Titik nol

Aku mulai menulis lagi, merangkai kata kembali, namun sayang seketika itupun aku hapus kembali. Sebab aku bingung mulai dari mana. 

Baikalah, kali ini aku menulis lagi, tak ku hapus kembali, sebab... Aku ingin menyampaikan kisah, padamu. 

Genap sudah maret dua ribu dua puluh, bulan ke tiga di tahun ini, rasanya kita semua menghadapi suatu hal bersama. Ya, bersama-sama berduka atas nama sudut pandang kita. 

Pandemi, adalah wabah yg berjangkit serempak di mana-mana, meliputi daerah geografi yg luas, begitulah menurut kamus besar bahasa Indonesia yang baru aku lihat. Kiranya, tak perlu jua aku menulisnya di sini soal segala berita tentangnya, sila kalian cari sepuasnya tentang wabah ini via media sosial yang kalian punya. 

Semua, dari belahan bumi mana saja saling menguatkan, semoga 'badai' ini segala berlalu begitu doa yang mereka rapal. Bahkan semua -sektor- seakan lumpuh. Mulai dari jalinan keluarga (terbentang jarak), sahabat-sahabat, para entreprenuer, para barisan garda depan dan non wfh, dan juga teman-teman wfh. Semuanya kumpul jadi satu tentang sosial, ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Sebenarnya satu yang benar-benar fundamental. Kau tahu kan maksudku? Yup! Korelasi tentang kebijakan pemerintah dengan nyawa. Anyway aku gak akan bahas banyak soal itu disini. 

Aku, ingin menulis tentang ketidakberdayaan kita, tentang betapa maha dahsyatnya petunjuk yang di berikan Allah seketika. Ketika "Kun" bersambut "Fayakun" (Jadilah maka jadi) Allahu Akbar atas segala kuasa-mu Rabbku.


Aku, ingin mengingatkan diriku berulang. Kita ini tidak ada apa apanya, bukan siapa-siapa, semua. Kembali ke titik nol. Rencana kita hangus ketika berhadapan dengan rencanaNya? 


Sekali lagi, apa yang hendak di banggakan? Sedang kita bukanlah milik kita, semua hanya titipan, sewaktu-waktu akan dimintai pertanggungjawaban dan juga, sewaktu-waktu akan dipanggil. Sudah siap? 


Kita, kembali ke titik nol. Titik dimana kita sadar betul bahwa kita bukanlah siapa-siapa. 


Kepada satu muara, Allah Maha Kuasa atas ini, mari bersimpuh. 

Memohon ampun atas segalanya. 

>>Setiap tulisan pasti akan sampai pada pembacanya, setiap doa akan terjawab tepat pada waktunya. 


Masrifatun Nida'

Rumah, 31 Maret 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah