Pisang mas
"Sawo sawo, pisang pisang, rumput laut"...
Suara penjual sayur menggema dan mendekat di bibir pintu, selepas ku menutup handphone kala itu.
"Oh iya bu, jual apa bu?" Tanyaku segera. Dan ibu penjual tersebut mengulangi beberapa produk jualannya. Satu baskom besar warna hitam yang penuh akan buah pisang beserta beberapa kresek rumput laut diatasnya, ku lihat iapun menurunkan tas tenteng yg penuh buah sawo, ditambah beberapa kresek berisi 'entahlah buntalan apa(?)' Pikirku.
"Oh ini sawo apa bu?" Tanyaku
"Sawo ungu" Jawabnya
Aku berdecit, berpikir tentang sawo ungu, menelaah kembali dan bertanya ulang "Sawo ungu?", "Iya" tangkas ibunya.
"Kalau pisang ini harga berapa bu?" Tanyaku kembali, sambil menenangkan Adeeva yang bergelendot kepadaku.
"Sepuluh ribu, mbak"
Seusai ibunya menjawab, ku tertegun (bagaimana cara menolak dengan baik ya, aku baru ingat jika di dalam dompet sepertinya uangnya tidak cukup. Tinggal beberapa koin saja)
...."Wah sepuluh ribu bu?"
"15 ribu dua, ya mbak?" Bujuk ibu penjual
[Maaf bu, tidak ya bu (aku lupa kalimat apa yang aku ucapkan saat itu untuk menolak membeli), dengan sangat lirih aku pun berbisik "lagi gak ada uang bu". Tapi sepertinya ibu penjual jauh lebih tidak punya uang daripadaku. Jualannya masih penuh sesak, sepertinya akulah pembeli pertama, nantinya.
..."Lima ribu mbak satu" kalimat terakhir bujukan ibu penjual.
"Oh kalau begitu sebentar ya bu, saya cek dulu di dalam". Segera ku melihat dompet, ada beberapa uang koin yang dapat ditukar dengan buah pisang. Ku langkahkan kaki menuju keluar.
"Ini ya bu, ada uang enam ribu buat ibu"
"Terima kasih, mbak" Jawabnya.
Tak lama berselang, ia menoleh ke anakku Adeeva seraya berujar "Mbak, ada baju buat anak seusia ini?",
"Oh, iya bu sebentar. Ibu tunggu dan duduk disini dulu, saya masuk sebentar" Tangkasku
"Adeeva maem pisangnya, ibu bantu kupaskan kulitnya" Ku ajak bicara Adeeva yang nampak sudah sangat penasaran dengan apa yang aku pegang. "Ibu masuk sebentar, Adeeva yang pintar ya. Jangan dimakan kulitnya, nak" Imbuhku sembari berjalan menuju ke dalam rumah.
"Ini bu, ada beberapa stel baju." Ku serahkan ke ibu penjual
"Terima kasih, mbak" Tangkasnya sambil berbinar matanya
"Semoga bermanfaat ya, bu" Imbuhku
"Iya"
Adeeva masih kepo dengan buah pisang, nampaknya sudah ada beberapa suapan di dalam mulutnya, dengan gerakan cepat tangannya pun ingin meraih pisang-pisang yang ada di atas baskom besar itu. "Wah, bu sepertinya anak saya sangat penasaran dengan pisang ini. Saya bantu angkatkan ke atas kepala ibu ya."
"Ini namanya pisang apa bu" tanyaku seraya ibu penjual bersiap-siap mengangkut semua barang bawaannya.
"Pisang mas, mbak" jawabnya.
--- Usai pulang sekolah, suami bercerita bahwa gaji "tunjangan kinerja" sudah cair. (Hak suami ada yang belum ditunaikan sebab ada beberapa oknum yang memperlambat, sehingga menuju akhir bulan pun beliau selalu mengusahakan yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga). Aku pun bercerita tentang pisang mas yang berada di dapur saat itu. "Makanya tadi mikir, kok ada pisang lahwong gak ada uang (tinggal beberapa koin) di dompet. Hehehe". Goda suamiku
Bisa jadi, tersebab pisang mas ini ya dek, Allah cairkan gaji. Tadi sempat mau menghubungi pihak terkait yang mengurus, belum sempat menghubungi kok tiba-tiba klunting, ada notifikasi dari bank.
Bisa jadi, kebaikan tak seberapa yang kita lakukan, Allah lipat gandakan. Bahkan beratus kali lipat nilainya.
Masrifatun Nida'
Waikabubak, 30 Agustus 2024
Komentar
Posting Komentar