Koin pesok nan lusuh

Bismillahirrahmanirrahim...

Selamat malam para pembaca 😉
Semoga semangat kita terus terpancar walau lelah di ujung malam ini tak terkira, Lillah InsyaAllah. (asal niatnya tepat!)

Berbicara tentang niat, maka setiap insan memiliki harapan ditiap apa yang dilakukannya bernilai kebaikan, lebih-lebih bernilai kebaikan dalam beribadah. Apa yang diusahakan, apa dimiliki, semoga menjadi -wasilah- menuju pada baiknya ibadah. Lah! Menyinggung soal 'memiliki' maka ada hal yang begitu menarik saya dapatkan saat "pertemuan" jum'at siang kemarin.

Kemarin, di saat para ikhwan berjamaah sholat jum'at di masjid sekolah, lalu para santri boardingpun berkumpul di tempat yang dinamakan webb. Saya berserta kelompok -liqo-pun berkumpul, ketika taujih disampaikan oleh murobbiyah kami, beliau mengawalinya dengan sebuah cerita.
Begini kisahnya. (Saya kemas dengan bahasa pribadi saya. Bagi yang sudah pernah dengar dan membaca kisah ini, semoga mampu menjadi pengingat )

Alkisah, ada seorang bapak yang usai di PHK dari tempatnya bekerja
dan sedang mencari apa yang hendak dilakukan setelah ini. Maka bapak tersebut melangkahkan kakinya, mengikuti jalanan yang ia lalui, tiba-tiba ada sebuah koin pesok nan lusuh di tengah jalan tersebut, maka diambillah koin pesok nan lusuh tersebut. "Apakah koin seperti ini bisa ditukarkan?" Tanpa banyak berpikir, ia bergegas menuju bank terdekt di daerah tersebut, sampai disana petugas bank menyarankan untuk di jual ke kolektor barang antik dan langka saja sebab di bank tidak ada harganya. Akhirnya bapak tersebut menuju kolektor tersebut, tenyata benar! Koin itu dihargai dengan 30 dirham, maka dibawa pulanglah uang tersebut.

Di tengah jalan, ia teringat bahwa istrinya sedang mengingkan sebuah lemari. Maka ia pun pergi untuk membeli kayu-kayu yang dibutuhkan, ia tukarkan 30 dirham tersebut dengn kayu-kayu tersebut. Di pertengah jalan menuju rumahnya, ia bertemu dengn tukang meubel, pak takang itu berkata padanya "Kau dapatkan dari mana kayu-kayu ini, ini kualitas bagus, maukah kau ku tukarkan dengan almari" Tanpa berpikir panjang, bapak tersebut mengiyakan. Dengan menggumam dalam hatinya "Untung, aku tanpa repot-repot membuat almari sendiri".

Maka ia angkat almari itu dan dibawalah pulang ke rumah, masih juh dari rumah, tiba-tiba ada seorang ibu yang tertarik dengan almarinya. Maka ibu tersebut menawarkan diri itu membelinya "Bagaimana kalau aku beli dengan harga 100 dirham, kalau tidak 200 dirham". Belum juga bapak tersebut menjawab, ibu itu menaikkan harga menjadi 250 dirham, dan akhirnya bapak tersebut setuju. Dengan membawa uang tersebut ia bergegas pulang ke rumah.

Belum juga sampai rumah, rupanya ia di todong oleh perampok, tanpa banyak perlawanan, si bapak telah kalah dari perampok tersebut. Maka 250 dirham di tangan telah lenyap.
Pulanglah bapak tersebut, di rumah rupanya si istri sudah tahu kejadian perampokan yang baru saja di alami suaminya. "Apa benar Abang usai di rampok? Bagaimana bisa Bang?" kata si istri. Lalu si suami menjawab "Aku hanya kehilangan sebuah koin pesok nan lusuh".
-The end-

Begitulah awal kisah materi kami kemarin, lalu murobbiyah menjelaskan bahwa "Semua ini hanyalah titipan, jadi susah senang itu hal biasa, yeng terpenting! Kita mampu ridho terhadap apapun yang telah Allah gariskan".

Ada beberapa point lagi yang beliau jelaskan, namun saya ingin menuliskannya ini, mengingatkan diri sendiri bahwa semuanya akan kembali padaNya.
Berhubung kemarin saya jadi MC dadakan, dan kemarin bapak bapak (baca: Asaatidz) ba'da jum'atan, menyabotase ruangan liqo kami (Soalnya kan saat itu pas sepi dan paling memungkinkan kami berkumpul. Hihihi).
Maka saya tutup, membacakan ayat Allah yang diawal juga sudah di sampaikan murobbiyah kami saat itu.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ
ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً
"Hai jiwa yang tenang.
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya."
(QS: Al-Fajr,27-28)

*Dan di sore hari, saat saya membuka IG, Ustadz Salim A. Fillah menyampaikan kajiannya bahwa "Jangan sibuk mencari kasih Allah, tapi lupa meminta tuk di sayang. Hamba yang di kasih belum tentu disayang, tapi hamba yang di sayang biasanya di kasih, kalaupun tidak dikasih pasti karena sayang."

Semoga kita termasuk hamba yang terus berburu keridhoaan Allah. Susah senang semoga kita penuh kasih sayang Allah.
Baarokallahu fiikum Jami'an.
Happy weekend ❤

Masrifatun Nida'
Gresik, 05 Agustus 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah