Bangun tidur: Benar bangun atau tidur lagi(?)


Bangun, bangun!
Jangan sampai kalah sama ayam, ayam aja gak pernah telat buat berkokok tiap hari kan?

Kisah kita~
Dulu, saat saya dan adik saya masih tinggal di rumah bersama, tiap subuh bapak gak pernah absen membangunkan anak-anaknya, bahkan sebelum subuh. Kadang kalau hatinya kita lagi jernih, Alhamdulillah bisa bangun sendiri. Tapi banyak malesnya, maka dari itu saya ingat betul, seusai bapak berjamaah di Musholla, bapak selalu bilang begini "Nida', ambilkan air seember ya buat bangunin adikmu itu". Tapi sayanya langsung ke kamar dan membangunkan itu anak, paham maksud bapak. Kalau dia sudah keterlaluan gak bangun-bangun, alamat bapak pasti bawa air beneran. Tapi gak seember, cuma se gayung aja. Trus diusapin ke wajah bocah itu. Dan, akhirnya dia 'marah-marah' sambil kebangun. (Semoga kali ini dan seterusnya kita semakin istiqomah menegakkan rakaat dek).

Mengawali kisah tersebut, saya jadi ingat betul bahwa apa yang sudah di tanamkan kedua orangtua saya adalah sebuah bekal terbaik untuk melangkahkan kaki ini selebar mungkin, sejauh mungkin untuk menuju kebahagian dunia dan lebih khusus kebahagiaan akhirat. Di mulai dari semenjak "bangun tidur" kita di bentuk.

Beberapa hari ini, saya terkadang sedih sendiri. Saya masuk dalam tahap orang yang berfikiran bahwa "Waktu begitu terasa kurang jika hanya di beri 24 jam dalam sehari", that's real! Saya merasa demikian, betapa tanggungjawab, amanah, sebuah kebutuhan pribadi yang tak henti-henti membuat saya berfikir demikian. Tetapi, tiba-tiba saya sadar bahwa: "Semua orang diberi waktu yang sama, 24 jam dalam sehari, tak berkurang pun tak berlebih". Jadi, sebenarnya apa yang terjadi? Yang terjadi adalah bagaimana cara kita menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Mengatur waktu, membagi waktu dan membuat jadwal setiap waktu. Barangkali ini.

Adikku (baca: Dia yang saya ceritakan di awal tadi, yang dulu pas kecil selalu diusapin almarhum bapak sama air dari gayung itu), dia pernah memberi komentar di group whatsapp keluarga begini "Jangan menggunakan istilah time is money. Nanti kita jadi kaum materialis"
Hehe, dia lebih suka ini istilah ini sepertinya "
  الوَقْتُ كَالسَّيْفِ إِذَا لَـمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ
“Waktu bagaikan pedang jika kamu tidak memotongnya maka dia yang akan memotongmu.”

Bener banget, beneran.  Mau kita gunakan atau tidak gunakan waktu akan terus terpotong, tinggal bagaimana nilai kebermanfaatan yang telah tercipta, atau tragisnya ia terbuang sia-sia. 

Maka semangat pagi! Selamat bangun tidur! Kamu pilih mana? Benar bangun atau tidur kembali? | Melanjutkan mimpi-mimpi atau mengeksekusi semua mimpi-mimpi itu?
Sebab, dia terus berjalan tanpa melihatmu. Waktu~

Masrifatun Nida'
Gresik, 12 April 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah