Masih ada sisa empati (kah?)

Yeay!
It's week-end-!
Hehehe

Jika hari minggu adalah hari spesial bagi sebagian orang, maka saya salah satunya. Tersebab terasa sekali pengaruhnya, ada waktu saya akan pulang ke rumah menghabiskan waktu bersama orang-orang tercinta. Atau jika tak bisa pulang sementara, jadi tetap di tempat kerja, lebih tepatnya perumahan. Seperti pagi ini, lewat jendela kamar saya yang kebetulan depan jalananan, pagi-pagi saya melihat mobil-mobil tetangga para berbaris rapi, tak seperti hari-hari biasa, atau saat siang menjelang. Perumahan ini sudah sepi akan terlihat makin sepi saja seperti tak berpenghuni, tegur dan saling sama menjadi barang mewah disini. Ssst, selengkapnya bolehlah baca tulisan saya terkait ini di postingan beberapa waktu lalu yaa judulnya "...Dulu ,saya juga muslim ,mbk"

Saat bermain smartphone dan menikmati kesendirian dalam ruang persegi sambil sesekali melihat jendela, ada gaduh di media sosial saya. Berbagai hastag #prayforsurabaya
ramai. Wusy segera saya kroscek kebenarannya pada sahabat saya yang tinggal di daerah tersebut. Dan akhirnya ia memberi saya berita yang mengejutkan tersebut. Duka Surabaya, menjadi duka Indonesia. Hari minggu ini, 13 Mei 2018 terjadilah bom bunuh diri di depan Gereja Santa Maria Tak Bercala, Surabaya. Jln. Ngagel Madya no:1 kel. Baratajaya, kec. Gubeng. Korban pastinya hingga kini belum saya tahu pastinya. Dan hati saya sontak pilu, lamunan saya begitu terbang bebas memikirkan banyak hal. Dan yang sudah pasti adalah, imi termasuk tindak kejahatan, tragis. Sedih saya mendapat kabar ini.

Saya jadi ingat, dulu saat saya masih di semester 3 kuliah, menjadi mahasiswa yang sibuk pagi-pagi menunggu angkot depan gang kontrakan, di hari minggu jam 6 pagi. Saya akan pergi ke daerah Sukun, Malang. Untuk sekedar berbagi ilmu yang saya miliki dan ketahui, kali ini saya mau berbagi soal perjalanan saya di angkot. Berhubung jarak tempuh Kertorejo-Gajayana depan kampus saya UIN Malang itu lumayan jauh jika di pakai angkot, maka sudah di pastikan bahwa angkot ini akan menurunkan penumpang di setiap pojokan gang-gang favorit. Angkot yang saya pakai adalah berwarna biru bertuliskan LG. Yah, hari minggu pagi, maka masuklah para penumpang, satu dua hingga sesak, lalu diturunkan beberapa. Di beberapa titik yang tak sama, meskipun tak sama yang di tuju adalah tempat ibadah. Gereja! Ya, minggu pagi. Saya suka tebar senyum kalau ada penumpang yang bilang, "kiri pak" lalu merogok kantong tuk diberikan ke bapak angkot. Kebetulan saya samping bapak angkot.

Ada semacam harmoni yang sangat tangkap. Dati gereja satu menuju gereja lainnya. Barangkali hanya saya yang beda tujuannya. Hehe :). Sepanjang jalan yang terlewati dan ada gerejanya, maka tampak polisi yang siap menjaga dan mengamankan. Saya belum berkesempatan untuk say hello dengan mereka. Tapi tetap, hati saya terus berkata "Kawan, lakum diinukum wa liyadin" semoga damai bersamamu, selamat beribadah.

Singkatnya demikian cerita saya. Ada juga sebetulnya saat saya pulang malam-malam dan ada beberapa barawati yang seangkot dengan saya, saya merasa ingin mengajak bicara lebih, ingin saja. Saya juga ingat kala di ajak main teman KKM saya meyusuri gereja yang jauh dari keramaian, cerita banyak hal, ia cerita bagaimana asal usul gereja tersebut. Dan yang saya tangkap, adalah "mereka sungguh-sungguh dalam beribadah, menikmati minggu paginya di tempat ibadahnya"

Saya jadi sedih ada kejadian pagi ini di tempat ibadah, saya pilu sendiri, dan saya menangis ketika ada teman yang mengirimi saya banyak foto korban saat saya bat status di WA. Dasar hati saya bertanya, ada apa ini? Apa yang sedang terjadi?

Semoga kita selalu dilindungi oleh-Nya. Saya mendengar desas desus tak baik. Ada yang menyangkut pautkan dengan banyak hal, agama salah satunya?. Kawan, baca kalimat ini perlahan, resapilah. Saya mendapatkan dari akun instagram ustadz Yusuf Mansur.
"Terorisme tidak mungkin lahir dari rahim agama-agama. Terorisme hanya bisa lahir dari pikiran yang rusak, hati yang keras, dan jiwa yang penuh kesombongan"

Hehehe saya berubah, sudah gak bisa senang, ada pilu dan sesak di dada saya tiba-tiba. :'(

Sisakan empati kita untuk sesama, untuk semua :)

#SaveforSurabaya
Kita IndONEnesia.

Masrifatun Nida'
Gresik, 13 Mei 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah