Mari belajar memaafkan diri sendiri


Bukankah sudah sering kali kita membaca banyak cerita motivasi. Soal masa lalu dan masa depan yang lajunya tak sama. Kalau bagiku, jika diibaratkan seseorang, maka masa lalu adalah ia yang akan menahan langkahmu, membuat matamu terus menatap kebelakang, bisa jadi banyak hal buruk yang sudah kau jalani lalu membuatmu sesunggukan menangis pilu, atau bisa jadi membuat semangat barumu muncul jika mengingat yang manis kembali, tapi ya bisa jadi. Sebab, jika kau hanya terpaku menatapnya saja, masa lalu takkan pernah bergerak maju, ia akan menahan langkahmu. Ya, manahan langkahmu. 

Ibarat seseorang, ada yang siap mengulurkan tangannya itulah masa depanmu, ia masih misteri yang belum tahu bagaimana nanti jalan ceritanya, tergantung padamu. Siapkah melepaskan masa lalu, dan menerima uluran tangan masa depan yang bisa jadi mampu menjadi obat atas segala luka pedih masa lalumu. 
Ditengah pijakanmu saat ini, masa lalu akan terus menghantuimu dengan segala perasaan bersalah jika kau pernah melakukan hal bodoh disana, membuatmu sesenggukan lagi, membuatmu merasa paling terpukul, membuatmu tak berdaya dan mengabaikan seseorang yang ingin mengajakmu ke tempat baru. 


Maka, selesaikan tatapanmu, sampaikan pada masa lalu, jika kau akan baik baik saja bersama masa depan "Kau bisa buktikan sejak sekarang, di atas pijakanmu sekarang, kau bisa lebih tegak berdiri dan menatap pasti masa depan, melakukan banyak perbaikan diri, melakukan banyak hal yang sempat terhenti."

Semoga, masa lalu yang berada dibelakang itu membuatmu tersadar, bahwa ada yang ingin mengajakmu di depan, iya! Dia telah bersiap mengajakmu berkelana mengarungi samudera yang luas lagi. Mengajakmu bertualang! 


Sampaikan pada masa lalu terima kasih, sebab inilah awal agar kau belajar tak salah lagi mengambil langkah, sampaikan maaf pula pada masa lalu sebab kau tak bisa berlama-lama menatapnya. Ada seseorang yang punya banyak kejutan, ya! Masa depan. 
Mari belajar memaafkan diri sendiri pada masa lalu.


Masrifatun Nida'

Gresik, 23 Agustus 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah