Menunggunya hampir setahun


"Kita bisa antri kapan saja, tapi Allahlah yang punya kendali, bisa jadi tidak sesuai dengan nomor urut antrian, bisa jadi di perlambat ataupun di percepat".

Singkat cerita, hampir setahun saya harus berurusan dengan e-ktp ini, semenjak usia yang harusnya di tetapkan memakai elektronik kartu tanda penduduk, sayang seribu sayang saya harus merelakan dengan banyak drama tetap membawa ktp jadul. 

Hari-hari di akhir sekolah menengah atas, mengurus berkas yang butuh ktp, sering kali saya menemui sebuah tertawaan sebab e-ktp saya tak pernah juga sampai pada tangan saya. Hingga seusai masa kuliah, semua berubah. Saya harus mengurus e-ktp. Hampir setahun yang lalu semua drama di mulai semenjak saya meminta adik saya untuk mengurus ktp jadul saya agar diganti e-ktp, namun juga tidak ada titik terang, hingga akhirnya saya mempertanyakan bagaimana kabar e-ktp saya. Makin menyesakkan kala saya mengharap e-ktp jadi, malah ktp jadul saya 'dihilangkan'. 

Maka saat itu, saat saya ingin benar memiliki kartu identitas yang sesuai dengan negara, semua saya siapkan dengan baik. Pertama, saya datangi kantor kecamatan, sampai disana saya menahan tangis sebab tidak bisa di urus karena suatu hal, maka saya diminta untuk ke polres setempat guna meminta surat kehilangan, maka saya paju motor menuju tempat yang dituju, hampir kurang lebih 6km saya sampai, tiba disana mereka tidak bisa mengurus sebab saya tdk membawa kartu rujukan dari desa. 

Siang itu, kala mentari hendak sampai pada puncaknya, usai dari kantor polisi guna membuat surat tanda kehilangan saya memacu sepeda kembali ke desa, lebih tepatnya ke balai desa. Tiba disana, sebab banyak yang dikenal, saya hanya menjawab singkat bahwa saya butuh surat pengantar guna mengurus ke kantor polisi. Alhamdulillah ala kulli hal, tepat siang itu semua beres sampai di polsek. Saya ingat, kala itu adalah bulan Ramadhan, dan saat di kantor polisi adzan dhuhur berkumandang, maka saya belokkan motor menuju masjid terdekat. Kala itu, tidak ada satupun jama'ah di shaf perempuan seingatku. Seba'da salam, akhirnya saya berinisiatif main ke rumah sahabat, Alhamdulillah jalan yang lumayan lenggang, meski jauh saya nikmati. Menghilangkan semua rasa kecewa, jenuh, sedih kala mengharapakan e-ktp yang tak mudah di dapatkan. 

Tiba di rumah sahabatku, seperti biasa, kita berbagi cerita dan gelak tawa, namun sebelum ashar saya harus berpamitan sebab perjalanan saya lumayan jauh. 

Tiba di rumah sendiri, hehehe. Saya cerita ke ibu saya dan beberapa waktu lagi saya harus kembali ke sekolah sebab sudah berakhir liburan singkat Ramadhannya, di kota sayapun akhirnya mengurus e-ktp di Dispenduk (Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil) kabupaten Gresik, oh ya di awal saya lupa cerita. Di kecamatan tempat saya tinggal tidak bisa membuat e-ktp sebab blankonya habis, well saya diminta mengurus seribet cerita di atas. Hehe. 

Saya lupa tepatnya ke Dispenduk kala itu, namun usai memasuki ruangan, saya di arahkan menuju ruangan khusus mengurus e-ktp, ternyata meski bulan puasa tempat seperti ini tidak pernah sepi. Saya pun duduk, mengajak ngobrol teman duduk sebelah, beliau bilang kalau blanko di sinipun habis jadi tidak bisa cetak e-ktp. Ketika nama saya dipanggil, saya cukup hanya menyeranghkan fotocopi kartu keluarga (Seketika rasanya ngedumel "Ha? Cuma fc kk? Lah tahu gitu kenapa ribet sekali kapan hari itu saya muterin desa dan kecamatan ngurus surat kehilangan ya Rabb, mau nangis ya Allah. Tapi ya udah) Kali ini saya sudah punya kartu identitas, meski tampilannya gak eye chtachig blass, lah mau gimana kartunya selembar kertas A4, di tambah masa aktifnya 6 bulan. Saya beranjak, sambil menelan ludah melangkahkan ke parkiran, kembali. 

Juni 2019 berlalu, Desember 2019 kala itu... 
Kedua kalinya saya melangkahkan kaki menuju kantor dispenduk, memperpanjang kartu identitas saya ini, surat keterangan ini saya bawa. Akhirnya menunggu antrian dan kembali lagi membawa kertas selembar A4, Saya tanyakan "Kapan kira-kira ada balnkonya ya pak". Dijawab petugas "Awal tahun mbak".  Baiklah, ku lipat menjadi 2, 4 eh 8, hahaha dan saya masukkan ke dalam dompet. 

Tibalah Januari 2020, ketika saya membayar pajak kendaraan, maka sya sempatkan berkunjung ke dispenduk, di sana saya bertanya ke petugas setempat. "Blanko sudah ada ya pak?" dijawab singkat "Belum mbak". Aku beranjak gontai, pulang dengan rasa yaah sudahlah.

Tanggal 11 Maret 2020, temanku bilang sambil melihatkan feed di ig infogresik, "Ini ta yang ustadzah tunggu?" (Sebuah pemberitahuan terkait blanko yang sudah ada di kantor dispenduk, dan himbauan bagi yang ingin mengurus agar segera). Esoknya, dengan percaya diri saya berangkat lebih awal. Berbekal surat keterangan yang sudah berganti kala itu, saya mengantri dengan puluhan orang lainnya. Tiba di sana sebelum pukul 8 pagi (jam buka) tapi antrian sudah begitu sesak, saya ambil urutan antrian, mendapatkan nomor C-094. Menunggu 93 orang, awalnya saya di luar kantor dan akhirnya saat sudah pemanggilan ke 70an saya masuk. 

Saya serahkan nomor antrian beserta surat keterangan. Tapi belum saya berkata-kata. Petugasnya menyampaikan.
"Mana KTP lama? 
"Maaf mbk, KTP saya hilang?"
"Berarti, mana surat kehilangan dari polisi"
"Loh mbk, bukannya hanya surat keterangan pengganti ktp sementara ini saja?"
"Ya tidak, anda perlu membawa surat keterangan hilang dari polisi,.... S##%y&r&a@t.." (Sensor)
Deg!! 

Menghela napas panjang, saya gas kembali sepeda motor, di perjalanan hanya bisa berdoa dan bermuhasabah.
"Kurang berkas Nid, kurang berkas. Kau tidak akan sampai mendapatkan jika kurang berkas"

Tiba di asrama. 
Setahun yang lalu? 
Surat kehilangan dari polisi? 
Foto kopi kartu keluarga? 
Ktp jadul yang ada di dompet lama? 
-Alhamdulillah ala kulli haal-
Setelah tegang, apakah masih adakah surat yang tidak diperdulikan hampir setahun itu? Syukur tiada tara, aku menemukan surat yang di butuhkan ditambah berkas yang lainnya...

Kembali ke kantor dispenduk
Tiba disana, hampir pukul 10:00 siang, saya ambil lagi nomor antrian, mendapatkan nomor C-275. Lumayan antri gumam saya. Setelah duduk, mengajak bicara tetangga teman duduk, tiba-tiba ada pemeberitahuan dari petugas "Untuk nomor antrian 201 dan seterusnya kami layani pukul 13:00 siang, agar hari ini semua bisa menerima e-ktp". Akhirnya berbondong-bondong keluar kantor bagi yang mendapatkan urutan 201 dan seterusnya, lagi-lagi saya harus berjuang guna mendapatkan e-ktp.

Ba'da dzuhur
Kali ke 3 saya balik ke kantor dispenduk untuk sehari saja. Alhamdulillah ya Rabb, masih engkau mampukan hamba mengurus ini semua. Kantor semakin siang, semakin padat. Mengingat berkas yang sudah saya siapkan saat itu, saya mengambil tempat duduk, mengambil kertas antrian yang kedua, "C-275" ternyata kertas itu hilang, malah yang ada di dalam tas adalah nomor antrian "C-094". 
"Ya Allah, bagaimana ini?"
Ternyata kegundahanku di tanggkap seorang ibu disampingku. 
"Nomor berapa mbak?" tanya beliau
"Jadi, ini saya salah bawa nomor antrian bu, sekarang kan sudah antrian ke 200." jawabku
"Oh, tidak apa-apa mbk, bismillah aja. Mbk kedepan dan bilang, sampaikan aja sambil bawa antrian yang ke 94. Bismillah mbk" beliau menenengkan. 
Bismillah, saya langkahkan kaki maju ke depan. Dan berkata "Mbk, ini nomor antrian dan berkas yang kurang tadi"
Alhamdulillah, sudah di terima dan tidak banyak drama lagi. Lega untuk tahap ini, namun hatiku tak berhenti berdebar, menunggu e-ktp yang akan segera di cetak. Hampir sejam lebih, dagdigdug tidak karuan. Seusai namaku di panggil -Masrifatun Nida'-.  Nyesss! Finally, I got it.
-Alhamdulillahi bini'matihi tatimushoolihat-
*Apakah berlebihan? Ah semoga tidak, mengingat begitulah drama saya untuk mendapatkan e-ktp.

Dari kisah ini saya banyak belajar.
1. Kantongi sabar
>> Menikmati setiap waktu yang sedang terjadi, bahkan ketika menghadapi orang-orang tak terduga.
2. Teliti dan siap data/berkas
>>Pastikan dan siapkan berkas yang kiranya dibutuhkan saat mengurus administrasi.
3. Perbanyak doa
>>Apapun yang terjadi, sebab ada kuasa Allah, jadi harus terus berdoa.
4. Perbanyak syukur
>>Alhamdulillah, e-ktp sudah ditangan. Beberapa hari kemudian mendengar bahwasannya kantor dispenduk di jaga ketat sebab adanya  pandemi bahkan info terakhir untuk sementara dispenduk di tutup.
5. Tenang
>>Sebagaimana satu kalimat yang saya tulis di pembukaan menulis kisah ini, bahwa kita bisa saja mengantri, tapi Allah punya kuasa. Memberi kita sesuai dengan antrian atau tidak, diperlambat ataupun di percepat. Atau bahkan tidak keduanya, tapi Allah beri kisah tersendiri, agar kita tenang  sebab ada Allah yang bantu mengatur segala perkara kita.

-Jaga baik-baik apapun yang telah kita perjuangkan, ingat bagaimana proses untuk mendapatkan-

Masrifatun Nida'
Rumah, 25 Maret 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah