Sebab engkaulah teladanku


Bismillahirrahmanirrahim...
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS: Surat Al-Ahzab, Ayat 21)

Bersamaan dengan ayat diatas, bersamaan dengan dunia pendidikan, mari simak tulisan berikut ini:
Pendidikan adalah kebutuhan yang harus dipenuhi guna menciptakan Bangsa yang kuat dan beradab, sejalan dengan harapan pemerintah terhadap pendidikan, maka semua ini yang berada di lingkarannya pun diharapkan mempu bahu-membahu mewujudkannya. Mulai dari sistem pendidikan, infrastruktur dan fasilitas sekolah yang memadai, hingga tenaga pendidik yang cakap dalam hal mendidik para pesertanya (baca: murid-muridnya). Saya pernah mendapatkan sebuah materi di dalam mata kuliah semasa studi dahulu, bahwasanya kekuatan terbaik dalan membentuk kualitas pendidikan itu berada di tangan "guru". Maka tak diragukan, jika seorang pendidik harusnya menjelma menjadi manusia panutan yang segala gerak-gerik tubuh hingga perilakunya akan ditiru oleh muridnya.
Albert Einstein menegaskan: "Jika manusia hanya diajari banyak menghapal, maka kita seperti hanya melatih seekor anjing". Ada kata bijak lain mengingatkan "Bila hanya kompetensi yang dilatih, manusia bisa lebih ganas ketimbang serigala. Karena serigala hanya diberi otak. Sedang manusia diberi otak dan akal".

Bagaimana dengan kabar pendidikan Indonesia hari ini? Kini, tiap hari dunia pendidikan memiliki berjuta tantangan, belum usai tragedi pak Budi yang berasal dari Madura. Pekerjaan rumah pendidikan yang berasal dari kenakalan remaja (anak-anak sekolah) yang sudah diluar batas kelakuan 'kurang ajarnya, tersebab ini guru masuk jeruji besi sampai meregang nyawa hingga mati. 

Dibanding tahun sebelumnya, angka kenakalan remaja di tahun 2016 meningkat cukup pesat, yakni lebih dari 20%.  Dan meningkat pada tahun 2017 Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk, jadi sekitar 1,2 juta jiwa. Kepala Sub Bidang Kesehatan Reproduksi, Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKBPPPA), Nurul Hidayati, mengatakan bahwa hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, diantaranya pengaruh lingkungan dan Gadget. Namun Nurul meyakini penyebab terbesar yang mengakibatkan penyimpangan tersebut adalah keterlibatan keluarga. “Lingkungan itu kan pokok mempengaruhi mental seseorang terutama remaja, kemudian teknologi yang tidak bisa kita bendung sama sekali. Sekarang anak SD aja sudah bawa hp dan bisa membuka situs-situs aneh, dan rasa penasaran anak ini yang belum siap untuk menerima itu,” tegasnya.

Kembali kepada sebuah persoalan pendidikan yang begitu kompleks, mulai dari biaya sekolah yang mahal yang mengakibatkan angka putus sekolah semakin menjadi hingga soal mental ketidakjujuran mereka yang bisa duduk di bangku sekolah saat ujian nasional. (Dan masih banyak hal lagi mulai dari seks bebas, narkoba, aborsi dan kesemuanya adalah kenakalan remaja). Kenakalan remaja menjadikan banyak pihak resah, mulai dari para tokoh agama, tokoh pendidikan, para psikolog. Menurut pandangan psikolog, kenakalan remaja secara psikologis, merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelajar lainnya. 

Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri. Namun pada kenyataanya orang cenderung langsung menyalahkan, menghakimi, bahkan menghukum pelaku kenakalan remaja tanpa mencari penyebab, latar belakang dari perilakunya tersebut. Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. 

Kalian pernah mendengar sebuh ungkapan 'Guru kencing berdiri, murid kencing berlari' kah? Sebuah ungkapan yang terlihat amat keras, tapi demikianlah keadaannya. Bagaimana konsep sederhana ini mampu menciptakan kenyataan yang benar adanya. Maka, kembali ke tulisan awal saya yang diatas. Guru adalah teladan terbaik, guruku teladanku! Adalah kunci terpenting dan utama guna menciptakan output dan karakter siswa yang diharapkan.

Lalu, bagaimana seyogyanya pendidikan ini dibungkus? Siapakah yang siap untuk memperbaikinya? Maka terjawablah korelasi antara surat Al-ahzab: 21 dengan konsep pendidikan. Nabi Muhammad adalah prototype guru ideal. Nabi Muhammad selalu memulai dari diri sendiri, kemudian sahabat-sahabatnya mengikuti apa yang Nabi ajarkan dan Nabi kerjakan. Dari hal ini, maka akan merumuskan dua hal yang perlu dilakukan agar seorang pendidik mampu menjadi teladan:

Mentransfer ilmu dan juga harus mampu mentransfer iman dan aqidah Islam kepada anak didik. Menjadi pengamal pertama dari ilmu yang diajarkan.
Tidak hanya menjawab pengetahuan sesuai dengan bidangnya, tetapi juga harus mampu menjawab pertanyaan anak didik tentang Islam  
Mengaca pada masa awal Islam yang ilmu pengetahuan amatlah paripurna, Tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Ar Razi, Al Khowarizmi mereka semua adalah ilmuwan yang ulama dan ulama yang ilmuwan.

Bagaimana dengan dunia pendidikan kita saat ini? Apa yang wajib kita laksanakan? Dapat disimpulkan bahwa semua pihak harus terus bahu-membahu untuk menuntaskan sebuah persoalan yang terus berulang ini, bagi saya sistem terbaik di pendidikan akan kalah dibandingkan adanya panutan terbaik dalam jiwa anak-anak. Maka seyogyanya kita sebagai guru mampu menjadi teladan terbaik untuk anak didik kita. Mereka akan berujar "Guruku, teladanku!" Maka jadilah teladan terbaik untuknya.

Masrifatun Nida'

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah