Rindu untuknya (Rindu tak kunjung temu)

Kalau menurut KBBI, ada dua pengertian rindu.
rindu:
rin·du adj
1. Sangat ingin dan berharap benar thd sesuatu
2. Memiliki keinginan yg kuat untuk bertemu (hendak temu)

Beberapa tahunan yang lalu, saat masih jadi mahasiswa di kota rantau Malang, di waktu yang sama seperti ini (baca: weekend) waktu-waktu longgar begini, kalau jadwal organisasi free paginya akan aku habiskan untuk pagi-pagi subuh jalan2 keliling kerto sambil ngapelin mang sayur, lalu masak. Oh ya, saat itu, ada salah satu sahabatku minta janjian buat ketemu, tempat sudah di tentukan di basecampku (maksudnya kontrakan lah, heheh :)). Alhamdulillah, saat itu dianya tepat waktu, sudah dateng rapilah, gak kaya waktu-waktu dimana aku yang harus nungguin sejam-duajam jadi hal biasa.

Pagi menjelang siang kala itu, kita habiskan bercengkrama mikirin hal-hal sederhana yang 'mengusik' diri kita. Tiba-tiba dianya bilang..
Dia: "Eh Nid, menurutmu hal yang paling menyakitkan dari rindu apa si?"
Aku: "Gak bisa ketemu!" (Singkat banget jawabku) 
Dia: "Gak ih, bagi ku tuh gak gitu. Bagiku rindu sama seseorang yang kitanya bisa disampingnya diwaktu itu tapi gak bisa bilang kalu kita rindu, kita sayang banget sama dia"
Aku: "Kamu inget siapa hayo?"

Dia: "Apaan si, inget umi kali. Hehe"
Aku: "Yang bener?"
Dia: "Seriusan, masak aku tiap di samping umi malu mau ngomong gitu tau Nid"
Aku: "Kalau aku sih, bukan tipe gitu, malah keseringan banget bilang samping bapak, aku sayang bapak, sayang juga sama mak, maafin Nida' kalau banyak salah, maafin yaaa.. Aku mah sering banget diboncengin bapak di sepeda, trus bapak bilang pegang erat-erat, trus disitu aku bilang. Bangga punya bapak"
Dia: "Trus kenapa kamu bilang tadi yang menyakitkan dari rindu itu gak bisa ketemu yak?"
Aku: "Ya iyalah, ya kayak gini nih, weekend, gak bisa pulkam, gak bisa ketemu keluarga dan orangtua. Sakit banget. Apalagi kalau nanti semisal satu diantara mereka Allah panggil duluan (Aku bilang gitu, pas bapak belum meninggal, itu saja rasanya dada sudah sesak banget), udah gak bakal bisa rangkul, udah gak bisa cium tangannya yang sudah semakin menua, jangankan begitu, ketemu saja sudah beda dimensi,  ya gak si?"
Dia: "Tapi, bagiku masih sakitan tadi"
Aku: "Haha, kaya gak kenal kita aja. Kamu itu pasti punya jawaban beda sama aku, begitupun aku kan?"
Dia: "Tapi Nid, beneran lo itu sakit"
Aku: "Iya"
Menghela nafas panjang~

Jauh sebelum bapak meninggal, aku sudah ketakutan mikirin pisah sama orangtua.

Dan waktu di Malang, hari-hari gak bisa pulang aku habiskan dengan memaksimalkan waktu, biar gak sia-sia jauh-jauh ngerantau dari kampung ke Malang, rinduku biar jadi manfaat pokoknya diisi terus gak boleh bengong. Dan, ketika waktu pulang dan bisa menghabiskan waktu bersama kedua orangtua, ada hal sangat lucu menurutku dari kedua orangtuaku. Pas momen sudah mau balik tuh mereka pasti bilang "Baliknya lusa saja, jangan besok ya." Beliau selalu kompakan bilang begitu.  "Tapi Nida' senin ada kelas, hehe dosennya killer"
"Gpp sesekali izin saja"
"hehehe"
Tumben sekali mereka punya statement kayak begitu, dulu jaman sekolah saja aku gak pernah dibolehkan sedikitpun bolos! Soal pendidikan jangan sampai ketinggalan. Trus aku bilang begitu ke beliau berdua. Tapi sesungguhnya saya paham maksud mereka, bukan benar-benar ingin saya izin, tapi mereka ingin saya berada di rumah lebih lama. Alhamdulillah saat kuliah, sering pulkam, dan pastinya balik juga tetap hari ahad meski beliau dengan berat hati menerima hal itu.

Subuh sebelum berangkat, beliau berdua selalu mengantarkan dan meridhoi lewat untaian doa-doa.

Hari ini, aku merindu, bapak sudah tiada. Emak di rumah, dan jadwal sekolah tak bisa menjangkau untuk pulang ke rumah. Rindu itu selalu ada,  kadang datangnya tanpa permisi, membuat air mata menyentuh pipi.

Lalu? Adakah rinduku yang lainnya?

"Untukmu yang pernah membawa kisah, yang pernah menuai indah pedihnya cerita suka duka, yang pernah menemani langkah yang kadang tak seberapa menuju pemberhentian nantinya. Jalan kita masih panjang, bolehkah kita men"jeda" temunya beberapa waktu saja, aku yakin, jika Allah memang menjadi satu satunya muara setiap rindu kita, kita (aku denganmu- kau denganku atau bahkan tak keduanya, kita akan menjadi manusia "penerima" setiap apapun takdir yang akan digoreskanNya untuk kebaikan bersama)"

Proses yang baik akan menuai hasil yang baik. Jika tidak sekarang, 'nanti' akan kita paham maksud ini semua.

Terima kasih kedua orangtua
Yang selalu memberi ridho langkah-langkah yang "memisahkan" kita sementara. Kita pasti akan berkumpul, berjumpa di waktu yang lebih indah nantinya selamanya.

Terima kasih untukmu
Yang berusaha memahami diri ini. Ini adalah bekal untuk kita ke depannya, dengan siapapun nantinya kita bersama.

Kata Azhar Nurun Ala "Ketika ekspresi rindu adalah doa. Tak ada cinta yang tak mulia"


Sudahkah rindumu mendekatkanmu pada Rabbmu? 

Bagaimana kabar sholat 5 waktumu? 
Semakin tepat waktu dan khusyu'kan untuk meminta pengampunan? 
Bagaimana kabar Qiyamul Lailmu? 
Semakin istiqomahkan untuk semakin kuat berdoa? 
Lalu kabar-kabar ibadah yang lainnya? 

Jangan sampai salah ya prosesnya 😉

Happy weekend readers 😍😍

Masrifatun Nida'
Gresik, 09 Desember 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah