Merangkai bunga kematian

Alhamdulillah, ucap syukur bisa ikut terawih dan sahur pertama di rumah. Bagaimana denganmu? Semoga dimanapun berada kau tetap bersyukur ya, salah satu syukur terbesar bahwa kau masih diberi kesempatan Allah tuk berjumpa dengan Ramadhan kali ini. :)

Pagi tadi, seusai berjamaah di musholla dekat rumah dan tilawah Al-qur'an tiba-tiba ada pengumuman atas kematian, Innalillahi wa Innailaihi Rooji'un, begitulah ucap saya. "Ya Allah bersyukur hamba masih Engkau beri kesempatan, sedang yang disana?" Ujar saya sambil bergumam-gumam sendiri, lalu sekitar jam 6 pagi saya diajak oleh tetangga saya untuk takziyah, gegara saya ketiduran habis tilawah saya dengar tetangga bilang ke ibu saya begini "Bik, sampean takziyah sekarang, nitip apa nanti?" hehe, dan itu terdengar, saat saya tidur, segera saya jawab "Sekarang saja mbk Ju, saya bersih diri dulu sebentar". Dan Alhamdulillah bersama dengan 3 ibu-ibu itu saya lamgkahkan kaki ini menuju kediaman almarhumah.

Tiba disana, masih sepi.
Jadi ibu-ibu yang biasanya merawat jenazah, menyiapkan kain kafan, dan memandikan jenazah masih siap-siap. For the first time! Saya ikut merangkai bunga untuk jenazah yang nantinya dirangkai di keranda. Saya senang melakukan hal-hal baru, salah satu bentuk balas dendam saya tidak bisa melihat lebih cepat ketiadaan (alm) Bapak adalah sering mengingat kematian dan mendekatkan diri untuk mengingatnya, pun menyegerakan takziyah kala ada yang meninggal dunia.

Tadi di rumah duka, saya mendapat ilmu baru, saya menjadi tahu bagaimana cara merangkai bunga yang harum, berhubung tadi saya yang paling muda buat ikut ibu-ibu merangkai bunga, alhasil saya bagian memasukkan benang ke jarum, lalu merangkainya. Indah, lharum dan cantik kalau sudah terangkai dan jadi. Tiap kali saya menusukkan bunga di jarum, saya berdoa semoga jenazahnya harum nanti di kubur, semoga bunga ini menjadikan lambang bahwa beliau memang wangi. Sesekali sayapun berbisik pada diri "Nid, bekal apa yang sudah kau siapkan untuk menemuiNya?". Seperti rangkaian bunga ini, semoga saya bisa bermanfaat disisa usia ini, menjadi bunga yang wangi dengan amal sholih sepanjang hari. Sekali lagi, hamba bersyukur, Allah masih memberi kesempatan jumpa dengan Ramadhan kali ini.

Semoga kita semakin baik, harus lebih baik!

*Tambahan cerita: Jadi, sebelum saya hendak posting ini tulisan, saya tiba-tiba kepikiran. Apa ada tuntunannya ya membuat rangkaian bunga yang disematkan di keranda, awalnya saya googling. Akun yang saya cari keputusannya tidak saya temukan, maka saya putuskan untuk chat personal beberapa orang yang saya anggap bisa menjawab hal ini. Beragam jawabnya, memang hal simple begini kadang terlewat, dan jujur saya belum tahu bagaimana hukumnya. Dan Alhamdulillah ketika saya ketik tengah malam ini, sudah ketemu jawabannya. Kata temen saya begini, (Saya potong beberapa chat, tapi tidak mengurangi esensi utamanya)
Nida': Boleh gak kita buat rangkaian bunga diatas keranda mayat?
Marjuw: Tujuannya untuk apa Da'?
Nida': Wangi2an Juw
Marjuw: Setahuku memberi wangi wangian iku cukup dibagian mayat aja.
Nida': Trus hukumnya berati gak boleh dong?
Marjuw: Gak ada syariat Da'.
Marjuw: Cuma iki bukan perkara ibadah
Marjuw: Asas e
الأصل في الاشياء إباحة حتّى يدلّ الدليل على تحريمه.
Nida': Berarti mubah ya?
Nida': Aku buat tulisan. Takut bid'ah nanti menuju kesesatan.
Marjuw: Aku juga belum berani ngambil hukumnya
Marjuw: Cuma kayaknya kita gak boleh berlebih lebihan
[Jadi, mubah. Tapi sebenarnya dia sendiri takut memberi keputusan. Tapi saya yang berani ambil keputusan.]
Dan Alhamdulillah dikuatkan dengan channel youtube yang dikirim oleh kakak senior saya. (Linknya: Klik disini | Bunga Rampai di keranda Mayat- Ustadz Alfitri Lc., M. Pd). Mohon ilmu selanjutnya dari teman-teman pembaca jika berkenan, ditunggu pasti!

Menuju hari ke 2 Ramadhan | Semoga kita masih diberi kesempatan.

Masrifatun Nida'
Rumah, 01 Ramadhan 1439H

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah