Hari-hari di bulan Februari


Hallo Blog! 
Hai Blogger! 
Tara, aku mengunjungimu hari ini. 
Rasa-rasanya lama juga tak menulis dan menumpahkan segala rasa lewat kata-kata. And here we go, I would like to tell about my journey on February (hehe lebih tepatnya sih throwback sebulanan hari-hari yang di jalani). 
Alhamdulillah, Allah Maha baik masih memperkenankan hamba semacam aku untuk menghirup oksigen secara gratis tanpa harus meminta bantuan, masih di perkenankan dengan santai menulis lewat smartphone tanpa infus di tangan. Alhamdulillah 'ala kulli hal. 

Jadi begini, bagiku Februari adalah bulan kejutan, betapa tidak? Sebab di bulan ini rasanya fisik, mental dan hatiku ikut bekerja keras (hehehe). Pertama urusan fisik, hampir 3 pekan aku di ajak untuk pulang-pergi naik motor hampir setiap hari terpapar panas dan itu tidak biasa bagiku, dan memasuki ruangan berAc ketika di sekolah, bisa di bayangkan betapa berubahnya suhu tubuh sebab pengaruh dari luar, di lanjutkan dengan kegiatan sekolah selama dua hari yang beberapa waktunya mengharuskanku berjalanan kaki. Tak hanya itu, kegiatan boarding/asrama ketika akhir pekan yang mengharuskan bolak-balik di jalanan. Oh iya, satu lagi kajian-kajian di luar agenda sekolah dan boarding yang harus di jalani juga bersama anak-anak guna berpartisipasi atau kajian individu sebab mendapat surat tugas.
*Ps: Dan pengaruh padatnya aktivitas di dalam dan luar sekolah, menunjukkan pengaruhnya di pekan terakhir bulan Februari, tidak hanya terjadi padaku, namun juga anak-anak didikku, mereka menampakkan sakit dan drop yang hampir sama (Batuk, pilek, pusing, panas). 

Yang kedua soal mental, tersebab kegiatan yang lumayan, aku pribadi merasakan gejala sakit sudah di mulai pekan kedua, gigipun ikut sakit, barangkali ini ada pengaruhnya juga soal hal yang ketiga yakni soal hati. Jadi problem kedua dan ketiga ini ikut bekerja sama, ketika hatiku sedang 'fluktuatif' memikirkan banyak hal, di tambah emosi soal mental yang juga tidak karuan, semuanya terasa 'amburadul',  namun tetap semua harus terkontrol dengan baik, sebagai warga overthingker hal ini sangat menjadi beban, mau di sederhanakan seperti apapun agar mental dan hati bekerja tidak berlebihan memikirkan, tetap saja kepikiran. Hehe dasar aku!

Soal hati dan mental, aku konsultasikan langsung pada Rabbku, dan beberapa orang terpercaya (ya meski hanya meminta nasehat tanpa memberitahukan apa yang sedang terjadi, hal itu sudah cukup) 

Menjalani hari-hari yang tidak mudah itu, memikirkan esok seperti apa dan bagaimana, semakin membuat tersiksa. Ingin rasanya saat itu 'menghilang' di antara keramaian dan berharap satu hal 'tidak ada yang mencari'. Jenuhku sudah sampai tahap itu saat semua terasa 'sendiri'. 

Nah, di akhir bulan saatnya waktu yang di tunggu, pulang! Yups pulang ke rumah. Di sepanjang perjalanan, dzikir tak boleh lepas, di tambah badan yang masih sempoyongan, di tambah hati yang dagdigdug masih khawatir berkendara di jalan besar, pelan-pelan mengendarai motor hingga sampai depan rumah. Syukurku tak terkira. Tiba di rumah di sambut dengan senyum orangtua, lengkap sudah hilang satu persatu penatku sebulanan. Tiba di rumah, aku ceritakan semua beban yang menumpuk soal 'fisik' soal mental dan hati biarlah aku saja yang menyimpan. 

Esoknya, pagi-pagi istirahatku terbagunkan oleh suara kakak pertamaku, ternyata weekend ini ia sempatkan mampir di rumah, secepat kilat aku berganti pakaian dan berangkat mengantarkan ke pasar, membeli banyak kebutuhan dan jajanan. Rupanya, satu hal ini mampu meminimalisir jenuhku kemarin. 

Weekend terasa begitu sepi, anak-anak di kampung semua sekolah, dan para orangtua stay do rumah atau bekerja. Di tambah suasana mendung semenjak pagi, rasanya badan ingin terus beristirahat saja. Oh ya, saat kemarin datang juga seketika ada request dari ibuku untuk memasak buat makan malam. Hal ini begitu mengasyikkan. Sesuatu yang selalu ku rindu kala kembali ke kota. 

Sampailah sore hari ahad itu, aku berkemas dan bersalaman berpamitan, melanjutkan kembali aktivitas di 'tanah rantau'. Di perjalanan, aku menafakkuri banyak hal, mengambil banyak hikmah sebulan Februari apa saja yang di dapatkan. Dan ini, akan aku tuliskan. 

1. Soal Fisik
Aku begitu ingat ketika menasehati anak-anak didikku seperti ini "Hari-hari kita ke dapan sangat padat, jangan lupa jaga kesehatan, jangan makan dan minum sembarangan". Di saat aku berusaha mengingatkan orang lain, ternyata ada diriku sendiri yang 'gagal' menjalankan. 
Hal ini, mengingatkan betapa besar perhatian otangtua kepada anaknya. Aku teringat, kala ibuku hampir opname sebab lambungnya sakit, di samping beliau kala itu aku berbaring, sayup-sayup aku mendengar beliau berkata "Nida' sudah makan? Jangan lupa makan ya, nanti sakit -kayak- emak lo" Huwaaa, saat itu juga aku rasanya, njess! 
Orang-orang terkadang lupa akan kesehatan dirinya dan disaat yang sama beliau sibuk mengingatkan kesehatan untuk orang lain. 
Jadi, bagiku tetaplah menjaga diri dan berusaha menasehati orang lain. Minum dan makan bergizi dan cukup, di tambah suplemen atau vitamin jika di perlukan. 

2. Soal Mental
Kita tentu tidak bisa mengontrol orang lain, namun ingat kita bisa mengontrol sikap dan mental kita sendiri. Jika ada hal yang perlu di diskusikan, cari waktu yang tepat untuk muhasabah, meminta kepada Allah petunjuk, menceritakan hal tersebut kepada orang yang di percaya, jika masih ragu kamu boleh menuliskannya di buku diary.

3. Soal Hati
Hal ini yang begitu berpengaruh kepada mental dan juga kesehatan fisik, perasaan yang begitu banyak, emosi yang beraneka ragam bentuknya sungguh butuh tempat untuk di tumpahkan.
Analisis apa yang sedang terjadi pada hatimu, dekatkan kembali kepada pemilik hati tersebut, perbanyam dzikir dan jangan sekalipun gentar memberi jeda. 

Aku bukan psikolog, bukan pula orang yang ahli dalam ilmu agama. 
Hanya seseorang yang tertarik pada dunia seputar kejiwaan dan mental, dan juga hamba Allah yang ingin terus belajar menjadi lebih baik lagi. Yang ingin berbagi tentang keresahan dan kisah sebulan dan bagaimana harusnya kita menyikapi setiap kejadian (Terus belajar :)) & saling mengingatkan).

Maka hikmah dari hari-hari bulan Februari rasanya begitu memberi arti, semoga tak terjadi lagi di bulan berikutnya sampai kapanpun. Semoga apapun yang sekarang menjadi kegundahan segera usai, segera yang nampak masih ragu segera Allah mantapkan apapun hasilnya. 

"Di antara banyaknya hal yang yang membuat sabar, selalu ada ruang untuk tetap menyelipkan besarnya rasa syukur."

Untuk kalian yang sedang mengalami sepertiku, semangat!! Kamu tidak pernah sendirian! Semangat!! Hari-hari yang tak mudah ini akan segera berlalu~

Masrifatun Nida'
Gresik, 04 Maret 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah