Sudah bersabarkah hari ini? Sudah bersyukurkah setiap hari?

Lagi, sudah bersabarkah hari ini? Sudah bersyukurkah setiap hari?

Senin awal tahun ini~
Sore tadi, selepas sholat ashar saya berniat untuk memasukkan sepeda motor yang ada di teras ke dalam rumah, karena memang sudah tidak ada niatan untuk keluar, namun tak dinyana ada teman saya masuk ke dalam rumah dan meminta bantuan untuk mengantarkan ke tempat kakak ipar yang baru melahirkan, alhasil rencana memasukkan sepeda motor ke dalam rumah seketika gagal, akhirnya saya antarkan ia dan juga mengantarkan ponakan yang tidak jadi masuk mengaji karena libur ke rumahnya. Sampai disana, saya hanya memikirkan rencana sangat jangka pendek yang sedikit molor tadi, sebab rencana awal saya (memasukkan sepeda motor ke dalam rumah, dilanjut memasak nasi dan lauk buat buka puasa nanti). Rupanya teman saya ngobrol banyak, dan saya sudah tidak nyaman sebab kepikiran itu tadi. Akhiranya saya beranikah diri tuk mengajaknya pamit undur diri. Sampai dirumah, sudah siap saya masukkan sepeda motor saya, ternyata terhalang oleh sepeda motor adik yang ada di teras. Akhirnya, dengan pikiran yang sudah "habis ini sudah maghrib"
alias tergesa-gesa mengalihkan motornya ketempat yang sekiranya sepeda motor saya bisa masuk. Akhirnya saya turun dan sepeda motor saya parkirkan depan teras lalu saya alihkan sepeda motor adik saya. Motor adik yang di kunci stang dan di"jagang" dengan tergesa saya minggirkan, dan Duaaarrr jempolan kaki saya seakan kuku-kukunya ada yang menarik ke atas, "oke aman,  sakit sedikit saja" gumamku. Tapi setelah tak tahan dengan cenat-cenutnya, saya berhentikan itu sepeda motor dan akhirnya saya berlari menuju ke dalan rumah, dengan isak tangis tak tertahankan meski belum mengeluarkan air mata segera saya ambil tissu, dan tetap dengan sesenggukan, orang rumah hanya pada melihat dan bertanya kenapa. Dan tiba-tiba dari jempolan kaki itu mengeluarkan banyak sekali darah, rupanya benar dugaanku, kuku-kukunya telah tertarik. Saya menangis. 

Betapa hari ini, saya masih mengeluh ketika Allah memberi sedikit saja rasa berbeda. Sampai akhirnya ketika saya sudah tenang, saya dibantu ibu saya dan kakak laki-laki yang tadi berlari ke toko beli obat, mengobati jempolan itu, dan saya seketika berpikiran banyak hal. "Allah sungguh masih sayang saya, saya hanya diberi beban begini. Andaikan kemarin saya keluar rumah memakai sepeda motor ke tempat yang jauh bisa jadi ada hal yang lebih tak terduga, Allah masih selamatkan saya, ini hanya kena jagang sedikit saja sudah rasanya begini (?)"

Akhirnya saya melakukan rencana saya tadi, selingan sebentar, meski dengan teraseok-seok saya berjalan, saya harus selesaikan semua.
Bagaimana rasanya? Sakit tentu saja, sungguh semua terasa tidak lagi semudah dulu saat jempolan itu baik-baik saja. Berjalan tak enak, yang paling terasa tak enak adalah ketika berwudlu dan sholat. Padahal sebelumnya pastilah tak terasa menyulitkan. 

Benar sekali, jika salah satu anggota tubuhmu sakit, maka seluruh tubuhnya ikut merasakannya. Dan jika Allah mencabut sedikit saja kenikmatanmu selama ini, masihkah engkau bersabar? Masihkkah kau sanggup setiap hari bersyukur?
Bersama guyuran hujan, 

Masrifatun Nida'
Rumah, 01 Januari 2018~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah