Waktu kita berdua

Agustus, dua ribu tiga belas…
Langkahnya mengantarkan anak perempuan terakhirnya
Saat kali pertama jauh dari rumah, tanpa sanak saudaranya
Peluk gadis itu pada bapaknya Berpamitan dan kecup salam tangannya
Berkata Assalamu'alaikum tanda berpisah sementara
Dan akhirnya punggungnya meninggalkan tempat berdiri semula

***
Seketikanya...
Sedetik biasa saja
Semenit setelahnya, ketika bayang sudah diambang dan tak terlihat kasat mata
Hatiku membuncah menangis tak terkira
Dipojokan rumahNya aku menangis menjadi-jadi tak peduli sekeliling
Aku hanya pura-pura tegar saat ada bapak
Aku ingin dilihat bapak bahwa aku sudah kuat untuk dilepas jauh dari rumah
Aku berharap doa bapak selalu merangkul kala lemah
Aku ingin mengharap Ridho bapak bahwa mimpi ini harus terwujud

Kala itu, dua ribu tiga belas
Awal jauh dari bapak…~

***
Juni, dua ribu enam belas
Lima Ramadhan tahun 1437 Hijriyah
Ada kabar setelah ku mengawalkan jam tidur yang tak biasa
Full telpon dari pihak keluarga
Penuh juga notifikasi dari sanak saudara
Yang tak ku angkat atau baca

Seketika, aku terbangun
Telpon dari salah satu saudara
"Nida', bapak sudah tiada"
Kau tahu apa yang ku lakukan?
Aku tidur kembali
Merebahkan tubuh lagi
Aku tak percaya!
Barangkali aku sedang bermimpi.

Lagi, telpon semakin kencang saja
"Nida', bapak sudah meninggalkan kita semua"
Sesunggukan suara wanita di ujung sana
Aku tak bisa berkata apa-apa
Aku menjerit sejadinya!
Kenapa aku tidur lebih dulu tadi?
Jadi mimpi buruk seperti ini
Aku salah! Ini kisah nyata, bahwa inilah yang terbaik dimataNya

Tiba di rumah, sudah ramai
Bapak sudah terbaring
Sudah tenang InsyaAllah

***
Maret, dua ribu enam belas
Tatapan teduh terakhir kalinya
Tatapan mata yang hendak bercerita banyak sekali sepertinya
"InsyaAllah Nida' akan segera (tahun depan) wisuda, pun Ramadhan tahun ini pulang secepatnya." Gumamku saja dalam dada.

***
Semenjak pagi, kakiku tak lelah bolak balik fakultas-area kampus-kontrakan juga, notifikasi group kelas adalah sinyal bahwa aku harus kroscek ke BAK fakultas kala itu, menjadi salah satu mahasiswi yang masih ada di Malang dan mewakili untuk bertanya atas kegundahan teman-teman yang masih di kampung halamannya.
Kelabu
Aku menggerutu!
Bagaimana bisa, jadwal PKL tiba-tiba dicancel.
Mendadak pemberitahuannya bahwa bukan bulan ini berangkatnya? Dan tempatpun berubah. Hemm
(Siapa peduli dengan amarahku?)

Aku ingat betul, 2 tahun lalu!
Di bulan Ramadhan 1437 H, harusnya raga ini sudah sampai sejak awal puasa di rumah. Namun sayang, ada hal yang harus di urus soal PKL ini, yang tak memungkinkan untuk pulang segera. Adikku sudah chat berulang "Kapan pulang, bapak menunggumu" | "InsyaAllah segera, setelah urusan dan jadwal PKL sudah jelas ya"
Namun, sekali lagi (Siapa peduli dengan amarahku?) saat itu(?)

***
Aku yang kalah, tak pandai ambil start!
Maaf, tidak bisa menemui bapak lebih cepat dari harapku.
Semoga bapak tenang disana ;'(

***
اللهم اغفر له و ارحمه و عافه واعف عنه و أكرم نزله و وسع مدخله و اغسله بالماء و الثلج و البرد و نقها من الخطايا كما ينقى الثوب الأبيض من الدنس و أبدله دارا خيرا من داره و أهلا خيرا من أهله و زوجا خيرا من زوجه و أدخله الجنة و أعذه من عذاب القبر و من عذاب النار

***
Bapak pernah marah saat aku bilang ke orang lain "Selamat tinggal"
Kata bapak "Selamat berjumpa kembali nanti" begitu ya!

***
05 Ramadhan menuju 06 Ramadhan
Selamat berjumpa kembali
Aku rindu bapak!
:')

Masrifatun Nida'
Gresik, 05 Ramadhan 1439H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah