I love myself, so do you

Terima kasih untuk diri ini yang mau diajak kemana-mana. Menerjang hujan di jalanan atau berlari dari teriknya mentari. Sampai pada akhirnya tubuh ini menjadi kebal di manapun cuacanya.

Terima kasih sudah mau sabar dan tekun belajar di bangku sekolah, meski dulu belum tahu pasti untuk apa ini semua.

Terima kasih sudah mau meninggalkan rumah, menabung rindu kala pulang dan menikmatinya kala di tanah rantau, sesekali dan terus berusaha menjaga amanah kedua orangtua kala jauh dari jarak dan raga.

Terima kasih sudah mau jalan jalan bukan di tempat landai saja, kaki yang melangkah lebih kuat lagi, mendaki yang hanya beberapa tempat, bukan untuk meninggi melainkan betapa melihat wujud asli, betapa kerdilnya hambaMu ini. Dan jadikan itu sebagai pengalaman besar.
Terima kasih sudah  mau bangit setelah jatuh, tersenyum meski seringkali terjepit, memungut puing-puing seusai patah berkeping-keping, dan itu membuat kita semakin percaya bahwa ketetapan terindahNya takkan pernah ingkar walau sesenti.

Terima kasih sudah mau mengecap berbagai rasa hidup ini, lidah yang selalu tergiur kenikmatan. Meski kadang perut melilit lapar kala amanah menumpuk semua, hingga lupa untuk diberi energi. Setelahnya dibalaslah dengan sajian enak dan kau memilih yang halal diantara lainnya.

Terima kasih sudah mau ikut kegiatan organisasi anak-anak muda waktu itu, meski beberapa hanya menjadi penggembira, setidaknya kita sudah mencoba tersenyum dengan kegiatan-kegiatan bersama.

Terima kasih sudah mau berjalan menyusuri lorong menuju adik-adik yang sudah barang tentu tak seberuntung dengan kita, dan darinya kau belajar arti memiliki belajar bersyukur dengan lebih-lebih lagi.

Terima kasih sudah mau bekerjasama dengan para orangtua yang baru dikenal di tempat baru, belajar Budi luhur dari mereka. Menyadari bahwa kita masih anak ingusan yang harus terus meneladani mereka, bahwa telah banyak hal bermanfaat yang telah diperbuat.

Terima kasih sudah mau berteman, bersosial, bahwa hidup memang gak asyik kalau sendirian. Agar menyadari hidup ini seimbang, merasakan duka-suka bersama, agar tak mudah sombong kala bersenang dan nestapa kala bersedih.

Terima kasih sudah mau menuruti kata kedua orangtua, sampai saat ini mendengarkan petuah keluarga. Menghilangkan 'sok bisa' dan 'sok tahu' nya, sebab mereka sudah mengalaminya daripada kita. Setidaknya dari itu kita belajar menjaga perasaan agar tak melukai mereka.

Terima kasih sudah mau bermimpi, dan dengannya kau berada disini. Punya harapan, bisa melakukan banyak hal. Meski ada sejuta impian yang belum terealisasi, kita masih punya harapan lagi, lagi dan lagi. Bangkit perlahan mewujudkannya.

Terima sudah terus mau membaca, suka dengan bau buku-buku cetakan perdana atau yang sudah kusam wujudnya. Sudah terus berusaha mengkaji ayat-ayatNya, meski susah semoga bernilai pahala.

Terima kasih masih suka menulis, meski kau tahu bahwa tulisan itu tak pernah di baca olehnya, sebab hakekat menulis itu seperti yang kita bawa prinsipnya, minimal kapan-kapan lagi kita akan membuka tulisan itu dan membacanya ulang sebagai alarm diri. Dan juga tak tenggelam dengan hanyutnya hari-hari yang tiba-tiba berlalu begitu saja.

Terima kasih sudah pernah mencoba nakal, kita sudah tahu rasanya kan?  Memilih dan menjadi baik justru lebih menentramkan.

Terima kasih sebab  terus menjadi dirimu sendiri, bahwa dengan banyak model manusia kali ini, kau terus berusaha menjadi diri sendiri yang lebih baik lagi. 

Terima kasih sudah bertindak bijak, tak terburu-buru kala ada pilihan yang beragam diantara teman-teman dan sekeliling. Karna tampak berbeda itu bukan aneh tapi spesial, selama Allah masih terus berada dalam niatan kita.

Terima kasih selalu berada disamping, menemani waktu-waktu ini, meski terkadang lalai akan menjaga wahai diri. But now and here after, I'll keep you, please keep me.

I love myself, so do you?

Masrifatun Nida'
Gresik, 11 Mei 2018

Komentar

  1. Akupun begitu... Banyak memang diantara kita yang lebih mencintai diri apapun dalam bentuknya itu.. Namun kendatipun itulah adanya... Tapi jangan sampai mencintai diri melebihi cinta kita pada Sang pemberi cinta dan pencipta cinta yakni Allah swt.

    BalasHapus
    Balasan
    1. MasyaAllah dek, makasih sudah mampir dan berkomentar. Semoga kita senantiasa mencintai diri kita apa adanya, bersyukur tak terkita. Tentunya Cinta itu tak pernah boleh melebihi Cinta pada Sang Maha Pencipta. | Thanks for reminder to me Dear dek Siti 😘

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah