Syahdu dan teduh yang bertemu

Syahdu teruntuk orangtua perempuanku yang sungguh mulia.
Teduh teruntuk orangtua laki-lakiku terhebat, yang sudah lebih dulu meninggalkan kita. Allahummaghfirlahu~

Hari ini, semua tampak berlomba menyeregamkan dirinya, mulai dari kesukaan hingga life-stylenya. Lalu mereka melupakan jati dirinya, dibungkus sedemikian rupa, dan lagi-lagi agar tampak serupa. Agar tampak berbunga-bunga nan bahagia di media massa. Salah satunya adalah soal pernikahan muda-pasangan suami istri.

Sebenarnya, siapakah sosok sepasang suami istri yang pantas kita jadikan contoh?
Saya, setuju dengan kalimat kak Kurniawan Gunadi, begini "Mereka bukanlah seleb yang di ulas di media massa. Bukan artis instagram yang kemesraaannya di unggah kemana-mana. Tidak ada pemberitaan bahkan caption yang melenakan. Bukan pula cerita dongeng yang hanya menjadi angan-angan belaka. Sebab mereka adalah orangtamu sendiri"

Belajar dari pernikahan mereka. Sebab itulah yang paling dekat dan nyata denganmu. Tentu tidak semua perjalanan rumah tangga kedua orangtua kita itu harmonis, dan dari sanalah kita akan belajar banyak hal. Ambillah semua hal yang terbaik, dan yang kurang baik kelak akan kita perbaiki di rumah tangga yang kelak akan dibina. Belajar dari pernikahan orangtua kita.

Pernikahan mereka adalah kenyataan yang kita saksikan, dimana kita menjadi saksi mereka berdua atas perjalanan hari demi hari. Jangan keliru mengambil pelajaran, jangan terlalu banyak angan-angan. Sebab hidup kedepan itu penuh ujian. Semuanya perlu di hadapi, bukan cuma diimpikan. Ini perjalanan ibadah yang terlama kan?

Ketika syahdu dan teduh yang bertemu, jadikan perjalanan beliau berdua itu sebagai pembelajaran yang amat bermutu~

Masrifatun Nida'
Gresik, 23 Maret 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah