TEDUH


Tentang salah satu pesan alm.Bapak~
"Sedalam-dalamnya isi lautan tuh ya, lebih dalam isi hati manusia" Kata Bapak. Dalam satu waktu atau beberapa waktu, saking seringnya saya mendengarkan beliau berkata-kata demikian, kata-kata yang sudah umum dan mendarah daging dalam semua kalangan, kata-kata bukan hasil dari kontemplasi bapak juga :).

Sore tadi, tiba-tiba saya rindu berat dengan bapak, pikiran ini melayang sangat pesat menuju dan menari-nari dalam alam bawah sadar menuju beberapa tahun lalu, saya amat merindu kala bapak jemput saya pulang sekolah, mampir membeli es campur, atau saat malam minggu (ups, dan entah saat ini saya tidak berselera menyebut malam itu dengan sebutan itu, lebih tepat sabtu malam aja) dengan membeli makanan favorit kita dan makanan favorit keluarga, atau saat bapak yang sedikit terlambat kala ambil raport yang saya pun sedang dimintai tugas oleh organisasi/sekolah untuk menjaga stand, tiba-tiba melihat beliau datang, dengan baju takwa lengkap dengan sarung dan kopyah, tampan. Hehe :) atau saat cerita bapak seusai beli makanan-makanan kecil ba'da terawih di jalanan (kata bapak biar penjualnya ikut seneng), atau saat melihat bapak kecapekan dengan senyum bangga usai memanen hasil kebun dan sawah, atau saat kita sekeluarga menikmati waktu bersama didepan televisi atau meja makan, atau saat bapak segera mematikan TV kala adzan berkumandang dan segera bergegas ke mushollah dekat rumah, atau masih begitu banyak kisah bapak yang melekat dalam memori dan hati, kenangan yang takkan bisa terulang kembali.

Dan yang masih terus teringang-ngiang mana kala bapak menjemput saya seusai mengikuti tes masuk perguruan tinggi, hampir tiap dua minggu sekali bolak-balik dan bapak menjemput, dan akhirnya sayapun diterima di salah satu kampus Malang, lalu di waktu awal mesuk kuliah, bapak mengantarkan saya, menginap sehari dan esoknya bapak sudah meninggalkan pergi, hanya tatapan teduh bapak yang melekat, lalu punggung nun jauh itu meninggalkan seorang gadis yang sebelumnya tak pernah jauh dari rumah.

Terteduh | Waktu terus berlalu~
Maret 2016, bola mata bulat itu benar-benar menatapku sangat dalam, saya bilang ke bapak kalau tinggal setahun lagi kuliah strata 1 saya di Malang, yakin saya kalau bapak akan berkunjung lagi ke kota teduh itu, sesubuh seperti yang lalu-lalu saya berpamitan, ada yang 'aneh' melihat bola mata bapak menatap lebih dalam lagi, seperti ingin mengajak berbicara. Tapi bibirnya lebih dulu meminta sesuatu "Da', kancing baju bapak lepas semua, Nida' benerkan ya" Lalu, dengan perlahan semua, satu-satu persatu saya pasangkan kancing baju beliau. Jarak kala itu amat dekat dengan bola mata bapak | Andai ku tahu bahwa itu tatapan terdalam bapak padaku, tatapan teduh terakhir beliau. 

Barangkali bapak ingin berpesan banyak pada saya, bercerita soal informasi bagaimana kenakalan remaja kali ini, bagaimana aturan yang wajib dilaksanakan anak rantau, doa-doa pengguat bapak, amalan-amalan yang harus dipraktekkan. Barangkali pertemuan terakhir bapak denganku itu tak sanggup mengatakan banyak hal, beliau hanya menatap, teduh. 

Ah, benar kata bapak, dan kata banyak orang "Sedalam-dalamnya isi lautan tuh ya, lebih dalam isi hati manusia" | Terlambatkah saya membaca isi hati engkau bapak?
Rindu, teduh~

Masrifatun Nida'
Gresik, 30 Januari 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah