Thanks to "I am Sarahza"


Tara! 2018 yang lalu saat asyik memainkan gawai dan berseluncur di salah satu akun media sosial twitter seorang penulis ternama "Hanum Salsabiela Rais" menyampaikan seputar behinde the scene terbarunya. Hanya sekilas saya baca, usai itu banyak orang mengupload "ringkasan sangat singkat" mengenai bukunya. Covernya didominasi warna biru tua dan di tengah tampak ada gambar biru muda bercahaya. Aku terbata membacanya "I am Sarahza" begitulah judulnya.

Berbulan-bulan, setelah kejadian-kejadian tersebut, aku ada kesempatan bertandang ke kota perantauan jaman menempuh S1 yang lalu, kunjungan yang cukup sebentar tersebut kugunakan untuk menghubungi kawan terdekat. Lalu kita sepakat berjumpa di salah satu mall Malang, seperti ritualku yang lalu-lalu, tiap memasuki mall harus mampir ke toko buku. Kalau lagi beruntung kepincut dengan salah satu buku, maka bersegera untuk membelinya. Di toko tersebut sebenarnya ada sebuah buku yang sudah lama ku taksir. Tapi untuk yang satunya lagi ini, entah seperti ada panggilan untuk membelinya. Sinopsis nitizen sosial media kala itu pun ditambah dengan sinopsis sampul belakang buku tersebut. Ku rengkuh buku tersebut yang masih mulus berplastik, dan temanku berbisik "Ya sudah, di beli sekalian lo. Nanti nyesel udah balik Gresik. Kan, disana gak ada toko buku lengkap kayak begini, keburu habis juga bukunya". Akupun mengamininya.

Hampir setahun berlalu dari peristiwa tersebut, dua hari yang lalu aku menatap rak bukuku, berjejer beberapa buku yang aku merasa bersalah atas ketidaktuntasanku membaca. I am Sarahza. Ku ambil dan mulai ku baca. Akupun masih ingat, sebenarnya aku sudah pernah membacanya. Namun entah sebab apa aku menghentikannya. Lupa hingga tertimbun dengan bacaan lain. But today, I promise myself, (better late than never) "Di baca sampai tuntas ya, Nid!". Gumamku dalam hati. Beberapa lembar bacaan awal sudah mulai memikat, dan semakin membuatku penasaran. Harus selasai segera selesai!

Lembar per lembar di balik, bagian demi bagian, paragraf demi paragraf, kalimat demi kalimat hingga kata per kata seprti tidak ada yang disembunyikan. I am Sarahza adalah sebuah kisah perjalanan sepasang suami isteri yang terus mengetuk pintu langit, (Berikut sinopsisnya) Aku Sarahza, kedua orangtuaku memintaku yang sedang bercahaya di lauhul mahfudz sepanjang sebelas tahun bahtera rumah tangga berlayar, perjalanan berliku. Tapi aku Sarahza, melihat ayah dan ibuku berjuang di setiap apa yang diikhtiarkan dan didoakan. Manusia bilang di mana ada kehidupan, di situ ada harapan. Tapi bagiku, ruh yang telah dinasibkan di lauhul mahfudz, selama manusia memelihara harapan, maka aku akan selalu hidup.

Dari alam rahim, aku menyaksikan bagaimana kedua orangtua jatuh bangun menorehku. Melewati puluhan terapi, menghadapi ratusan jarum suntik, sayatan pisau operasi, berkali inseminasi dan gagal bayi tabung, bahkan sampai menuai badai depresi. Meski segala ilmu manusia akhirnya bertekuk lutut pada Pencipta ilmu segala ilmu, kedua orangtuaku tak menyerah. Bahkan setalah ibu menjadi "tak sempurna" karena upayanya.

Tahukah apa yang membuat Pencipta bisa luluh pada hambanya? Dengan segala usaha dan penyerahan diri sepenuhnya, takdirku ke dunia diantarkan oleh ribuan malaikat yang bersujud pada manusia-manusia yang sabar dan berupaya. Inilah kisahku. I am Sarahza.

Buku ini mengisahkan perjalanan dan perjuangan hingga tahun ke sebelas pernikahan. Tersusun secara rapi, kisah yang apik, bahasa yang mengalir antara Hanum, Rangga dan Sarahza. Perjalanan awal sebelum pernikahan kemudian dilanjutkan dengan perjalanan hingga kesebelas pernikahan. Bagiku pada bagian ke sebelas pernikahanlah yang bergitu membuat perasaan saya emosional, campur aduk. Saya akan gambarkan beberapa pointnya. 

Masa depresi Hanum & flashback program hamil
"Faktanya inseminasi keempat ini justru membuat dirinya "pincang". Usaha terakhirnya telah membuat dirinya tak sempurna lagi. Wanita memiliki dua saluran tuba, sebagai saluran pertemuan antara sperma dan ovum dan jika salah satunya di angkat maka sama saja seperti seekor burung yang harus merelakan separuh sayapnya di potong" (Halaman: 239)
Tiga kali inseminasi di Wina, Austria, dilanjutkan dengan bayi tabung dua kali. Semuanya 'gagal'.

Berawal dari kekecewaan inilah, Hanum berubah 'berbalik arah' ia tak lagi waras, ia mencoba menghukum dirinya, mengutuk takdir dan menyalahkan Allah. Dan pada suau titik, Hanum tidak bisa tidur malam maka Rangga mengajaknya naik mobil dan melakukan perjalanan di Jogja, hingga pada waktu Hanum tertidur dalam mobil, Rangga menggelar sajadah dan berdoa bersimpuh kepada RabbNya. Ia meminta kekuatan, hingga akhirnya setelah malam panjang dan pulasnya ia tertidur pada dini hari. Hanum terbangun dan juga lirih memngagetkan Rangga dengan perkataannya "Mas, Hanum ingin sembuh".

Wejangan ibu & bapak serta keberanian Hanum (lagi) 
Setalah Hanum sudah mulai 'kembali'. Rangga melanjutkan perjalanannya mengajar dan ada kegiatan keluar negeri. Maka Hanum ditemani Bapak dan Ibunya. Di kala itu, bapak Hanum (Amien Rais) memberi wejangan, 4 pilar yang benar-benar kau harus pegang Num. 1. Jaga sholatmu agar kau tenang. 2. Bacalah Al Qur'an sebagai pedoman. 3. Dzikir sebagai teman. Dan 4. sedekah sebagai syukur.

Ditambahi oleh ibu Hanum, ternyata ibu Hanum tidak mudah pula mendapatkan anak. Butuh sepuluh tahun mereka berjuang, menceritakan badai itu. Dan berkata bahwa taqdir Allah yang terbaik. Usai haji kala itu usai bersimpuh di depan multazam, maka usai menguatkan Hanum. Singkat cerita Hanumpun melakukan yang ibundanya menasehatkan bahwa ia harus memnciba lagi usai haji kala itu. Ibunya berjanji mendampingi Hanum untuk proses hamil ini. Di pilihnya Surabaya, beserta dokter Aucky. Selama proses panjang itu, di Surabaya ibunyalah yang sangat berperan membangkitkan kembali semangatnya.

Halaman:321
"Baca buku-buku seperti ini, Num. Jangan baca novel terus" Ibuk menyorongkan beberapa buku yang judulnya membuatku mengernyitkan dahi. Sebut saja; Menjadi Istri Salihah, Perempuan Perindu Surga, Tips Muslimah Dambaan, Tanya-Jawab Keluarga Sakinah, dan Ridha-Suami untuk Istri. "Percaya apa tidak, di belakang pria hebat, pasti ada perempuan kuat yang salehah. Bapak Ibuk sudah 46 tahun menikah, mengarungi up and down, apalagi bapakmu dengan politik. Tapi semua baik-baik saja kan? InsyaAllah buku-buku seperti ini bisa bikin kamu terlahir jadi manusia baru, perempuan yang lebih kokoh."

Hasil dari Allah
Halaman: 348
"Ini bukan hadiah ulang tahun biasa, Say, ucapku lewat rambatan hati pada Hanum. Jarak kami memisah ratusan kilometer, tapi hati kami tertaut bagai pembunuh darah yang selalu bersisisan. Tangis kami berdua selama ini, darah yang keluar dari setiap tusukan jarum selama 11 tahun telah dialirkan di sungai surga, terbasuh tiba di hilir pada hari ini. 
Num, hadiah ulang tahunmu ke-35 dikirim langsung dari lauhul mahfudz."

Nasehat untuk Sarahza
Berikut beberapa kalimat yang ku kutip di halaman:358
"Jangan sesekali engkau takut pada apapun, karena kamu telah menghadapi ribuan jarum, sayatan pisau bedah, hingga mengalahkan yang terberat dari semua: egomu sendiri.
Jangan engkau takut pada apapun, karena kamu hanya boleh takut pada Allah. Jadikan ketakutanmu pada Allah sebagai kapal-kapal yang menyelamatkanmu. 
Jadikan imanmu sebagai jangkar yang mengatasi badai cobaan. Perbanyak amalanmu sebagai bekal mengarungi samudera kehidupan. Bacalah al Qur'an sebagai kompas yang memandu arah pelayaran. Kibarkanlah ilmu pengetahuan sebagai layar yang menggerakan lajumu. 
Cakrawala masa depanmu tanpa batas, demikian juga harusnya cintamu pada Tuhan. Gapailah semua tujuanmu dalam batas-batas ketentuanNya. 
Ingatlah Nak, setiap tujuan membutuhkan perjuangan. Setiap perjuangan membutuhkan pengorbanan. 

-end-

Tetapi, bagiku banyak kisah motivasi lainnya disini, tahun kesebelas pernikahan adalah klimaks dari perjalanan kisah di buku ini. Aku pun mencoba flashback dengan kisah-kisah sebelum tahun krusial ini 'awal perjumpaaan mereka' yang membuatku kagum. Ditambah perjalanan hidupnya ini, Hanum dan Rangga adalah sosok perempuan dan laki-laki yang begitu tangguh. Bagiku mereka adalah pasangan yang bisa menjadi influencer pasangan muda-mudi dewasa ini. Ia benar, bahwa berdakwah tidak melulu diatas mimbar, tapi melalui lembar lembar kisah. Bahwa bukunya adalah gebrakan yang musti diteladani. Bagi saya, buk ini luar biasa, tak hanya membahas perjalanan kisah anak mereka, buku ini adalah berlian diantara tumpukan berlian lainnya, bahkan dialah cahaya bagi kegelapan yang sekarang ini merongrong budaya 'negatif' pasangan muda-mudi saat ini. Aku mengatakn "I am Sarahza= It's a miracle"

Beberapa part yang kusuka, sejak awal yang memikat! 
Sarahza: halaman=40
"Malaikat terdiam sesaat, lalu menjawab. Manusia adalah makhluk mulia bahkan lebih mulia demi kami semua. Dalam dimensi aku, aku bergumam, oh beruntungnya aku. Namun, malaikat menyergah, keberuntungan yang dapat membuat manusia terjebak kecuali mereka yang dapat mengekang hawa nafsu. Aku kini paham mengapa malaikat semua bersujud pada manusia."

Rangga: halaman=211
"Milikilah sesuatu yang paling mahal seseorang pria bisa berikan kepada wanita: kesetiaan. Kesabaran dan ketegaran adalah harta yang bisa kubanggakan sekarang ini. Keduanya adalah anak pohon kesetiaan". Dan benar, Rangga menunjukkannya. Ku jadi ingat part yang membuatku kepincut sejak memulai membaca buku ini, begini "Papa selalu mengingatkan aku harus menjadi pria hebat dan spesial. Hebat dan spesial itu ukurannya adalah memegang Teguh kesetiaan. Jatuh cintalah sekali saja, menjajaki perkenalan cukup menyesap kopi di pagi hari, lalu pinanglah dia. Hiduplah bagai pohon dengan akar yang kuat. Pohon yang juga bisa tumbuh, berkembang, bertunas, menjadi tambatan bagi yang lain. Ini adalah cita-cita, prinsip. Pedoman itulah yang aku pegang erat. Aku tidak mau membuang energi waktu, pikiran dan uang pacaran. Terserah teman-temanku menganggapku konservatif. Tapi karena, konservatif itulah setidaknya aku jadi spesial" halaman: 20.

Hanum
Lewat kisah dan perjalanan Sarahza ini, Hanum telah melahirkan buku "99 cahaya di langit Eropa part 1 &2. Dan Bulan terbelah di langit Amerika serta faith and the city"
Perempuan ini sungguh luar biasa, ketegasan dan ketangguhannya. Di halaman 38-39 aku membaca bagian magis. Begini "Kekalahan bapak lumayan membuat sebagian masyarakat terhenyak. Namun, bukan seorang Amien Rais bila ia tak mengajarkan apa makna 'beriman' yang sesungguhnya. "Num, orang beriman itu tandanya mengucap Laa Ilaaha Illallah saat memperoleh kenyataan seburuk apapun. Semenyakitkan apapun. Boleh terjatuh, tersungkur, terpuruk, tapi jangan lama-lama. Tumitmu harus dijengkalkan lagi, angkat badanmu dan berdiri tegak seraya berseru bismillah. Sambut perkara yang lain, jemput urusan yang menanti. Tuhan di atas sana, pastilah salut kepada kita."

Begitualah perjalanan I am Sarahza, tiga ratus enam puluh delapan halamanku tak sia-sia! Aku jadi bertanya pada diriku sendiri, pasti ada misi Allah mengapa menggerakkan hatiku untuk membaca motivasi ini hari itu, buku yang bukan sekedar buku bagiku. Barangkali baru inilah saatnya aku harus membaca! Saatnya aku untuk berkontemplasi ke depan, melesatkan pikiran dan segala impian yang pernah kudambaan, seperti obat penenang seketika, aku terbius kala membacanya, sesekalalipun air mataku tumpah dibuat olehnya.

Hope is a weapon while patience is victory.

Mari membaca, thanks to "I am Sahraza" :)

Masrifatun Nida'
Sekolah,19 September 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah