Berani Tidak Disukai


Bts (read: Behind the story) Sebelumnya, saya mau mengucapkan terima kasih kepada orang baik yang tiba-tiba mau beliin buku bacaan baru yang lumayan lama sudah diincar, semoga segala kebaikan kembali kepadamu yah. 

Baik, kali ini saya mau sedikit spoiler tentang isi buku yang baru saja saya khatamkan. Termasuk salah satu buku yang tidak bisa di baca sekali duduk (hehe bagi saya) karena butuh timing yang pas agar bisa merasuk apa aja yang ada di dalamnya. 

Sekilas informasi buku berikut. 

Judul: Berani Tidak Disukai, (Kirawareru Yuki) 
Penulis: Ichiro Kishimi dan Fumitake Koga
Penerjemah: Agnes Cynthia
Penerbit: PT Gramedia Pustaka
Cetakan: pertama Oktober 2019--cetakan kesembilan Maret 2021
Harga: Berhubung saya dibelikan, saya coba melihat di belakang buku yang tertera adalah (Harga P. Jawa Rp98.000)

Sebelum mengkisahkan tentang buku ini, saya ingin mengajak mengenal dua sosok penulis di balik hadirnya buku yang menembus international bestseller yakni Ichiro Kishimi, beliau menyampaikan bahwa "Hari ketika Fumitake Koga, rekanku dan penulis buku ini, pertama kali mengunjungi ruang belajarku, dia berkata, "Aku akan menjadi Plato untukmu, Pak Kishimi." dan menurut pak Koga teruntuk pak Kishimi "Teori psikologi Adler yang disampaikan Kishimi kepada kita menggambarkan Adler sebagai seorang pemikir dan filsuf, yang karya-karyanya menjangkau jauh melampaui lingkup ilmu psikologi klinis"

Here we go... 
Buku ini adalah buku yang sangat cocok ketika kita butuh healing, teori yang dikemukakan oleh tokoh penting bernama Adler, lewat diskusi antara filsuf dan pemuda dalam buku ini, kita diajak untuk meraba diri, menemukan "makna" dibalik adanya kita di dunia ini dan bagaimana menyikapi sekeliling tanpa berbelit. Meski bagi saya pribadi, buku ini tetap butuh konsntrasi saat membacanya. 

Di dalam buku ini ada beberapa subbab yang rinci dan disampaikan lewat 5 bab besar, di kemas lewat pembahasan dua arah dan di bagi menjadi lima malam pembahasan.
Malam pertama (Menyangkal keberadaan trauma)
Malam kedua (Semua persoalan adalah tentang hubungan interpersonal)
Malam ketiga (Menyisihkan tugas-tugas orang lain)
Malam keempat (Di manakah pusat dunia ini)
Malam kelima (Hidup dengan sungguh-sungguh di sini pada saat ini)

Buku ini adalah sebuah buku refleksi dari Jepang untuk membebaskan diri, mengubah hidup, dan meraih kebahagiaan sejati. Maka tak heran, pembaca akan diajak menyusuri jalan setapak demi setapak hingga menemukan titik point yang diharapkan. Membuka lembar per lembar, pembaca diajak untuk mengaca, membenahi diri sendiri hingga mengalir dari malam pertama, kedua, ketiga, keempat hingga akhir. 

Diskusi yang berlangsung antara pemuda dan filsuf di pinggiran kota berusia seribu tahun, seorang filsuf mengajarkan bahwa dunia ini sederhana, dan bahwa kebahagiaan dapat diraih dalam sekejap mata oleh setiap manusia. Seorang pemuda yang tidak puas dengan hidupnya mengunjungi filsuf ini untuk mencari tahu inti masalahnya. Dia mendapati dunia ini sebagai gumpalan kontradiksi yang carut marut dan, di matanya yang gelisah, gagasan apapun tentang kebahagiaan adalah hal yang sangat tidak masuk akal. 

Membaca pembukaan buku tersebut, terbersit dalam hati saya. Bacaan yang sungguh menggugah, benar saja, di setiap momen hampir saya sering sekali mengambil stabilo untuk menandai, berikut beberapa kalimat yang menancap sukma dan mengajak saya terus berpikir dua kali, dan tentunya berusaha mempraktikkannya. 

Berfokuslah pada point yang ditekankan Adler di sini, ketika dia menyebutkan bahwa diri kita ditentukan buka oleh pengalaman kita sendiri, tapi oleh makna yang kita berikan pada pengalaman kita. (Halaman: 14)

Sekurang-kurangnya, aku tidak merasa ingin menjadi orang lain dan aku menerima diriku apa adanya. "Yang penting bukanlah dengan apa seseorang dilahirkan, namun bagaimana dia memanfaatkannya" (Hlm: 30-31)

Ketidakbahagiaanmu tidak bisa disalahkan pada masa lalu atau lingkunganmu. Dan bukan berarti kau tidak punya kemampuan. Kau hanya kurang berani. Bisa dibilang kau kurang berani menjadi bahagia. (Hlm: 41)


"Mereka yang suka membanggakan diri melakukannya semata karena merasa inferior" (Hlm: 78)

Terus melangkahlah maju tanpa bersaing dengan siapa pun itu sudah cukup. Dan tentu saja, tidak ada gunanya membandingkan diri dengan orang lain. (Hlm: 84)

Singkirkan tugas-tugas orang lain. Itulah langkah pertama untuk bisa meringankan bebanmu dan membuat hidup ini lebih sederhana. (Hlm: 148)

Keberanian untuk bahagia juga mencakup keberanian untuk tidak disukai. Ketika kau sudah memperoleh keberanian ini, seluruh hubungan interpersonalmu akan segera  berubah menjadi sesuatu yang ringan. (Hlm: 171)

Ketidakbahagiaan terbesar adalah tidak mampu menyukai diri sendiri. (Hlm: 277)

Nah, di atas adalah kalimat-kalimat yang saya temukan dalam buku ini. Tentunya, lewat percakapan diskusi dua arah filsuf dan pemuda. 

Dia akhir, ada pernyataan bahwa: "Kita adalah makhluk yang memiliki kebebasan sambil bercita-cita untuk meraih kebahagiaan." Itulah point yang begitu penting saya garis bawahi dari di buku -berani tidak disukai-

Buku ini mengajak saya sedikit rehat, namun tak jarang membuat kepala saya terasa penuh sesak, maka saat itu datang sejanak, saya mengambil jeda, menaruhnya kembali ke rak. Sama seperti sosok pemuda ini yang akan menyudahi segala pertanyaannya kepada filsuf jika di rasa ia benar-benar butuh waktu untuk memahaminya. Jika hati dan jiwanya sudah siap kembali dengan pertanyaannya, ia akan datang. Hehe persis dengan saya yang akan membuka buku ini jika di rasa siap tuk bertualang kembali. 

Menyelami diri sendiri, menemukan segala tanya yang terjawab dengan pernyataan penuh makna. Di akhir perjalanan yang menguras emosional ini, kita akan diajak untuk memiliki pemahaman seperti perjalanan akhir pemuda bertemu dengan filsuf ini, bahwasannya: "Dunia ini sederhana, dan hidup ini juga sederhana."

Mari belajar lebih konsep memaafkan diri sendiri, mencintai diri, dan menyingkirkan hal-hal yang tidak penting dari pikiran. Dengan membaca -berani tidak disukai- maka inilah langkah awal tuk merdeka dan bahagia. 

*Semoga artikel ini menjawab beberapa permohonan taman-teman yang mengingkan saya menuliskan review. Semoga berkenan :)). Selamat memburu buku sarat gizi ini ya :))

Masrifatun Nida'
Gresik, 03 Ramadhan 1442H

Komentar

  1. maasyaAllah.. review yang bagus.. benar2 membawa pembaca untuk beli dan baca sendiri kisah antara filusuf dan pemuda. jazakillah atas reviewnya.. ditunggu postingan2 selanjutnya ��

    BalasHapus
  2. Terima kasih banyak atas apresiasinya. Waiyyaki. Semoga berkenan membaca next reviews :))

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah