Masihkah ada waktu?

"...Sampai kapanpun, seorang anak akan tetap menjadi anak bagi orangtuanya, setua apapun, bagi orangtua ia adalah anaknya, yang akan mendapatkan kecup dan pelukan. Begitupun dengan seorang kakek-nenek, kepada para cucu mereka... "

Momen lebaran, hari raya idul Fitri menjadi bukti bahwa hal diatas akan terjadi. Dulu sekali, saat saya masih suka di bonceng sama bapak naik motor ke rumah mbah (baca: nenek) saat lebaran, rasa-rasanya motor sesak dengan manusia dan barang, betapa tidak, lawong diisi full team (bapak, ibuk, saya dan adik laki-laki saya) sekaligus barang-barang yang akan dibagikan bapak pada ibunya dan juga sanak saudara di kampung halamannya. Rasanya dulu, ingat bagaimana nilai-nilai baik ini belum terasa, semakin kesini saya baru sadar bahwa bapak tak pernah salah mengajarkan arti "The power of silaturrahim".

Sesampai di rumah mbah, biasanya sudah malam (ini hanya beberapa yang saya ingat) menjelang ied, bapak sampai.
Rumah mbah dulu masih sederhana, di ketuk pintunya, kalau masih saja tak ada tanda-tanda dibuka, akhirnya bapak tahu di mana kamar mbah, diketuk pelan jendelanya sambil manggil ibunya. Ah! Rindu. Dan Alhamdulillah, paman dan bibi sudah membuka pintu, ya mbah dirawat bibi dan paman. Usai di buka, adegan yang dulu sering saya berontak dalam dada ("Plis jangan dicium dan peluk, Nida' sudah besar mbah, bibi juga" Tapi, semua cucu dan keponakan pasti dapat hal tersebut, saya amati saat kumpul keluarga besar dari pihak bapak). Lantas bapak akan cerita banyak, kita pendengar setia. Bapak memang idola kalau diminta bercerita. Alhamdulillah, saya harus bersyukur lebih jadi anak-anak terakhir, sebab yang diajak kemana-mana biasanya ya anak terakhir2 (saya dan adik). Dan sampai pada akhirnya, kita sudah tumbuh besar, motor hanya cukup diisi berdua, saya dan adik tak diajak bersama semotor ber4 lagi, namun kita tetap bersilaturahim bersama Hehe :D.

Dan rupanya, semua terhenti ramai-ramai ke mbah kala Idul Fitri di tahun 2015 M/1436 H. Lebaran terakhir bapak, Saya masih ingat betul, semua keluarga bersepeda motor bapak berkunjung ke semua sanak saudara, bapak sudah tak kuat bersepeda malam, maka dibonceng saja. Tapi ghirahnya untuk silaturrahim tak pernah pudar, hingga nafaspun terhenti di Ramadhan ke 5 tahun 1437 H.

"Tadi, Nida' baru sempat ke rumah mbah usai semalam mbah di kubur pak, maaf ya. Pun harus bolak-balik ke rumah dan rumah mbah, berangkat sendiri bermotor dan kembali ikut bersama rombongan keluarga lagi, menjemput ibuk yang sudah tak sekuat dulu dibonceng motor bapak, maka naik kendaraan yang lebih aman saja. Kini kami tumbuh bersama kebaikan-kebaikan bapak dan mbah. Semoga bapak dan mbah dan kita sekeluarga berjumpa di surga kelak."

Semoga kekuatan silaturrahim yang ditanamkan (alm) bapak tak pernah putus kami jaga.

❤ mbah
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لها وَارْحَمْها وَعَافِها وَاعْفُ عَنْها وَأَكْرِمْ نُزُلَها وَوَسِّعْ مُدْخَلَها وَاغْسِلْها بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّها مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْها دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِها وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِها وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِها وَأَدْخِلْها الْجَنَّةَ وَأَعِذْها مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ

Kawan, masihkah ada waktu kita tuk menemui orang-orang tercinta (sebelum ajal menjemputnya)?

Masrifatun Nida'
Gresik, 08 Ramadhan 1439 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah