Menenangkan Ego

Alhamdulillah, selamat malam wahai pembaca (padahal yang baca ya yang nulis ajah 'huhuhu) | Malam ini mau inget" hal mendasar aja dalam hidup ini~
Ketika semua sudah tinggal kenangan
Dan kita memaksakan kehendak seperti yang lalu, ada yang salah pada diri ini, ada yang harus diteliti dengan jeli, dan sadarilah bahwa apa yang ada saat ini amatlah jauh dari yang waktu itu kan? Seperti suatu waktu kita mampu mengirim pesan ke seseorang dan mengharap ia membaca lantas menjawabnya, berjam-jam tanpa henti berdiskusi (Ia ada benar nyata menemani kita), atau suatu waktu kita bisa menghubungi seseorang untuk datang segera menemui sebab ada satu hal yang wajib diselesaikan segera (Ia ada dan mendatangi kita), atau suatu waktu sebaliknya, kita yang diharapkan seseorang, kita yang dimintai pertolongan, bahkan pada unit terdekat kita, ialah keluarga, anggota keluarga kita dan seterusnya.

Saya banyak belajar, dan sering sekali diingatkan oleh hal-hal sederhana dalam keseharian saya. Seperti hari ini dan hingga detik ini saya sempatkan untuk posting tulisan ini.
Jadi, hari ini adalah hari dimana jadwal saya pulang ke rumah, berharap lebih awal pulangnya ba'da dzuhur tepat, namun qadarullah saya pulang ba'da ashar tepat. Hehe :)
Ceritanya begini;  Sabtu ini, adalah jadwal Ujian Tengah Semester 'Ujian Qur'an' saya kebagian menjadi penguji, jadwal awal adalah jam 7 pagi, diubah menjadi jam setengah 8 dan dimulai di jam 8 tepat. Sekali lagi, sebab ada kebijakan dari pihak yayasan akhirnya ujianpun di mulai pukul 9 tepat (begitu juga masih saja molor, sebab masih breafing juga )
Berawal dari sini gejolak hati dimulai...
Dimulai memasuki tempat yang disediakan tuk menguji, ujian di buka dengan doa bersama dan dilanjutlah sesi ujian, sistem face to face antara penguji dan peserta (Disini ndak bahas terkait sistem UTS kali ini kok :D) menguji 11 dari 12 yang diamanahkan ke saya, bukan hal yang mudah. Tapi gampang-gampang susah, hehe.. tapi itu gampangnya ada dua kan, susahnya cuma satu. Well, selama ujian dimulai berbagai kemampuan dan kesungguhan anak-anak dapat terlihat. Ada yang memang sudah mempersiapkan betul akan ujiannya hingga ada yang amat nyantai. Sebab Ujian Qur'an ini tak dibatasi 'saklek' sampai jam berapa usainya, saya satu persatu menguji mereka, ketika adzan dzuhur berkumandang maka saya istirahatkan untuk sholat dan makan siang, setelah itu beberapa siswa yang belum diuji pun yang sudah diuji, mereka menunggu, dan juga menunggu remidi, dan remidi akan dilaksanakan seketika hari itu jua. Singkatnya sudah pukul 1 siang rupanya belum usai juga, kini saya yang menunggu, menunggu kapan ujian mereka usai dan saya bisa pulang? Dirumah pasti sudah ditunggu (pede :D), ya kan emang iya. Disaat itu, hati saya terus berderu, ya Rabb ketika profesionalitas di uji, pelan pelan meneliti mereka, ketika melihat ustadz & ustadzah sudah banyak yang pulang dari sekolah, saya rasanya benar-benar mikir dalem dah saat itu. "Jadi, kita harus siap dengan hal-hal di luar dugaan, kita harus siap dengan penilian orang lain tentang janji yang sudah dibuat, dan yang paling dalam adalah (kita harus menenangkan ego di saat-saat genting begini)".
Belajar dari hal amat sederhana saya ini dan dilanjut ketika perjalanan di jalan saat saya pulang, pun saat saya di rumah. hehe :)

Meredam, menenangkan ego~
Belajar dari seorang guru yang rela untuk meredam egonya ingin ini itu demi muridnya agar menjadi murid yang baik akhlak dan imannya, harus ia profesional. Belajar dari tukang jualan di jalan-jalan itu yang rela meredam egonya kala di terik panasnya atau guyuran hujan demi mencari rezeki tuk keluarga. Belajar dari para pengendara motor yang rela pulang-pergi demi mencari sesuap nasi. Belajar dari kerabat yang meredam egonya tuk bersantai demi membantu keluarganya yg sedah ada hajatan dan membutuhkan bantuan. Belajar dari seorang ibu yang meredam egonya tuk makan atau minum kala sang bayi mulai menangis. Belajar dari keluarga yang meredam egonya kala mengetahui bahwa anak perempuannya sedang melaksanakan amanahnya. Saya mencoba memahami satu persatu menjadi di bagian itu barangkali. Dan saya belum ada apa-apanya.
Semoga kita dimudahkan untuk menjadi elemen terbaik, mampu menenangkan ego masing-masing. It's okey, all is well beb, sambil tarik napas, ini soal proses ya kan? Kelak, saya akan terus berusaha tuk meredam ego ini, menenangkan dan semoga memenangkan akan diri sendiri dan banyak orang disekitar lagi | tenang itu dekat sama menang, menenangkan-memenangkan ~
*tulisan lanjutan semalam yang  coba di tulis kala ada waktu senggang di tengah kesibukan bantu ibuk" | Happy weekend. 
Masrifatun Nida'
Rumah, 04 Maret 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah