KUNCINYA ADALAH PENDIDIKAN

Kutipan puisi dalam buku 'Restorasi Pendidikan'
Jauh sudah negeri ini melangkah
Berjalan rintih tak tahu arah
Panggung globalisasi yang kian tumpah
Kian menjebak diri dalam identitas sampah
Asa tuk melangkah kian hari kian pesimis
Tersungkur dalam lingkar eksperimen borjuis
Hingga terbuai dalam blantika hedonis
Pluralitas kini tak bermakna bhineka
Sang Burung Garuda hanya menjadi pajangan bak boneka
Akibat gradasi dari trias politik
Tanpa memikirkan arti dari republika
Para opurtunis yang picisan
Menari-nari dalam tarian penderitaan
Menipu manis dalam retorika kebijakan
Tuk meredam teriak suara kekritisan
Lantas pertanyaannya adalah
Sipakah kunci pembuka borgol ini?
Siapakah tisu pembersih noda bangsa ini?
Siapakah korektor identitas negeri ini?
Siapakah navigasi penentu arah bangsa ini?
Jawaban-nya hanya ada satu kata
Pendidikan.

Itulah gambaran mengenai pendidikan pada era ini. Tahun ajaran baru saja dimulai, itu tandanya para wali murid telah mengeluarkan banyak biaya demi kebutuhan anak anaknya. Uang yang telah di gelontorkan demi kelancaran proses belajar takkan terasa apabila hasil yang didapatkan pun sesuai harapan dan janji pihak pendidik. Namun yang menjadi sorotan kali ini adalah 'bobroknya' banyak hal di beberapa lini. Misalnya adalah kurangnya pemahaman tentang pentingnya karakter pribadi, permasalahan dalam internal pendidikan yang sampai sekarang yang semakin hari semakin terlihat jelas adalah "bullying, sikap berani melawan guru, melakukan tindakan negatif di dalam kelas dan masih banyak lagi" namun amat disayangkan ketika hal tersebut mereka contoh dari para pendidik mereka sendiri, lantas solusinya ada dimana?
Bukankah jika melihat pada puisi diatas akan terjawab. 

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI);
pen·di·dik·an adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dl usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik;
Dengan demikian, sebelum merubah segalanya ada yang perlu diluruskan, jadikan sebuah pendidikan murni pengabdian, penuh perhatian.
Agar kita mampu mencetak generasi terbaik, yang tak hanya kuat diluar, tapi juga kuat di dalam dalam hal karakternya, sehingga semboyan Ki Hajar Dewantara akan terapai,
"Ing ngarso sungtulodo (di depan memberikan teladan)
Ing madyo mangunkarso (di tengah memberikan semangat)
Tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan)"

03 Agustus 2017
Semoga kita mampu menjadi salah satu 'kunci' tersebut.
Semangat wahai pendidik, selalu optimis.
(Masrifatun Nida')

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah