Maret 2016, tatapan teduh terakhir darinya

"Hati-hati" kata beliau tanpa banyak penjelasan atau kalimat selanjutnya beberapa waktu lalu~
Sudah menjadi kebiasaan wajib di keluarga saya, ketika hendak keluar rumah atau sampai di rumah akan mencium kedua telapak tangan bapak-ibu. Dan seperti hari-hari sebelumnya hal itu akan dilakukan semua anggota keluarga. Seperti hari-hari sebelumnya hal itu, akan dilakukan semua anggota keluarga. Bahkan saat bapak atau ibu keluar rumah, maka kita anak-anaknya selalu mencium tangan keduanya. Pagi sekitar pukul setengah 7 menuju sekolah, seusai Ibu memasak dan menyiapkan sarapan, maka sayapun berpamitan ke sekolah. Beliau berdua, bapak ibu saya akan saya cium kedua telapak tangannya sambil meminta doa dan mengucap salam. 

Itulah kejadian tiap pagi semasa saya sekolah, dan hingga akhirnya seusai Madrasah Aliyah (sederajat dengan SMA). Saya meningalkan rumah dan jauh dari kedua orangtua. Dan ritual demikianpun terus tumbuh baik dalam keluarga saya.

Aku suka manakala ibu sudah mengingatkan banyak hal soal perbekalan kala keluar rumah. Berbeda dengan ibu, bapak lebih padat nasehatnya, hanya dua kata "hati-hati"
Namun semuanya telah berakhir saat maret 2016, tatapan teduh bapak itu menatap lebih dalam pada saya, mata bulatnya lebih berbinar, berkaca. Katanya "hati-hati..." dan sayapun berpamitan.

Catatan: Suatu ketika bapak pernah menjelaskan banyak hal tentang "hati-hati"nya pada saya.

Tulisan yang disalin kembali
Tulisan tak berhenti 10 menit, dalam pelatihan menulis Essay yayasan Al Ibrah. 

Masrifatun Nida'
Gresik, 03 Februari 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah