Kupang yang di Rindu


Alhamdulillahirabbil Aalamiin, puji syukur kepada Allah swt yang telah memampukan kami ber3 menjalani perjalanan darat - laut dari pulau Sumba menuju Kupang dengan keadaan selamat.

Fyi, pengalaman baru bagi saya pribadi apalagi Adeeva, kalau ayah Adeeva Alhamdulillah sudah pernah berlayar dengan beberapa kapal sebelumnya. Saya sendiri beryukur sebab akhirnya saya bisa merasakan naik kapal. Kalau ingat guyonannya ayah Adeeva tuh gini: "Langsung diijabah naik kapalnya yang besar dan bagus ya dek" saya cuma bisa jawab "Hehehe, alahamdulillah yaaaah maas :)" (Saya sebelumnya 2 kali sudah berencana naik kapal namun qadarullah belum rezeki. Yang pertama waktu pulang kampung akhir tahun 2022, saat hamil Adeeva 5 bulan. Disebabkan cuaca buruk, akhirnya jadwal kami di tunda esok hari, lalu esoknya kami sudah berangkat ke pelabuhan dan sudah ditinggal keluarga yang mengantar, qadarullah ada pemberitahuan kembali bahwa kapal tidak bisa berangkat sebab cuaca buruk. Alhasil kami pulang naik motor dari surabaya menuju gresik. Hehe..

Dan yang kedua saat kami hendak balik ke Sumba usai saya melahirkan Adeeva di Kupang, qadarullah tidak memungkinkan sebab suami usai mengalami kecelakaan dan habis operasi. )

Dua duanya gagal, kami akhirnya tetap naik pesawat terbang. Namun, Allah ganti dengan pengalaman yang menakjubkan lewat perjalanan 12 jam Sumba - Kupang, 28 - 29 Maret 2024.

Perjalanan yang di tempuh selama 12 Jam di kapal, yang sebelumnya kami harus menaklukkan perjalanan dari domisili kami di Sumba Barat (waikabubak) menuju pelabuhan Sumba Timur (Waingapu) selama 3 jam di mobil terlebih dahulu. Saya dan ayah Adeeva saling menguatkan agar tidak tumbang, agar bisa menemani Adeeva secara maksimal, saat di rest area pertengahan perjalanan, usai saya mengisi perut dengan teh hangat (saya tidak puasa saat itu) tidak lama mobil melaju kencang kembali menuju pelabuhan.

Dan tidak lama dari perjalanan yag jalannya meliuk-liuk itu, Adeeva terlihat tidak nyaman, ia ingin memuntahkan sesuatu. Rupanya benar, dalam hitungan detik, ia memuntahkan apa saja yang baru saja ia konsumsi, termasuk asi dan kripik pisang. Ya Rabb, saya yang berjahuan dengan ayah Adeeva tempat duduknya memberi isyarat butuh bantuan, dengan sigap beliau ambilkan tissu dan minyak telon. Tidak lama lagi, Adeeva memuntahkan kembali yang ia konsumsi, saya meminta sopir untuk melipir sebentar. Menenangkan Adeeva pun saya sendiri.

Ayah Adeeva turun dari tempat duduk di belakang, menghampiri saya yang sedang membersihkan muntahan Adeeva. Setelah dirasa nyaman dan temang semuanya, kita melanjutkan perjalanan.

Alhamdulillah, sampai akhirnya di pelabuhan. Ayah Adeeva luar biasa sekali membawa segala macam perkakas yang ikut serta kami. Melewati area pengecekan kartu, mengantri mendapatkan tiket, lanjut mengambil tanda pengenal untuk masuk kapal dan akhirnya kami menunggu terlebih dahulu di ruangan luas. Ayah Adeeva membelikan saya makan siang dan minum, Adeeva pun kembali mengisi perut siang hari. Alhamdulillah badannya sudah segar kembali.

"Sampean tunggu disini dulu ya dek. Aku tak memastikan semuanya clear di kapal, baru sampean tak jemput kembali. Aku tak [war] tiket" kata suami saya

(Btw, saat pesan tiket via online kemarin. Tiket tersisa paling bagus hanya kelas 2. Kami berharap sebelumnya dapat kelas 1 atau vip. Jadi ayah Adeeva tetap mengusahakan mendapatkan kelas tsb dan ingin menukarkan tiket serta menambah biaya saat registrasi di kapal)

Saya diajak Adeeva mengelilingi ruang tunggu. Adeeva antusias belajar berjalan kesana kemari, nampaknya ia benar- benar bahagia hendak bertemu mbah uti dan mbah kungnya serta paklik dan buliknya. Ruang tunggu hanya tersisa kami berdua dan ada satu seorang perempuan dengan berbagai barang bawaan yang amat banyak. Tak lama, ayah Adeeva muncul dan bilang "Kita tunggu di dalam kapal saja dek, lebih dingin"

Saya menggendong Adeeva menuju kapal, ayah Adeeva mengangkat koper dan tas Adeeva. Alhamdulillah sampai juga di kapalnya setelah melewati anak tangga beberapa. Kami menunggu di restoran, sambil menunggu kepastian kamar dan juga kuncinya. Saya ajak Adeeva mengelilingi kapal, ada sudut ruang baca di dalamnya, saya dan Adeeva membuka beberapa buku dan membacanya. Saat kembali, rupanya ayah Adeeva sedang mengurus registerasi perpindahan kamar.

Alhamdulillah, kami bisa naik kelas ke vip. Sampai kamar, Adeeva riang gembira, ia jalan-jalan sana kemari, tiarap dan merangkak mundur. Happy sekali, setelah berberes dan merapikan diri, kami istirahat terlebih dahulu.

10 menit sebelum adzan maghrib berkumandang, ayah Adeeva mengajak explore kapal, mengelilingi setiap sudut kapal, menikmati beberapa fasilitas yang disediakan. Hingga naik ke atas kapal, melihat sunset. Setelah ayah Adeeva berbuka kami kembali ke kamar. Rasanya badan sudah mulai pegal-pegal. 

Adeeva energinya belum habis, ia mengajak terus bermain. Sedang saya sudah mulai mengantuk, tidak lama ayah Adeeva mengambil alih peran menemani Adeeva. Saat energinya sudah mulai habis, ia diajak tidur bersama.

Pukul 01.16 wita saya melihat jam di hp. Saya sudah terbangun dan saat pukul 02.30 saya membangunkan suami untuk makan sahur, saya pun mengabari ibu saat ponsel menerima chat wa, nampaknya kapal hendak mau bersandar dan ponsel saya pun sudah mendapatkan sinyal.

Ba'da subuh kami bersiap setelah usai membereskan semuanya. Adeeva pun sudah terbangun dan siap untuk bertemu dengan keluarga Kupang. 2 paklik Adeeva sudah siaga menunggunya, kami segera meluncur menuju rumah. Alhamdulillah tiba di kota kelahiran Adeeva, ia disambut suka cita keluarga.

Semoga Allah jaga silaturrahim kita semuanya. Allah berikan kesehatan, keselamatan dan keluasan rizki. 

Saya jadi sedikit merasakan vibes menjadi "orang perantauan" yang mana selalau ditunggu kedatangannya oleh kampung halaman dan segala hal yang ada di dalamnya.

See you next time.
Selamat bertemu di perjalanan selanjutnya kawan.



Masrifatun Nida'
Kupang, 30 Maret 2024 M | 20 Ramadhan 1445 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Adeeva Mahyatul 'Izzah