Ramadan yang selalu istimewa


"Bagaimanapun keadaannya saat kedatanganmu, kau tetap istimewa. Dan sambutan untukmu harus selalu meriah."
-Masrifatun Nida'-

Dewasa ini, keadaan kita sedang tidak baik baik saja. Tentu, sudah kita ketahui jika pendemi begitu menyita perhatian hati dan fisik kita. Allah menguji segala bentuk perasaan kita saat wabah ini datang tepatnya ketika di bulan mulia. Masihkah kita bisa mengistimewakannya? Sangat bisa, dan rasanyapun memasuki hari ke tujuh, Ramadhan tetaplah Ramadhan yang di nantikan kehadirannya. Lantas bagaimana dengan sambutannya? Apakah sama seperti sebelumnya yang begitu meriah? Mungkin, untuk menjawab persoalan ini hati kita perlu menepi dari hiruk pikuk keegoisan terlebih dahulu, menyampaikan dan meresapi ke dalam hati. Dan jawabannya adalah, meriah bukanlah sebentuk sambutan yang cukup lewat seremoni dan juga kasat mata. Namun, lebih tepatnya ia bersemayam pada jiwa tiap mukmin. Apapun keadaannya, bahkan jika sekalipun tak ada acara sahur on throad, ngabuburit-time, bukber party atau terawih dan i'tikaf yang ramai di masjid. Ramadhan berhak menerima kemeriahan dalam eufiria sukma setiap insan.

Ya, Marhaban ya Ramadhan
Selamat datang bulan penuh ampunan. Optimalkan setiap waktu yang ada. Bagaimanapun keadaanya, yang sedang bersama keluarga besar ataupun tidak, Allah sudah memberikan paket komplit antara persoalan dan solusi, jadi sebenarnya tak patut ada rasa mengeluh. Semangat. Mari ciptakan momentum terbaik sepanjang sejarah hidupmu lewat amal-amal bajik di Ramadhan ini. Mari melukis senyum lebar lewat hadirnya tamu istimewa. 

Mari menahan dari segala bentuk ketidak-baikkan, sebagaimana pengertian puasa itu sendiri. Ia tak cukup berhenti menahan lapar dan dahaga, lebih dari itu ia harusnya menahanmu dari ego-ego yang tidak ada kebaikan di dalamnya. 

Satu hal yang saya pribadi syukuri di atas segala keadaan ini. Di bulan Ramadan ini Allah kumpulkan manusia-manusia terbaiknya lewat beberapa komunitas yang tercipta kala di rumah aja, yang semangatnya begitu menggebu meski keadaan tak tentu. Yang berinisiatif aktif terus memberikan mahakarya terbaiknya, lewat kebaikan berbagi lewat tulisan, salah satunya. Inilah saya dan beberapa kawan lainnya (Fikri, Fifi, Zahra & Siti) berusaha istiqomah merangkai tulisan selama sepuluh hari, sepuluh tulisan di Ramadan. Lewat Ramadan Menulis. 

Akhir kata, selamat menjalankan ibadah puasa, selamat menyelami pelajaran kehidupan di setiap episodenya. 

Tema: Puasa dan pelajaran kehidupan
Ramadan Menulis Part 1

Masrifatun Nida'
Rumah, 07 Ramadhan 1441H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah