu sedang ta'aruf?" (Niat iseng ku bertanya)  Fila: "Doakan ya" (Seriusan dia menjawab)

Nahkoda dan Samudra

Hari ini, bisa jadi hatinya berkeping-keping runtuh kembali, berserakan, dan ia mencoba menata kembali, tapi belum begitu kuat, rapuh. Hari ini, bisa jadi air matanya tak tumpah, tapi badannya bergetar hebat, jantungnya berdegup lebih kencang, menahan beban hebat yang menimpa. Hari ini, bisa jadi tatapannya kosong, namun di dalam kedalaman sukmanya mengaga sebuah luka. Hari ini, ia berduka kembali, di samudra yang luas ini ia di tinggalkan kembali (tanpa nahkoda). Hari ini, ia menengadah ke atas, mendongak di atas layar kapal besar diatas samudra luas , menatap tajam langit yang sama luasnya, bahkan lebih luas. "Allah, bersamamu bundaku sayang"