Meluruskan niat

"Ustadzah, maksudnya meluruskan niat itu seperti apa?" tanya salah satu murid saya sepagi waktu lalu di alam terbuka | Siswi yang berasal dari Sorong, Papua. 

Berawal dari pertanyaan itu~
Jleb! Sepagi itu ia buka otak ini dengan pertanyaan di atas, lalu saya jelaskan dan tanyakan kepadanya kembali, tentang: Niat ia datang jauh-jauh ke Gresik? Niatnya apakah untuk mencari ilmu? Niatnya mengapa memilih disini bukan ditempat lain? 

Dan saya menjelaskannya, dengan melontarkan pertanyaan itu, ia pun saya ajak untuk berdiskusi sejenak, saya menanyakan beberapa hal yang mampu memudahkannya menjawab pertanyaannya sendiri. Setelah saya rasa dia sudah menangkap apa yang saya maksud, barulah kesimpulan akhir saya jelaskan padanya. 

"Engkau jauh-jauh dari Sorong Papua meninggalkan keluarga, umi dan ayahmu untuk belajar, dan di SMP ini adalah mencari ilmu, engkau tahu nak! ilmu takkan di dapatkan mana kala kau tak sungguh-sungguh, kau paham bahwa mencari ilmupun wajib karena Allah, Sebab Allah akan menjadi saksinya, lalu bagaimana dengan keseharianmu yang kemarin-kemarin?
Bukankah kau lebih sering mengeluh dan bermalasan? Maka dari itu, ustadzah harap jaga niatmu, luruskan kembali niatmu. Kau paham sekarang?" Ia pun menganggukkan kepalanya, wajahnya tampak lebih sumringah.

Seusai anak itu berlalu, seusai pertanyaan itu mampu dijawab bersama, hatiku berbisik. "Nida', bagaimana dengan niatmu? Apakah tak berbelok? Apakah baik-baik saja? Benarkah niatmu sudah lurus?". Kali ini, saya yang harus meyakinkan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bergelayutan di atas kepala, barangkali banyak yang harus saya luruskan. Dan kesemuanya berawal dari niat. 

Sebagaimana hadist pertama dalam hadist Arba'in karya Imam Nawawi,
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ .
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khottob Radiallahuanhu, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : "Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya. Dan  sesungguhnya  setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
(HR. Bukhori dan Muslim) 

Bagiamana kabar niat kalian kawan?~

Masrifatun Nida'
Gresik, 29 Januari 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah