Siap menghadapi tantangan pendidikan demi generasi masa depan

Sebuah tulisan yang merupakan kelanjutan dari tulisan yang saya posting pekan kemarin tentang (Sebuah pertanyaan), jika pembahasan kemarin tentang beberapa skenario yang dibuat, maka mendekati ajaran tahun baru yang dengan segala -keterbatasan- banyak hal telah membuat para elit pendidikan membuka suaranya. Salah satunya adalah Menteri Pendidikan Nasional era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono, Mohammad Nuh. 

Menurut dia, diperlukan kebijakan-kebijakan khusus agar pendidikan dapat terus berjalan tanpa hambatan krisis akibat Corona saat ini. Dalam hal ini, dia menyoroti agar sekolah-sekolah dapat memberikan pembelajaran secara lebih aktif meskipun para siswa belajar dari rumah. "Belajar dari rumah, ini betul. Tapi persoalan yang perlu kita cermati adalah sekolah ditutup, dan diganti dengan belajar dari rumah," kata Nuh dalam sebuah diskusi daring, Jumat (19/6).
Namun, begitu banyak pekerjaan rumah bagi petugas pendidikan, semakin dekat pula hari-hari memulai tahun ajaran baru, mudah-mudahan akan ada banyak kejelasan. 

Beberapa artikel yang saya baca menyampaikan bahwa. "Hingga saat ini hampir semua sekolah baik negeri maupun swasta belum beroperasi kembali. Pemerintah diwakili oleh KEMENDIKBUD RI mengumumkan hasil keputusan bersama mengenai Rencana Penyelenggaraan Pembelajaran Tahun Ajaran Baru 2020 di masa pandemi."

Dalam hasil keputusan tersebut, dinyatakan bahwa lembaga yang diperbolehkan untuk bisa beroperasi adalah lembaga yang berada di kawasan "zona hijau"...itu pun dengan sistem yang diutamakan adalah sekolah di level SMA / SMK / SMP.

Setelah 2 bulan berikutnya baru disusul oleh SD, dan selang 2 bulan kemudian baru PAUD dalam usia TK / RA / TKLB yang boleh dibuka. Masalahnya di sini adalah lembaga-lembaga PAUD yang berada di "zona merah" seperti misalnya di provinsi Jawa Tengah, kondisi terkini hampir tidak ada wilayah yang berzona hijau.

Lantas, bagaimana perkembangan anak-anak siswa yang memulai jenjang pendidikannya di tiap jenjang? Menurut data yang saya dapatkan, salah satunya adalah mengenai PPDB bahwa Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, saat Pers conference di Gedung Negara Grahadi, Sabtu (30/5/2020) mengatakan tenaga kesehatan yang berada di garda terdepan pada layanan Covid19 adalah para dokter, perawat, dan supir ambulance. Mereka akan mendapat kuota khusus bagi putra putrinya dalam proses PPDB minggu depan.

"Tenaga kesehatan butuh konsentrasi yang kuat bagi pasien Covid19, dan banyak di antara mereka yang tdiak pulang ke rumah namun ke tempat singgah di beberap titik yang sudah disiapkan. karena itu kami memberikan ketenangan pada mereka dengan menyiapkan 1% untuk putra putri yang akan masuk SMAN/SMKN," ujar Gubernur Khofifah. 

Salah satu kebijakan yang dibuat oleh gubernur. Begitupun dengan hampir semua sekolah menggunakan sistem PPDB yang baru alias lewat daring/internet/online. Dibalik semuanya, tentu banyak sekali kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan dari sistem ppdb via online adalah lebih efisien namun kelemahannya adalah kualifikasi anak didik untuk tes tatap muka terbatas.
Sistem ppdb ini telah ditetapkan salah satunya adalah sekolah saya, hal ini menunjukkan bahwa sekolah tetap dibutuhkan oleh anak anak. Sekolah adalah tempat guna mencerdaskan generasi bangsa masa depan meski dihadapkan dengan berbagai keterbatasan. Dengan beberbagai PPDB yang sudah disiapkan, semoga pendidikan terus sesuai dengan apa yang kita harapkan, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yakni: "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara."

Masrifatun Nida'
Gresik, 21 Juni 2020

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah