SYAHDU

Surga terdekat itu pada ibu~
"....Sudahlah" Suaranya pelan dan syahdu.
Kata-kata penuh legowo, mana kala banyak hal yang dilakukan dan menunggu hasil dari banyak proses yang sudah di jalani. Beliaulah orangtua perempuan saya, perempuan yang dengan sepenuh kelembutan mengajarkan saya banyak hal, sungguh benar jika ibu adalah madrasah pertama, benar saya akui, beliaulah yang mengajarkan saya mulai dari abc, أ ب ت , atau 123, hingga pelajaran hidup lainnya. Beliau, manusia yang tak pernah tergesa-gesa, tak pernah sedikitpun mengeluh, saya banyak belajar arti syukur dan sabar sebab beliau [kan jadi mendadak pipi banjir begini :( ]

Pengorbaan dan kelegaan~
Hujan-hujan sore kemarin jadi ingat satu hal waktu masih SD 'eh maksudnya MI kala selesai mengaji dan hujan deras mengguyur, beliaulah perempuan baik hati yang menjemput membawakan payung agar saya bisa pulang, saat saya masih ngaji bersama mbak, cak dan adik. Lalu jadi ingat manakala sebelum berangkat sekolah sarapan istemewa selalu tersaji, pun masakan-masakan berat ataupun ringan buatan beliau, sebab beliau koki terbaik soal ini. Atau mengingat bahwa beliaulah perempuan yang selalu menyisihkan uang lebih, dan lebih banyak buat saya sejak masa sekolah bahkan kuliah dan juga sampai segede gini (malu-maluin memang saya ini). 

Lalu mengingat nasehat santun beliau, dulu saat saya sudah hampir menyerah sebab ditolak tes oleh Perguruan Tinggi Negeri dan akhirnya saya mencoba jalur mandiri kampus lain yang ceritanyapun unpredictable, detik-detik pengumuman penerimaan beliau ada di dapur, lalu saya beranikan diri tuk mengatakan soal kelanjutan bagaimana-bagaimana jika hal buruk terjadi, seperti biasa beliau akan menjelaskan dan diakhir nasehatnya, "...ya sudahlah, diterima saja ketentuanNya" dan Alhamdulillah akhirnya saya kuliah di Malang, yang sebenarnya jauh dari prediksi awal. Lalu saat ini, manakala saya memandangi kaca berdebu yang diguyur hujan, mengingat nasehat beliau saat saya harus jauh darinya kembali, beliau pun menasehati "...Lakukan yang terbaik, sudahlah, ini jalanmu semoga berkah Nak!". 

Dan juga tiba-tiba saya ingat saat kita berada dalam satu ruang, segaris shaf dan aku berkeluh kesah akan hati ini yang begitu mudah goyah, soal masa depan bagaimana, beliau berpesan "...Selagi doa kau miliki, doakanlah apa yang kau harapkan, ya sudahlah! Jalanilah! Kan ada Allah :)"

Perempuan yang mengajarkan surah Alfatihah saat saya belum bisa membaca, surah yang lebih sering disebut tuk lebih mendekat pada Rabb Azza Wajalla.
Perempuan penuh pengahayatan, hatinya lebih lembut, perasaannya makin sensitif mana kala ditinggal pergi 'keluar' rumah oleh anak-anaknya. 

Kata-kata syahdu~
Terima kasih perempuan tangguhku
Bersama salam rinduku :)

Masrifatun Nida'
Gresik, 31 Januari 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Merangkai bunga kematian

Kupang yang di Rindu

Adeeva Mahyatul 'Izzah