Menjaga

Waktu yang terus melaju, yang kadang terasa begitu cepat pun terkadang melambat. Hari-hari yang terlewati memberikan sebuah pemahaman berarti, pun beberapa orang yang ditemui telah memasuki ruang dalam hati.

Jalan-jalan yang ditapaki, langkah-langkahnya yang kadang ragu tapi lebih banyak yang pasti, memberi kita banyak sekali pengalaman dalam menghadapi hidup ini.

Kisah singkat
Saya pernah tak sengaja membuat anak didik saya menangis sesunggukan meneteskan air matanya, seusai saya evaluasi semangat mereka dalam belajar dan menggapai impian yang mulai melemah, tak banyak hal, tapi satu yang pasti kala itu, saya berpesan "Jaga amanah kedua orangtua kalian! Jagalah dengan kesungguhan kalian menuntut ilmu. Dengan melawan rasa malas dan kantuk kalian, sebab apa? Ada dua orangtua kalian yang tak pernah berhenti berdoa dan bekerja untuk kesuksesan kalian disini". Dan jleb, semua terdiam,
saya pun ikut terdiam seusai mengeluarkan kalimat tersebut. (Menunduk saya beberapa detik "ingat diri sendiri juga" lalu saya tatap mereka satu per satu, dalam hati saya menggumam "Ada besar cita kedua orangtua kalian agar kalian menjadi anak yang sukses dunia akhirat nak, jangan sampai kalian mengecewakan beliau berdua")

Satu kisah, yang tiba-tiba saya ingat disaat ingin menulis lagi, tulisan yang entah bagaimana orang lain merasakannya, tapi saya pribadi ingin kita sama-sama merenungi apa saja yang sudah kita perjuangakan untuk orang-orang terkasih selama ini. Sudahkah kita menjaga apa yang telah dititip dan amanahkan kepada kita selama ini.

Sadar ataupun tak sadar, hidup dan perjalanan kita, setiap episodenya adalah bentuk dari perjanjian, entah resmi ataupun tidak. Satu yang pasti, ditiap harap dan doa orang lain atau pribadi, akan terselip "semoga".

Lalu, dalam perjalanan ini, ada tiga tahap yang selalu coba kita selesaikan, pertama adalah usaha, kedua menjaga dan ketiga akhir atau hasil. Lalu dimana letak tantangannya? Jelas semuanya punya daya juang masing-masing. Jika kita menganggap usaha adalah perjuangan terhebat, belum tentu. Sebab ketika kita mendapatkan apa yang sudah kita peroleh, maka wajib bagi kita menjaganya hingga pada akhirnya kita benar-benar layak lolos untuk mendapat hasil atas segala usaha kita. Maka sesungguhnya bahwa hasil adalah tahap terakhir yang tak tampak hanya di dunia. Kelak di akhirat akan menjadi buktinya.

Seperti sesederhana kisah yang saya alami tadi. Soal sekolah kita, kadang kita berusaha sekuat tenaga agar diterima di sekolah favorit A, berjuang agar bisa masuk. Dan jika Allah mengizinkan masuk, di tengah jalan akan ada ujian, salah satunya adalah semangat belajar kita, masihkah kita bisa menjaga apa yang kita kejar sebelum kita masuk sekolah tersebut. Soal pencapaian kita di kelas juga, saat kita berusaha sekuat tenaga agak mendapat juara misalnya, lalu dapat, apakah kita bisa menjaganya? Pun begitu saat kita sekolah lagi, memasuki ruang kelas lagi, saat kita kuliah, saat memasuki semester baru lagi. Masihkah kita bisa menjaga semangat yang begitu menggebu kala sebelum memperolehnya?

Pun sama halnya saat kita ingin mendapatkan si(apapun) di dunia ini, menjadi si(apapun) juga misalnya, perjuangan seperti apa yang sudah kita kerahkan menujunya? Jika sudah ada jawaban, bisakah engkau menjaganya?
Ia amanah, jaga ia rapat-rapat.
Semoga kita tak mudah melepaskannya begitu saja.
Sebab menjaga itu sebentuk perjuangan yang akan memiliki nilai lebih bagi sebagian orang.
Berdoalah tanpa henti, menjaga doa juga amat penting, yakin ada Allah yang akan menjaganya juga, dan juga menjaga kita.

Masrifatun Nida'
Rumah, 03 Juli 2018

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah