Jilbab bunga biru

Malam itu, aku dimasukkan dengan terburu oleh tuanku dalam kresek putih, ditempatkan diatas gamis biru yang senada dengan rupaku, yah jilbab bunga biru itulah aku. 
"Tumben sekali aku dimasukkan dalam kantong kresek malam-malam, tak seperti biasanya" Bisikku rupanya menganggu dengkuran gamis biru, ia menyuruhku diamlah saja, nanti akan pasti tahu. 

Aku pejamkan mataku, dan tiba tiba aku sudah berada dalam ruangan yang baru, tuanku nampaknya sedikit keberatan menentengku masuk ke dalam kamar dan meletakkanku sementara di sampingnya. Aku diam saja (Haha, memang itu keahlianku, jika aku malah menggerutu mungkin aku bisa saja membuat buyar lamunan tuanku) 

Pagi datang, nampak gelisah tuannku, seperti ada yang ia khawatirkan, seperti ada yang ia cemaskan. Aku si jilbab bunga biru ia raih dan ia setrika, tanpa pikir panjang tuanku mengambilku. Badanku mulai terasa panas, kembali licin dan rapi. Usai hilang kusutku, tuanku kembali sibuk dengan pena dan buku catatannya, ia kembali fokus bersama barang itu dan tentu sesekali melihat dan mengecek smartphonenya. 

"Ah, aku masih bertanya. Tumben sekali aku diajak oleh tuannku, si jilbab bunga biru yang entah berapa bulan yang lalu baru diajak jalan-jalan. Namun, kali ini sepertinya tuanku mengajakku lebih serius."

Tuanku merapikan barang-barangnya, bergegas memasangkanku di wajahnya. Oke, bagus sekali. Pukul 08.00 WIB, aku melihat temanku berwana lain diajak tuannya menuju masjid. 

Oh, rupanya tuanku gelisah sejak semalam bisa jadi; salah satunya memikirkanku, haha. Memikirkan mengajakku untuk bersamanya mamandu acara hari ini. 

Nampaknya tuanku melawan rasa grogi dan takutnya, hanya karena satu alasan. Menjalankan tanggungjawabnya. 

Masrifatun Nida'
Gresik, 04 Ramadhan 1443H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah