Tak kenal lelah demi sebuah amanah


Alkisah... 
"Nanti kamu jangan tidur lagi ya le, hari ini wage, pasar bakalan rame. Bantuin emak pesen becak ke mamang Udin, sayur-mayur ini biar diangkut ke pasar" Pinta Emak pada anak semata wayangnya
"Inggih emak, kulo sampun telpon mang Udin tadi jam 3, sebelum kita tahajjud berjamaah dan sahur" Jawab Isyam anak emak
"Ya udah, cah bagus. Suwun le" Emak membalas
"Mak, aku bantu emak ya nanti ke pasar" lanjut Isyam
"Gak usah le, jangan lupa pesan emak tadi, habis subuh nanti jangan langsung tidur. Kamu harus darus dulu, makani (memberi makan) ayam di kandang juga. Puasamu jangan kamu habiskan buat gadget-an mulu" Omel Emak (Meski dipanggil emak, emak termasuk gaul juga) 
"Inggih emak, ngapunten kemarin Isyam itu tidak main hape, tapi ngerjakan tugas bu dan pak guru buat ujian" Tangkal Isyam
"Oh, ya wis kalau begitu, emak siap-siap dulu ambil air wudhu. Kamu juga, imami emak yo le"
"Inggih emak, kulo sampun wudhu" jawab Isyam
***
Seba'da sholat
"Emak, mang Udin sudah nunggu di depan. Emak jangan lupa bawa handsanitizer, sama bawa masker nggih, bawa hp juga, biar nanti kalau sudah habis dagangan emak, Isyam bisa jemput emak" Celoteh Isyam
"Gak usah repot! Emak numpak becak mang Udin lagi aja" Tolak emak
"Kamu yang serius belajar e le, iling pesen almarhum bapak. Sing serius ibadahe, sing temenan sinaune. Iling cita-citamu le, kuliah ng Negarane nabi Musa biyen kan? Mesir yo" pesan Emak
"Inggih emak, kula saben dinten belajar lan ibadah ingkang sungguh, iling emak lan almarhum bapak. Pandunganipun emak sayang" Goda Isyam
***
Di tengah pandemi, ada mimpi yang takkan mati. Isyam menuliskan di atas karton besar, ia sengaja pajang di dinding kamar tidurnya, ia harus yakin akan mimpinya, ia akan mewujudkan mimpi emak bapaknya pula. Meski di tengah ketidakpastian keberlanjutan mimpinya ke Cairo, Al Azhar University, ia terus merapal doa. Ia tak mau kalah dengan semangat emaknya, meski badai pandemi menghantam sendi-sendi pemasukan dagangan emak, beliau tak pernah lumpuh. Selepas subuh beliau selalu berangkat ke pasar, berikhtiar semampunya demi satu tekadnya "Tak kenal lelah, demi amanah" Emak selalu percaya, aset terbaik dalam dunia dan akhiratnya adalah anak yang sholeh. Isyam, adalah aset terbaiknya. 
***
Kata siapa rakyat Indonesia kerjanya malas-malasan, lihatlah Emak yang setiap pagi sudah berkutat dengan sayur-mayur, ia tak mau berpangku tangan menunggu bantuan pemerintah, yang terpatri dalam hatinya ia tak mau menyusahkan orang. 
***
Aih, aku menulis kisah seperti nyata. Mataku berlinang airmata, pipiku basah seketika. Ya! Jauh sebelum pandemi, bahkan saat pandemi orang-orang hebat macam emak selalu terpampang nyata menghiasi perjalanan subuhku menuju kota atau perantauan. Seperti melihat dua sosok orangtuaku dahulu yang selalu bekerja demi anak-anaknya. Semoga Allah jaga mereka semua, semoga Allah langitkan segala pintanya. Meski tidak mudah, semoga Allah kuatkan. Semoga kita termasuk hamba Allah yang dicintaiNya. 

Tema: Nasib rakyat kecil ditengah pandemi
Ramadan Menulis part 8

Masrifatun Nida'
Rumah, 14 Ramadhan 1441 H

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah