Februari berlalu, sambut Maretmu

Tepat dihadapanku, derainya turun membasahi tanah, pun sama barangkali rasanya dengan mereka yang sedah patah, para manusia yang gusar. Ku dengar ba'da ashar saat jum'at adalah mustajabnya berdoa. Ku dengar pula, jika dikala hujan berdoa maka mudahlah terkabul.

"Aku ingin rahmat ini selalu penuh di setiap gerak langkah, dengan rahmatNya semoga tiap (si)apapun yang diikhtiarkan & didoakan senantiasa mendapat ridhoNya"

Jadi ingat beberapa nasehat waktu lalu, 
Katanya "Kita ini harus beruntung"
"Beruntung yang seperti apa ini" tanyaku
"Menjadi manusia beruntung sebab hari ini lebih baik dari kemarin" Begitu puan.
(Terdiam, dan ku aminkan dalam hati)
Lalu, kemarin ku temukan sebuah kalimat "Nikmatilah waktumu & peranmu"
Bukankah diri ini berharap menjadi manusia beruntung, manusia yang juga bersyukur sebab mampu menikmati waktu & peran dengan sebaik-baiknya.

Jika ada harapan dan impian yang terjaga baik dalam hati, janganlah meragu! Langitkan doa lebih sering di waktu mustajab seperti ini.

Jangan risau! 
Memang benar, jika kita sekarang adalah gambaran yang kita upayakan & kerjakan di masa lalu. Jadi, kita (masa depan) sudah pasti adalah gambaran yang kita upayakan & kerjakan di masa sekarang, bukan?


Jika saat ini hatimu sedah merasa down, sedih, merendah, rapuh, lumpuh, dan dihantui berbagai keresahan yang tak segan memudar. Ingat! Tengadahkan tangan, berbisiklah padaNya, luapkan semuanya, tuntaskan denganNya dengan sempurna. 

Hey, gak selamanya air itu menggenang di bawah, ada saatnya dia bisa naik! Bukankah evaporasi adalah sebentuk keajaiban Allah. Ia naik menuju langit bersama awan, lalu ramai-ramai turun menjadi derai pada saatnya, menjadi rahmat. Ah,  menakjubkan! 

Semoga esok kau beruntung, sebab saat ini kau sedang mengusahakan berbagai kebajikan. 
Terus kerjakan apa-apa berlandaskan koridorNya. 
Semoga kita tak tersesat di tengah perjalanan! 

Sincerely, Masrifatun Nida'
Gresik, 01 Maret 2019

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah