Berbeda (antara yang terlihat dan dirasa)

Bismillahirrahmanirrahim..

Hay Hay Hay!
Happy holiday! (Bagi yang masih liburan panjang)
Happy monday! (Bagi yang sudah memulai rutinitas biasanya di hari senin ini)
Alhamdulillah, masih diberi karunia berupa kesempatan tak terkira sanggup melaksanakan berpbagai aktivitas lagi. Sebelumnya mau review aja selama libur lebaran kemarin. Kira-kira hati kita "terusik" gak sih dengan banyaknya kejadian dan pertanyaan -kapan- dari orang-orangnya?
Kalau aku sih "terusik", dan ini mau aku tuangkan dalam tulisan kali ini dengan banyak pertanyaan refleksi libur lebaran.

Kalau mau sedikit menengok kebelakang lagi, pasti yang namanya lebaran dan rentetannya jadi event bahagia bagi banyak warga dengan orang dicintainya dan juga ajang kumpul-kumpul lagi dengan para kawan lama. Tapi juga jadi 'momok' yang dihindari oleh sebagian orang untuk rame-rame gitu. Well, itu semua juga pilihan masing-masing, yang pasti liburan seperti ini tuh jarang, cuma ada sekali dalam setahun ya.
Jadi, beberapa waktu tak ada postingan di blog, aku mencoba merefleksikan diri, menikmati setiap moment yang terjadi, yang membuat hati kadang 'melongo' lebih dalam lagi tentang apa sebenarnya yang dirasakan sejauh ini.

Berawal dari pertanyaan ini> Kira-kira hati kita "terusik" gak sih dengan banyaknya kejadian dan pertanyaan -kapan- dari orang-orang?

Pertama: Terusik dengan Banyaknya kejadian.
Waktu-waktu libur begini, pasti banyak agenda. Dan yang paling sering terjadi di usia seperti aku ini ya, undangan dari teman-teman yang mau menikah (Terusiknya masuk dalam ranah "Quarter Life Crisis" yang pernah aku bahas di blog ini juga). Dan disana kita bakalan ketemu banyak masa lalu yang sepertinya begitu syahdu diputer gitu aja, moment kala dulu masih jaman-jaman sekolah, eh tak tahunya dia duluan duduk di pelaminan sama pasangannya. Aku cuma senyum-senyum gitu sambil berbisik sama teman sebelah "Hehehe, gak nyangka". Ditambah lagi kalau udah ada temen yang ikut gabung undangan, trus dianya bawa gandengan (lebih ke anak si) hehe. Udah deh mulailah terusik lagi. Belum lagi yang bahas studi, ada juga yang bahas job gimana sekarang. Pokoknya aku nemuin dan nikmatin beneran tahun ini moment-moment seperti ini. Sambil nyelamin kira-kira hikmah apa yang bisa diambil ya? Hehe :)

Kedua: Terusik pertanyaan -kapan- dari orang-orang.
Ini lebih ngeri lagi, orang-orang yang datang ke rumah, kadang gak cuma niat maaf maafan, tapi bawa pertanyaan. Orang-orang sekitar juga, para tetangga, dan juga kawan yang lama tak jumpa. Kapan? Kapan ini itu? Kapan melaksanakan abcd? Tapi kok ya pas banget dan perhatian banget orang-orang begini, bagaimana bisa mereka tahu step -sesuai adat- yang harus ditanyakan kapannya. Misal masih sekolah, trus di tanya kapan kuliah. Giliran udah kuliah, ditanya kapan wisuda? Trus udah wisuda ditanyalah kapan kamu nikah? Gak selesai disitu, kalau sudah nikah ya pasti ditanya kapan nih punya anak? Dan berlanjutlah kapan-kapan yang lainnya. As always they have multiquestions to us.

So, what should we do now?
Mantepin hati kita, dan percaya dengan apa yang ada sekarang adalah yang sudah kita usahain dengan sebaik mungkin dan terbaik dari Allah.
Inget satu hal juga! Tiap kita lihat hidup seseorang yang lain, lihat kepada para banyaknya kebahagiaan yang ditampilkan di permukaan orang-orang lewat nyata atau maya (media sosial misalnya). Kita mulailah terusik, "Duh, enak banget yang hidupnya :(" Stop! Bandingin kehidupan kita dengan mereka, semua hanya tampak di permukaan saja. Dan cukuplah untuk mandang diri sendiri ini!  InsyaAllah makin banyak sekali syukurnya ya, kalaupun sedang gundah kita harus bersabar.

Pas mau nulis ini, aku keinget sama salah satu jepretan hasil foto muridku dulu. Hasilnya blurr di kamera. Makin diperbesar zoomnya, ya makin blurr. Aku jadi mikir banget deh kalau begini. Apa yang dilihat itu, gak ada apa-apanya sama apa yang sedang terjadi. Mau melihat orang dengan apa yang kita lihat gak akan sama dengan yang sedang dirasakan oleh orangnya. Itu semuanya hanya sebuah permukaan yang sebetulnya mata yang lihat, bukan hati. Jadi, cukuplah kita menikmati hidup ini. Ingat bahwa orang-orang itu hanya menampilkan, kita tak tahu bagaimana rasanya saja.
Cukuplah kita "terusik" dibagian kita sendiri, dan jangan sungkan tuk selalu "berbisik" pada Allah. Kita punya Allah. Terusiklah atas segala apa yg belum kita laksanakan dengan baik saja, bukan "terusik" atas pencapaian orang lain.A

Aku terus belajar. Tulisan ini menjadi refleksi sekaligus pengingat diri, agar tak mudah menerka, ngezoom apa yang ditampilkan orang dipermukaan, dan hasilnya blurr "gak dapet apa yang jelas". Belajar minta doa dan senyumin tiap ada yang tanya soal kita aja. Hehe :D
Mohon maaf jika banyak yang salah dalam penyampaian tulisan kali ini. Hehe.. Gak bahas kenapa blurr dari kameranya, tapi makna dibalik itu semua aja.

Masrifatun Nida'
Rumah, 25 Juni 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah