Kemarin; Berbeda

Tentang sebuah klarifikasi penulis akan segala tulisan-tulisan yang telah ditulisnya~
"Pintar menulis, tapi tak pintar merasakan, apakah hatimu setumpul itu mbak?"
Pagi menjelang siang ini, saya dapati chat masuk seusai saya mengirimkan pesan padanya, sebuah pertanyaan yang beruntun dengan pertanyaan. Sontak hati saya mempertanyakan ulang akan hal itu. "Setumpul itukah hatiku? Setak-pintarkah saya merasakan? Tapi Kau salah soal kepintaran menulis, saya sama sekali tidak!". Terenyuh, dan mencoba menjernihkan segalanya, dan benar jika ditinjau dari condition of the text chat yang kau kirimkan, saya paham jika perasaanmu sedang kecewa dan marah, dan tersebab itulah saya berterima kasih, chat itu menjadi klimaks untuk saya menjelaskan banyak hal dalam 'tulisan' kali ini. 

Kemarin; Berbeda :)
Kemarin, banyak sekali kejadian.
Kemarinnya lagi, banyak pula hal-hal menarik.
Dan kemarin kemarinnya lagi, berjuta peristiwa telah coba saya kantongi, Tuan!

Ada perasaan kesal sebab kecewa pada suatu hal dan seseorang, ada perasaan khawatir dan takut sebab tak sanggup menjalankan amanah, ada perasaan bersedih seharian dan tak kunjung pergi sebab kehilangan. Pun sebaliknya, berjuta rasa membuncah di dada sebab akan bertemu orang-orang istimewa, ada juga bahagia sebab telah berkumpul dengan manusia-manusia yang dirinduinya, ada pula kebanggaan menyelesaikan suatu pekerjaan baru untuk kali pertama.
Maka begitulah kita, harusnya hati ini telah sesak dengan banyak sekali renungan diri. Disamping berjuta rasa tersimpan rapi di dalam memori dan hati, sebagian lagi telah tertulis di lini masa yang 24jam saja updatenya, atau diary dan akun tulis lainnya (blog salah satunya).

Mengenai kita, tulisan kita, ucapan kita, perbuatan kita: Yang akan mendapatkan banyak komentar dari orang lain.
Ada kalanya kita telah menulis dan berucap mengenai sebuah nasehat, mulai dari agama, sosial, dan juga hal berat lainnya. Dan didalamnya sebuah motivasi mengenai syukur-sabar, saling mengingatkan tentang ibadah dan kebaikan, saling menegur kala hati dan perilaku melupa, pun kadang kala mengkritik sistem pemerintah mengenai pendidikan dan politik misalnya.
Kita ambil contoh sederhana saja. Kala kita menulis mengenai pentingnya sholat tepat waktu, disana kita tuliskan banyak keutamaan beserta dalilnya, lalu beberapa waktu kita melupa tak berlari menjemput panggilanNya, kita salah? Iya jawabnya, sebab kita pernah menulis hal itu, tapi tak serta merta membuat kita tak berdaya, sebab kita masih punya kekuatan tuk memperbaikinya, bisa jadi kita tak tepat waktu sebab ada udzur syar'i, dan bisa jadi karena rasa malas telah menghampiri, dan setelahnya kita mencoba untuk berbenah kembali. 

Contoh sederahana lagi, saat kita mencoba mengingatkan soal sabar, lalu ditengah jalan ada kejadian terpuruk yang membuat kita mengeluh, lupa bahwasannya kemarin kita telah menulis banyak hal manfaat sabar, kita menangis tersedu-sedan, selebihnya tulisan itu menjadi pengingat, bahwa itu kita mampu memperbarui sifat kita lagi. 

Lalu, soal berbagai opini (refleksi dan kontemplasi) yang menjadi pengingat kita, prinsip kokoh yang telah kita sebar di sosial-media, tak ubahnya ia akan menjadi power kita nantinya, yang mampu menjadi alarm kala hati dan diri kita melupa.
Saya pribadi, kadang kala merasa tak pantas membahas hal-hal sederhana macam ini, tapi saya merasa berkewajiban untuk mengingatkan diri sendiri, mengingatkan keluarga terdekat saya dan segala manusia di lingkungan saya.
Manakala saya bersama mereka, mengetahui apapun yang dikerjakannya, mencoba menyelami apapun yang diusahakannya, tak jarang saya ikut berbangga dan senyum-senyum sendiri ketika mereka bertumbuh mendewasa, telah berbeda dari kemarin, dan saya suka :)

Saya tetap berbahagia pada mereka semua, yang tak pernah bosan membaca tulisan saya dan mengingatkan kala sedang melupa, saya terus bangga dengan mereka yang terus mau berbenah, saya tahu perjalanan kalian, jangan berhenti di tengah jalan! 

Dan saya, berterima kasih telah diingatkan banyak hal, bahwa barangkali hati ini masih tumpul, tak peka terhadap sekitar, tak perduli dengan sesama, tapi saya akan terus mencoba merasakan meski tak bisa seratus persen sama.
Kita punya prinsip-prinsip baik, maka hargai setiap orang yang kita temui itu. Dan doakan semoga hati ini tak tumpul lagi. Ladang yang ingin disemai masih banyak, hasil yang didapat akan juga melimpah jika kita tak berputus asa. (Kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan bisa jadi orang-orang yang kita temui itu berubah, berbeda dari kemarin sebab kita, bisa jadi :D) 

Sebab, kemarinnya kita sudah berbeda, itu kemarin. Sekarang tentu tak sama | Hari ini adalah sebab-akibat kemarin ya kan Tuan!~

Masrifatun Nida'
Gresik, 21 Februari 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah