Nabila namanya

Tulisan ini telah di tulis semenjak Nabila menyelesaikan 26 juznya. Alhamdulillah 

Nindya Nabila Anindita, yang akrab dipanggil Nabila ini berasal dari Surabaya. Anak manis yang punya tekad masuk program Takhashush di SMPIT Al Ibrah telah mewujudkan cita-citanya kala duduk di kelas 7. Siang itu, Nabila yang diantar keluarganya mulai memasuki rumah tahfidz, dengan langkah pasti ia disambut oleh kawan-kawan lainnya yang sudah lebih dulu datang.

Keeseokan harinya, ketika semua berkumpul bersama, saling berkenalan, saling bercengkerama dan tertawa. Ustadzah bertanya kepada setiap anak takhashush yang sedang duduk dihadapannya. Salah satu pertanyaannya adalah "Berapa target hafalan yang ingin kalian capai di takhashush ini?" Dan tiba giliran pada Nabila, dengan senyum ia lirih menjawab "InsyaAllah 15 juz, ustadzah". Detik itulah Allah mengenggam tekadnya.

Hari berlalu begitu lambat di awal-awal perjalanan, segala rasa pernah di rasa, mulai dari suka-duka, tertawa-menangis, lelah-bosan-suntuk dan kembali sumringah kala berjuang menuntaskan hafalan. Nabila pernah menuliskan di kertas kecil yang dia tempel di mading bersama cita-cita teman lainnya. Ia menulis sebuah motto senderhana namun tak ada duanya *"Semangat berlari walau tidak ada yang mengejar"*, dan nampaknya itulah yang ia ejawantahkan ditiap detik menghabiskan waktu bersama al Qur'an di rumah takhashush ini. 

Alhamdulillah di hari Rabu, 19 Januari 2022 Nabila telah tuntas membuktikan mimpinya. Ia telah dinyatakan lulus 15 juz menambah hafalan ditambah hafalan saat ia masih SD berjumlah 11 juz, total 26 juz. Masih ada 4 juz yang harus ia taklukkan demi 30 juz sempurna. 

Berikut beberapa fakta menarik terkait perjuangan Nabila meraih cita-citanya. 

1. Belajar Beradaptasi
Hal yang tak mudah bagi Nabila di awal, ia meninggalkan kesenangan bersama keluarga dan tentunya hiburan di rumah selama mondok di SMP ini. Hari awal ditengah semangat ia menambah hafalan, ia sering sekali sakit perut ataupun pusing, kejadian itu tidak hanya berlangsung satu dua hari, namun hingga memasuki sebulan. Tentu mempengaruhi kualitas ia dalam menghafal. Meski demikian, Nabila selalu berjuang menuntaskan target harian ketika sehat dan beristirahat tidak menambah hafalan di kala sakit. Kabar sakit Nabila sampai kepada telinga orangtuanya, orangtuanya pun khawatir jika Nabila terlalu memforsir waktu belajarnya dan tidak memperhatikan kesehatan. Namun, dengan lembut lewat surat yang ia buat. Ia sampaikan jika Nabila sudah sembuh. Mulai saat itu ia belajar untuk mengatur waktunya, belajar beradaptasi terhadap pola makan disini dan juga kebiasaan berpuasa, ia pun mencoba untuk tidak pernah telat meminum obat yang diberikan ustadzah ataupun orangtuanya. 

2. Mencuri start lebih awal
Jika mengantuk adalah musuh Nabila di awal masuk rumah takahshush, ia belajar untuk tidak kembali tidur saat halaqoh ketika ustdzah mulai menegur dan menyampaikan kualitas hafalannya yang menurun. Cepat-cepat ia ambil air wudhu untuk membasahi mukanya agar kantuk itu hilang, iapun selalu mencuri waktu hingga start lebih awal dalam menyetorkan hafalan. Jika teman-teman memulai hafalan di saat sesi 1 di jam 5 pagi, Nabila bisa menyetorkan hafalannya saat selesai qiyamul lail atau bahkan semalamnya. 

3. Tekun dan Fokus dengan Tujuan
Jika di takhashush harus bisa menghafal 15 juz per tahun, otomatis 1 semester harus bisa 7,5juz. Namun Nabila telah menuntaskan 12 juz di semester awalnya, ia selalu memiliki target harian yang melampaui teman-teman, Alhamdulillah saat liburan semesterpun ia masih bisa meluangkan waktunya menambah 1 juz, dengan santun ia mengabari ustdzah untuk meminta waktu menyimak hafalannya dan mengujinya. Alhamdulillah 13 juz ia kantongi di semester 1. Tiba di semester 2, masih belum penuh satu bulan Nabila mampu menggenapkan impiannya. Kini ia telah menghafalkan 15 juz di SMP, 11 juz di SDpun telah ia murojaahkan ke ustdzah di tiap malamnya. 

Semoga 4 juz yang masih ia perjuangkan ini Allah mudahkan, meski telah tuntas target ia menjadi siswa takhashush yang mengantongi 15 juz, tentu cita-citanya tetap sama. Ia ingin menjadi hafidzhoh 30 juz. Oleh karena itu, kini ia terus berlari mengejar mimpi mewujudkan itu semuanya. 

Semoga kelak Nabila bisa mempersembahkan mahkota untuk kedua orangtua di hari kiamat.

Rasulullah bersabda:
مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَعَمِلَ بِمَا فِيهِ أُلْبِسَ وَالِدَاهُ تَاجًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ضَوْءُهُ أَحْسَنُ مِنْ ضَوْءِ الشَّمْسِ فِي بُيُوتِ الدُّنْيَا لَوْ كَانَتْ فِيكُمْ فَمَا ظَنُّكُمْ بِالَّذِي عَمِلَ بِهَذَا فيقولان: بم أعطينا هذا؟ فيقال: بأخذ ولد كما للقرآن.
Barangsiapa membaca Al-Qur`an dan mengamalkannya, maka -pada hari kiamat- akan dipakaikan kepada kedua orang tuanya sebuah mahkota yang berkilau, yang sinarnya lebih baik dari sinar mentari, maka keduanya berkata: “Mengapa kami diberi mahkota ini? Maka dikatakan: “Karena anakmu mengambil (membaca dan mengamalkannya) Al-Qur`an”. [HR. Abu Dawud, Ahmad, dan Al-Hakim] [6]

Wallahu a'lam

Ketika saya memperbarui tulisan ini, Nabila telah menyelesaikan 30 juznya. 

Tulisan lainnya: Sekolah Penghafal Al Qur'an

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah