Kebaikan sederhana berbuah berkah


"Do good and good will come to you"
-Lakukan kebaikan dan kebaikan itu akan kembali kepadamu-
(Anonim)

Mentari bersinar terang menghangatkan setiap insan yang menjumpainya, dan kebaikan laksana  mentari yang selalu hadir setiap pagi, memberi harapan. Waktu terus bergerak maju, pundi-pundi kebajikan meminta untuk terus diisi, sebab hidup ini bukan hanya soal memperkaya diri, tapi menebarkan manfaat seluas-luasnya dan menjadi berarti. Meski sederhana, meski tak seberapa menurut orang lain, tapi tak apa. Lanjutkan kebaikan! sebab "Kebaikan adalah kebaikan dalam bentuk sederhana sekalipun". Jadilah manusia yang terus menebar kebaikan.

Hampir dua tahun lebih, saya sudah meninggalkan kota rantau saat berkecimpung di dunia perkuliahan saat itu, di sela-sela akhir kuliah, Alhamdulillah Allah hadirkan amanah sekaligus tempat terbaik menumpahkan jenuh saat skripsi banyak revisi, hehehe. Kala itu, di awal semester 7 saya mendapatkan amanah untuk mengisi di salah satu  panti asuhan di jalan Mt. Haryono dan juga mengisi bimbingan belajar di daerah Mergosono.
Keduanya berada di daerah Malang tempat saat berjuang menyelesaikan S1. Setiap ahad sore, saya sempatkan mengisi belajar bahasa Arab di panti asuhan, saya banyak belajar disana, selain fokus terhadap pelajaran, tak jarang kami berbagi cerita, bermain-main sore dan juga ngemil bersama, untuk satu itu biasanya saya sempatkan membeli jajanan ringan khusus untuk mereka, meski nilainya tak seberapa, tapi  sumringah dan rasa bahagia nampak di raut wajah mereka. Kami, tertawa bersama sambil menikmati jajanan tersebut. Kebaikan sederhana yang akan selalu saya pegang dan akan selalu saya praktekkan kepada siapapun mereka. Beda di panti asuhan, lain pula  di bimbingan belajar, maka setiap pukul 5 sore hingga sehabis isya' saya sudah berangkat setiap hari kecuali sabtu sore. Sering berangkat ke sana kala itu musim hujan, meski tanpa mantel saya biasanya sering menerobos saja. Oh iya, sambil menunggu maghrib, jika saat itu hari senin atau kamis dan saya biasa puasa, maka saya membawa sedikit takjil, jika anak-anak ada yang sudah hadir, tak jarang saya berbagi bersama mereka. Bahagia rasanya. Kalau ada rezeki lebih dari uang saku saya pasti akan membelikan mereka beberapa snack di depan masjid tempat kami melaksankan bimbingan belajar. Lalu, kami makan bersama, atau jika waktu sudah malam akan mereka bawa pulang. Kebaikan-kebaikan sederhana itu, jika diingat-ingat begitu syahdu dan juga haru, sebab begitu terasa dan jika ada rezeki lebih, ingin rasanya kala itu memberi lebih juga kepada mereka.

Waktu terus berjalan, tak terasa hidup saya sudah jauh dari hiruk pikuk bersama anak-anak menggemaskan itu, saat ini saya bekerja di salah satu sekolah, kebaikan yang saya pertahankan masih sangatlah sederhana. Seperti, beberapa hal yang terus kontinu dan semoga bisa dicontoh teman-teman yang membaca. Kadang, mata kita tergiur jika melihat sale atau diskon di supermarket atau mall, namun untuk belanja di pasar tradisional saja, kita suka beradu "ngenyang" alias menawar sama penjual, meski hal itu diperbolehkan, tapi saya pribadi selalu berusaha menyenangkan para penjual, menambahkan beberapa rupiah bagi mereka. Salah satu yang masih saya ingat, beberapa waktu yang lalu saat saya berbelanja ke pasar tradisional, dan saya tawar ikan beliau, ketika harga sudah diiyakan oleh penjual, di hati saya ada rasa sedikit sedih melihat ibunya, maka di akhir saya bilang ke ibunya "Sudah bu, itu buat ibu saja" Ibunya pun tersenyum dan bahagia. Saya jadi ingat juga kebaikan ibu saya kemarin, oh iya kebutuhan air bersih untuk masak/minum/mencuci dan mandi semua berbeda. Jika untuk memasak, kami biasa membelinya kepada bapak penjual air bersih, siang itu seusai semua air di rumah penuh, saya tanya ke bapaknya berapa total harganya. Beliaupun menjawab, sambil merogoh sakunya mencari kembalian, seketika saya sampaikan pesan ibu saya "Sudah pak, tidak usah kembalian. Untuk bapak semua", bapak tersebutpun langsung berucap "Matur suwun yo, nak" "Sami-sami pak" Jawab saya.

Satu lagi, ilmu yang diajarkan di keluarga saya soal "Menebar Kebaikan" yaitu menyisahkan sebagian rezeki yang kita punya untuk sanak saudara. Saya selalu ingat kebaikan kedua orang tua untuk sanak famili, maka hal tersebutpun menjadi point penting dalam hidup saya. Sebagaimana Firman Allah dalam QS. Al Baqoroh ayat 215. "Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Ktakanlah, "Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperntukan bagi kedua orangtua, kerabat, anak yatim, orang miskin dan orang dalam perjalanan. "Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.
Maka, dalam agama yang saya imani, berbagi terbaik adalah kepada kerabat dekat. Meski saya belum bisa membuat gerakan sehebat dompet dhuafa yang selalu update setiap hari dalam kebaikannya berbagi di pandemi ini, beberapa pundi yang saya milikipun saya niatkan berbagi kepada sanak saudara, yang sebab pandemi ini pendapatannya tak seperti sebelumnya. Senyum mereka kala saya berbagi itu membuat saya terus bersemangat. Jika ada sanak saudara yang menolak, saya jelaskan bahwa saya benar-benar ingin berbagi. Maka iringan doa "Semoga Nida' sehat selalu dan lancar rezekinya" kala pemberian saya diterima rasanya begitu membuat haru. Saya harus terus berbagi, sampai kapanpun. 

Hal ini mengingatkan saya akan cerita oleh ustadz Salim A. Fillah: Dikisahkan bahwa suatu hari Ma'ruf Al Karkhi tergopoh-gopoh menemui gurunya, Ibrahim ibn Adham. "Guru, sekarang aku sudah mengerti bahwa Allah menjamin rizqiku. Maka mulai sekarang; aku akan berkinsentrasi untuk ibadah saja dan tidak perlu bekerja." 
"Darimana kamu mendapatkan pemahaman itu?'' tanya sang Guru.
"Tadi di jalan aku bertemu seekor burung yang sayapnya patah. Dengan keadaan itu, kukira ia akan segera menemui ajalnya. Ternyata kemudian ada seekor burung lain datang. Burung yang sehat itu memebawakan makanan lalu menyuapkannya pada si burung yang terluka. Luar biasa. Kalau sudah jadi rizqi kita, maka ia pasti akan datang pada kita, meski tanpa usaha kita. Bukankah begitu Guru?"
Sang Guru tersenyum bijak. "Pertanyaannya adalah: Mengapa engkau memilih untuk menjadi burung yang patah sayapnya? Mengapa engkau tidak memilih menjadi burung yang sayapnya utuh dan mampu beramal shalih dengan menghantarkan rizqi untuk sesama yang memerlukan pertolongan?

Mentari itu terus bersinar, dan sinarnya akan semakin terang menuju Ramadhan yang tinggal menunggu hari saja. Sejak saya  kuliah di Malang, bersyukur terus berhubung dengan teman-teman SMA, setiap bulan Ramadhan, akan selalu ada gerakan yang mereka buat. Seperti berbagi takjil diperempatan jalan, atau berbagi takjil sambil berdonasi untuk saudara muslim di Palestina. Meski berapapun yang kami peroleh, segera kami salurkan kepada pihak yang kami percaya. Semoga Ramadhan tahun ini kita bisa berbagi, bagaimanapun caranya. Bismillah.

Satu yang saya percaya bahwa kebaikan sederhana berbuah berkah. Dan berkah adalah "Ziyaadatul Khoir Fii Kulli Haal". Bertambahnya kebaikan dalam setiap keadaan. Hidup ini begitu singkat, yang kita cari dari setiap episode perjalannya adalah sesbentuk keberkahan yang digapai dari mencari Ridho Allah. Maka, perbaiki lagi niat di setiap "lelah" yang kita habiskan, di seperkian detik-detik dari setiap hariya. Semoga Allah selalu kita libatkan dalam setiap gerakan menebar kebaikan.

"Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Menebar kebaikan yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa"

#MenebarKebaikan
#LombaBlogMenebarKebaikan

Masrifatun Nida'
Rumah, 10 April 2020

Komentar

  1. MasyaAllah selalu menginspirasi lewat tulisan mba nidd♥️

    BalasHapus
  2. Terima kasih sudah mampir untuk membaca tulisan ini .Semoga menginspirasinya dek ♥ Kamu juga semangaat menebar manfaat ya ��

    BalasHapus
  3. Tiada yang bisa kita utarakan dari kebaikan kita, sebab kebaikan itu sendiri yang nantinya menampakkan dirinya pada kita. Sebab, setiap langkah akan ada yang namanya pahlawan informasi yang bermakna yakni pengalaman.. Terus tebar kebaikan, layaknya hadiits bahwa :"tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah". Berilah sesuatu kepada orang lain yang bermanfaat.. InsyaAllah Allah sendiri yang akan menggantinya dengan beribu-ribu kebaikan-Nya. Teringat kembali Bentangan sebuah hadits yang artinya "apabila tangan kananmu memberi, usahakankah tangan kirimu tak mengetahuinya. Good luck my friend....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thank you dear atas tambahan informasinya, tambahan catatan dan ilmunya. Tersulah menebar kebermanfaatan untuk seantiasa menginspirasi ya :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah