Kita saja yang (masih) tak tahu apa-apa

Kemarin-kemarin, sepagi tadi, hingga malam datang dengan sepi, tetap saja. Tak ada satupun rangkaian kata yang patut ditulis diakunnya. Terlalu banyak hal yang harus dibagi, terlalu banyak momen yang harus diberi ruang, lalu ia gabungkan dalam ruang berbagi. Namun sayang, tetap saja kata-katanya selalu terhenti, lalu kembali ia menepi, mencari inspirasi~
Itulah saya, di malam hari ini, merasakan kegaduhan jiwa dan hati, barangkali mengenai ketidaktahuan saya tentang banyak hal kepada Illahi.

Itulah saya, yang beberapa hari ini memberi waktu pada jiwa dan hati tuk mencari celah guna menepi, menepi dari hiruk pikuk obrolan santai anak-anak, menepi dari banyak tugas yang sebenarnya tak seberapa, menepi dari riuhnya jalanan yang dilewati, lalu kembali menafakkuri.
Itulah saya, yang ingin sekali menuliskan 'ketidakjelasan' seperti waktu-waktu lalu di ruang berbagi ini (baca: blog saya). 'Ketidakjelasan' yang terkadang hari ini bahas tentang refleksi perempuan, besoknya kontemplasi kehidupan sehari-hari, besoknya lagi pengingat tentang apa-apa yang selama ini dijalani, atau sajak-sajak yang amat sederhana tuk dipahami.

Kali ini sedikit mencoba yuk kita refleksi!
Jadi, singkatnya, beberapa waktu ini ada saja manusia yang tetap setia berbagi banyak hal pada saya lewat akun media sosialnya, dan saya begitu suka mendengar 'keluh-kesah' mereka. Atau memang sejak dulu saya dibentuk jadi manusia demikian? Ah entahlah, intinya saya suka sekali mendapatkan kabar dari siapapun. Kabar yang kadang sangat membahagiakan pun seringkali haru biru tak tertahankan.

Lalu, sepagi tadi ada salah satu pesan DM di akun Instagram saya dari seorang yang pastinya saya kenal.
"Kuatkan Aku! Aku sudah tidak tahan, mengapa aku disuruh bersabar dan mengikuti saja takdir Tuhan kata Ayah!" Ujarnya.
Kaget bercampur sudah bisa ditebak mengapa!
Kali ini, saya takkan lebih lanjut membahas soal dia mengapa sampai segitunya dalam tulisan ini (sebab perihal itu adalah ranah saya dan dia), namun saya akan membahas mengenai kata-katanya, kau tahu? Tampak sekilas, dia yang mengirim pesan itu takkan terlihat sedih di akun instagramnya, takkan terlihat gundah gulanya jiwanya, dia terlihat baik-baik saja. Dia pandai menyembunyikan segalanya. Hatinya diobrak abrik, jiwanya sedang tak baik. Namun, semua terlihat baik-baik saja. Dia adalah manusia yang riang gembira (padahal(?))

"Urip iku sawang sinawang" kata petuah jawa. Bukankah benar kawan? Seringkali kita melihat tetangga sebelah, ia yang hidupnya bergelimang harta, yang keluarganya sentosa, yang semua terlihat rukun-rukun saja. Namun, kita salah, tak pernah tahu menahu bagaimana susah payah ia menyembunyikan kesedihannya, membungkus semuanya agar aman terlihat orang lain. Barangkali kita amat suka membanding-bandingkan tanpa tahu perjuangan seperti apa yang telah di tempuh.
Allah Maha Tahu segalanya, selama kita bersyukur terhadap apapun yang telah dilimpahkanNya, terhadap si(apapun) yang kita perjuangkan tanpa lelah, Allah memberi ujianNya dan kita akan mendewasa dalam setiap prosesnya.

Maka, teruslah melangkah tanpa suka membanding-bandingkan, agar Allah cinta kita, dan semoga Allah menyukai kita.
Firman Allah:
يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ ۚ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ
"Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati"
(Surat At-Taghabun, Ayat 4)

Yakinilah, takdir Allah itu indah.
Kita saja yang (masih) tak tahu apa-apa. 

Masrifatun Nida'
Gresik, 07 Januari 2018~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah