Dekat dan sederhana, cinta

Ada yang tengah berjuang menerjang ramainya kendaraaan
Ada yang telah menyingkap berkilo-kilo meter jalanan
Ada yang sedang berdesakkan didalam angkutan kendaraan
Ada yang menahan kesabaran di tengah lalu lintas kemacetan
Demi menunaikan rindu yang lama telah bersemayam

Lalu, aku sejenak melihat hamparan langit maha luas sore itu. Menikmati jalanan yang begitu padat merayap menuju kota berjuta kenangan milik seseorang, ceritanya memang mengantarkan dan sekalian menghirup udara luar. Bergerak, berganti, berubah-ubah, suasana dan nuansa antara raga dan jiwa pun sekeliling. Langit biru, senja kemuning berganti pekatnya malam namun suasana dalam kendaraan roda empat kami semakin menjadi, lemah lunglai pun tak terkira di rasa raga. Tapi ku lihat binar bahagia manusia yang ingin berjumpa dengan harapannya.

Barangkali demikianlah suasana mudik-mudik yang di rasa berjuta manusia di luar sana, kebetulan aku masih menemani, belum merasakan "the real of mudik" sama seperti berjuta manusia pemudik tersebut. Suatu saat nanti, aku akan masuk dalam barisan para perindu yang haus akan berjumpa dengan kampung halaman (bisa jadi), lalu akan sesenggukan jika hendak kembali berpamitan.

Bagaimana kabar Hari Rayamu kawan?

Aku menemukan
Bahwa "Cinta itu sederhana, cinta itu dekat, menyederhanakan yang rumit, mendekatkan yang jauh. Selamat berkumpul dengan orang-orang tercinta. Happy Ied~"


Masrifatun Nida'
Rumah, 04 Syawal 1439 H/ 18 Juni 2018 M

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah