Meski, lukanya terlalu dalam, berharap akan segera sembuh,lalu tumbuh!

Semacam cerpen...
Di sore tanggal perdana januari, akan menjadi hari 'sejarah pribadi' bagi ia, "Sore itu, tangisannya mampu menjadikan para tetangga penasaran, atau yang mungkin sekedar bertanya, ono opo nduk, kok nangis banter banget?" sebab pertama kali pula, kecerobohan menyebabkan hal yang fatal, yang harus menjadi pembelajaran!
Menerima kenyataan bahwa jempolan kakinya terluka. 

Seminggu berlalu, tepatnya sebelas hari ini jempolannya sudah berbeda-beda bentuk dan rupa tiap harinya, dua hari lalu, ada chat masuk di whatsapp dari orang rumah menanyakan kabar lukanya, lalu ia kirim jawaban bahwa semua aman. Alhamdulillah sudah sembuh. Namun dua hari lalu, rupanya kuku jempolan itu sudah tak mau berlama-lama bertengger, padahal sebelumnya sang kuku masih mau mendampingi, dugaannya salah, ia sudah tak bernyawa lagi, sudah harus dipotong. 

Maka siang ini, ia putuskan tuk memotong bagian kukunya, sebab ia rasa tak perlu mengiyakan banyak orang untuk ke dokter, toh ini semua bisa diatasi sendiri, lalu pelan-pelan memotong kuku jempolan kaki, yang beberapa hari lalu, yang setiap harinya sudah mendapat perawatan intensive, kini harus direlakan untuk dipotong. Pelan-pelan menerima kenyataan lagi, bahwa jempolan kaki itu sudah tak berkuku lagi, lalu dengan seksama diperhatikan bahwa benar ada luka di dalam, semakin paham tak salah jika begitu hebat tangisannya tempo lalu, lukanya terlalu dalam! 
Segera ia kirimkan foto sang jempolan tak berkuku, jempolan yang sudah di beri ramuan itu ke adik laki-laki satunya itu. Lalu dengan cepat si adik membalas. Nanti pasti sembuh!  Teman di sampingnya pun menimpali, ia akan segera tumbuh!
Well, rupanya semua itu harus diantisipasi, toh semua hanya titipan, meski soal kuku yang hanya beberapa inci. 

"Hatiku sedih nggak punya sepatu,
sampai di jalan ku bertemu orang yang nggak punya kaki" Katanya demikian. Jadi, soal kuku pasti akan sembuh, pasti akan tumbuh (lagi)!
Apalagi soal semangat, soal niat, soal impian yang seringkali niat baiknya jatuh, terluka dengan tak selamat, diremukkan beberapa pihak, bahkan kadang diri sendiri. Menerka-nerka bahwa semuanya telah hancur. Lalu meratap, tumbang, dan melupakannya.

Padahal, harusnya kan konsepnya sama kayak tuh jempolan kaki, selama kita percaya bahwa keterpurukan yang dialami tak lebih sulit dari orang lain (yg tampak baik-baik saja diluar) masih ada celah tuk berbaik sangka, lalu yakin semangat bisa dipupuk tuk kembali sembuh, tumbuh seperti semula. Sebab ia tahu mengapa ia tetap percaya, impiannya telah tumbuh, lebat! Kelak! 

Selamat malam,
Gak perlu dinyanyiin lagu kan
Di sebelas januari ini, hehehe 

Masrifatun Nida'
Gresik | 2018~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah