Nahkoda dan Samudra

Hari ini, bisa jadi hatinya berkeping-keping runtuh kembali, berserakan, dan ia mencoba menata kembali, tapi belum begitu kuat, rapuh. Hari ini, bisa jadi air matanya tak tumpah, tapi badannya bergetar hebat, jantungnya berdegup lebih kencang, menahan beban hebat yang menimpa. Hari ini, bisa jadi tatapannya kosong, namun di dalam kedalaman sukmanya mengaga sebuah luka. Hari ini, ia berduka kembali, di samudra yang luas ini ia di tinggalkan kembali (tanpa nahkoda). Hari ini, ia menengadah ke atas, mendongak di atas layar kapal besar diatas samudra luas, menatap tajam langit yang sama luasnya, bahkan lebih luas.

"Allah, bersamamu bundaku sayang"
Masrifatun Nida'
Rumah, 02 April 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah