Tak serenyah kerupuk ibuk

Seperti pagi pagi sebelumnya, rutinitas pagi adalah halaqoh bersama anak-anak kelas 7 takhashush di rumah tahfidz (baca: Perumahan Jawa Asri, GKB). Usai memulai doa, terdengar suara penjual kerupuk sampai di dalam rumah. "Kerupuk, kerupuk, kerupuk, kerupuk mbak" teriaknya. Kadang, kalau bukan waktu puasa anak-anak akan meminta izin untuk membelinya, hanya dengan membayar duaribu rupiah seplastik kerupuk sudah bisa dikantongi. 

Dua hari yang lalu, saat saya halaqoh di luar rumah (depan garasi rumah)  saat belum usai doa, suara teriakan itu sudah terdengar. Saya sampaikan ke anak-anak "Kita doa dulu ya, habis itu silahakan yang mau kerupuk, belilah". Ditengah-tengah doa mulai halaqoh, si ibuk sudah lewat, otomatis saya bilang "Buk, beli nggih sekedap (sebentar)".
Doa usai, salam dan opening halaqoh sudah, maka anak-anakpun membeli. Oh iya, saat kita doa, si ibukpun melipir menghentikan sepedanya dibawah pohon kelapa depan rumah kita. Lalu ikut doa bersama dengan kita. Lalu si ibuk mendekati saya dan bertanya "Baca apa itu tadi mbk?", saya jawab "Do'a mau memulai halaqoh al-qur'an buk". Lalu ibuknya tersenyum "Aku mau belajar deh" begitu sahut beliau. Hehe ๐Ÿ˜

Kemarin, saat kami halaqoh di mushola kompleks perumahan, si ibuk berteriak lagi "Kerupuk, kerupuk, kerupuk". Anak-anak bilang, "Ust, beli ya", saya jawab dengan anggukan. Saat itu, saya lupa tak membawa uang, saya pingen kerupuk juga, maka saya pinjam ke anak-anak dulu lah, hehe๐Ÿ˜‚. 
Keluar mushola saya memilih kerupuknya (Oh iya, si ibuk jualan kerupuk macem-macem, banyak bentuk dan rasa).
Saya: "Buk, saya ambil yang ini ya"
Ibuk: "Ya mbk, maaf ya mbk kalau kerupuknya gak mekar, soalnya hujan, gak ada panas mbk"
Saya: "Hehe, mboten nopo-nopo (tidak apa-apa) buk, kerupuknya masih renyah. Ibuk ini goreng dan bungkus sendiri kah sebanyak ini?"
Ibuk: "Iya mbak, nanti jam 1 siang saya goreng, trus jam 1 malam saya bungkusin, saya bungkusin habis sholat malam"
Saya: (Diam seribu bahasa. Deg! *Tak kira si ibuk tinggal masarin ajah) 
Ibuk: "Yah mau gimana lagi mbak, saya tinggal berjuang sendiri."
Saya: "Maksudnya buk?"
Ibuk: "Suami saya sudah lama meninggal, saat anak-anak saya masih kecil mbk"
Saya: "Ngapunten nggih buk, anak ibu pinten nggih?" (Baca: Maaf ya buk, anak ibu ada berapa?)
Ibuk: "Tiga mbk, satunya seumuran mbk, laki-laki kelahiran 95 sudah kerja mbk"
Saya: "Alhamdulillah, dimana buk?"
Ibuk: "Di Kalimantan mbk. Dan yang nomor dua ya kayak ini mbk, sudah SMA tapi segini mbk anaknya (Nunjuk salah satu anak didik saya). Dia sekolah SLB mbk, gak bisa melihat dan mendengar" (buta-tuli: tuna netra-tuna rungu)
Saya: Deg! "Maaf ya buk, membuat ibuk jadi sedih."
Ibuk: "Gpp mbk" (Sambil ngusap dengan kerudung air yang menggenang dibawah matanya) "Oh ya mbk, Alhamdulillah yang terakhir laki-laki kelas 6 Sd"
Saya: "Alhamdulillah buk nggih"
Ibuk: "Makasih ya mbk"
Saya: "Sama-sama ibuk, semangat kerjanya, semangat ibadahnya, semoga berkah buk!"
Si ibuk berlalu dengan senyuman khasnya. 

Masuklah saya di mushola, menenangkan hati yang sempat gak karuan rasanya. Lagi-lagi di suruh nunduk lebih dalam lagi. Tiba-tiba salah satu anak mengampiri saya. 
Dhila: "Ustadzah, kasihan ya ust ibuknya, harusnya tadi aku gak minta kembalian saja ya. Kan aku beli 2 trus uangku lima ribu rupiah."
Saya: "Itu baik, tapi koreksi niat baik Dhila ya. Next time niat beli sambil bantu ibuknya. Oke"
Dhila: "Iya ustadzah"

Pagi ini, si ibuk datang kembali, anak-anak membeli kerupuk lagi, dan saya takut membuat ibuk sedih lagi. Si ibuk tetap tersenyum hari ini. Ah,  hidup ini penuh kisah, Allah sudah hadiahkan terbaik atas segala jalan yang kita tempuh, masih jadi manusia pandai mengeluh kah? Sudah bersyukur kah hari ini? Sudah sabar kah atas segala ujian yang kadang hanya seberapa saja? 

*Anyway, cara kita berbagi itu banyak jalannya, sesederhana kisah diatas, sesederhana membeli seperti ini lalu diniatkan membantu beliau insyaAllah doublelah kebaikan kita.
Ah ibuk, kenapa hidup ini tak serenyah kerupuk ibuk?

(Pagi tadi, ibuknya saya fotoin sama anak-anak)

Masrifatun Nida'
Gresik, 05 Desember 2018

Komentar

  1. Ikut an sedih ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo semangat! Hehehe ๐Ÿ˜
      Kita bisa bantu (ibuk ibuk kerupuk) lainnya disekitar kita. #selfreminder ya ๐Ÿ˜Š

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah