Persiapan diri menikmati fase "quarter life crisis"

Loha!
kembali ke kotak berbagi saya.
Semoga para pembaca dalam keadaan bahagia, hehehe.
Setelah beberapa waktu lalu saya mencoba menjawab apa itu quarter life crisis, kali ini saya ingin berbagi sedikit mengenai -apa saja amunisi yang kita butuhkan untuk menghadapi fase quarter life crisis? -
 
For your information, meski fase ini dialami oleh mereka yang berusia 25 tahun keatas, perlu kiranya kita persiapkan -jawaban terbaik- sejak saat ini (baca: sebelum usia 25 tahun). Iyakan?
Langsung ke point amunisi-amunisinya ya, hehe :)

1. Buatlah prioritas hidup
Semua orang itu punya target dan prioritas hidup masing-masing, oleh karenanya penting bagi kita punya pendirian dari apa yang hendak kita prioritaakan. Ingat!  Semua punya pilihan dan impian, dan semua berhak memilih jalannya masing-masing. Jadi prioritas dan targetan ini bisa kita bagi jadi 3, pertama jangka pendek, kedua jangka menengah dan ketiga jangka panjang. Dari sini kita mampu mengarahkan diri hendak kemana.
*Kebanyakan dari kita gagal di tahap awal ini,
sebab terkadang kita akan terbawa arus, hidup hanya sekedar ngikut modelan orang lain, lupa bahwa tiap orang pasti punya prioritas yang berbeda-beda.

2. Kuatkan passion
Pastikan bahwa yang hendak kita jalankan dalam prioritas (point 1) itu berdasarkan passion yang kita miliki. Sebab, sudah saatnya kita mampu mandiri dan bertanggungjawab terhadap apa yang telah kita pilih. 

3. Sharing dengan pihak terdekat kita
Hampir semua pertanyaan "menyiksa" itu datangnya dari pihak terdekat, mulai dari keluarga, sahabat dan teman. Maka dari itu komunikasikan hal penting pada mereka (baca: keluarga dan sahabat), kepada mereka yang kita percaya. Terkait prioritas yang kita buat terkadang keluarga itu tidak/belum tahu dan memahami sepenuhnya, maka dari itu diskusi bersama tentu akan sangat membantu. Jika kita sudah menempuh point ini, maka kita punya supporter tetap yang akan mendukung langkah yang kita ambil,  dan juga akan meminimalisir pertanyaan-pertanyaan -serius-. Sekarang pertanyaannya adalah "bagaimana jika prioritas antara kita dan keluarga berbeda?" jawabannya "berdiskusilah, disana akan ditemukan jalan tengah".

4. Stop membandingkan dengan yang lain.
Ini point sangatlah penting, bagaimana tidak? Sebab pada level hidup seseorang akan merasa -iri- dengan masa lalunya atau kehidupan orang lain yg sedang dijalani. Berapa banyak manusia yang belum lulus kuliahnya berharap segera lulus, lantas yang lulus berharap kuliah lagi saja, ia yang sudah bekerja rindu ingin kembali ke masa SMA, atau parahnya membenci apa yang dikerjakan saat ini. Lantas membanding-bandingkan banyak hal termasuk kehidupan diri yang berbeda dengan orang lain. Jadi, pointnya disini selalu jalani masa-masa kita dengan legowo, berbahagia yang menjalani dengan terbaik semampu kita. 

5. Teramat penting, berdo'alah!
Kerjakan apa yang engkau doakan, dan doakan apa yang engkau kerjakan, yakan?
Ketika semua point diatas sudah terlaksana, usaha maksimal kita butuh tempat bergantung terbaik. Dialah Rabb kita, Allahu Subhanahu Wata'ala. Ketika semua rencana sudah -tertulis- dengan baik, namun ingatlah pasti akan ada saja hal-hal yang tak terduga dalam hidup ini, mak dari itu bentengi diri dari pengaruh hal-hal negatif. Jadilah pribadi semangat dengan berbagai pilihan diri dan tentu berprasangka baiklah pada Allah.
Selamat datang di fase krisis seperempat abad kehidupan, nikmatilah! Jalanilah! Inilah fase yang mendewasaan kita.

Dua puluh delapan oktober
Mengulang -hari sumpah pemuda-
Semangat berkarya wahai pemuda!

Masrifatun Nida'
Sabtu, 28 Oktober 2017

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah