Teman Baik

Masih seperti di pagi yang harus terus beradaptasi, dengan lingkungan baru, suasana baru, orang-orang dan kebiasaan baru. Sesuatu baru telah di mulai. Bersama mereka yg terus memberi kesan terbaik setiap harinya. 

Pagi itu, setelah subuh dimulai halaqoh beberapa santri melanjutkan muroja'ah hafalannya guna memantapkan dan memantaskan diri menuju Ujian Kenaikan Juz, juz 6 kali ini, namun terlihat dari mereka ada yg tidak semangat. Akhirnya ustadzah disampingku memberi nasehat "manfaatkan waktu halaqoh dengan sebaiknya, kapan kalian ada waktu jika tidak saat ini, guyon dan cerita itu bisa kapan saja, tapi menghafal belum tentu"
Aku yg berada di samping ustadzah pun, benar-benar menganggukkan kepala. "Ya Rabb, itulah aku di masa lalu, yang bahkan sampai detik ini masih begitu menyia-nyiakan waktu" gumamku dalam hati.
Di hari yang sama, namun jam berbeda, halaqoh dilanjut di depan kelas. Di akhir sesi inilah yang begitu membuat aku tertegun.
Sang Ustadzah kembali melanjutkan nasehatnya pada para santrinya.
"Kalian tahu apa itu teman?"
Diawali dengan pertanyaan itulah mulailah Ustadzah menasehati para santrinya mengenai hakekat apa itu teman.

"Jangan sampai kita mudah terpengaruh oleh teman, pandailah mencarinya"
(Menjadi teman baik itu susah, tapi mencari teman baik itu wajib. Jadilah teman yang seperti madu, ia mengambil yang baik-baik dan mengeluarkan yang baik-baik pula)
setali tiga uang dengan apa yg dianalogikan ustadzah, Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman dalam sabda beliau :
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Pagi itu saya bersama Ustadzah Umi Nadziroh, Lc

Hai kamis manis, baik baik ya 😊
| Salam saya bersama pejuang Al-Qur'an SMPIT Al-Ibrah Gresik.
(Masrifatun Nida')

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah