Puisiku puisinya

Selembar kertas menjadi saksi
Ingin kuapakan kertas tersebut
Kertas itu menatapku dengan tegas
Seraya bertanya kenapa tak memanfaatkanku?

Kau terdiam membisu dan terpaku
Diam-diam kau meliriknya kembali
Sebuah kertas yang semenjak tadi menatapmu dalam-dalam
Sebuah kertas yang ingin kau tuliskan kata-kata seperti dahulu kala

Ingin ku tulis sebuah sajak
Tapi sajak apa yang pantas
Ingin ku ciptakan sebuah cerita
Tapi tak tau bagaimana memulainya?

Mulailah menulis!
Gerakkanlah tangan diatas kertas itu
Akan muncul keajaibannya
Perasaan itu akan tumpah bersama kata-kata dan sajak rindu

Apa? Rindu...
Haruskah aku menulis sebuah sajak rindu
Lantas bagaimanakah dengan cerita?
Haruskah kutulis sebuah cerita tentang rindu?

Iya, kau bebas menuliskan apapun yang kau suka
Bebas meluapkan apapun yang sedang terjadi
Kisah kasih, cerita cinta, bahkan rindu yang menderu
Jadi, sajak apa yang akan di tulis pada kertas malam ini?

Masih bimbang kumemutuskan
Sajak apa yang akan kutulis
Tapi kucoba memaksa tangan
Agar tercipta sebuah sajak.

Perlahan kau goreskan kata pertama
Kau ragu...
Akupun melanjutkan kata kedua
Hingga tak kita sadari, aku dan kau menceritakan kembali dalam sajak bersama lagi.

By: Kolaborasi
Rumah, 29 Februari 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah